13. Ineffable

179 23 6
                                    

'Ineffable; ketidakmapuan berkaitan dengan ide-ide yang tidak bisa atau tidak boleh diungkapkan dalam kata kata yang diucapkan, seringkali dalam bentuk tabu atau istilah yang tidak bisa dipahami. (Tak terlukiskan)
Sumber; Wikipedia.

•~•~•

Apanya yang terinspirasi dari Fazza?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apanya yang terinspirasi dari Fazza?

Yang ada sekarang Amaiya tidak bisa menumpahkan semua yang ada di pikirannya!

Kenapa, sih?

Amaiya mendecih sebal melihat jam di dinding, ini sudah pukul 6 sore, adzan maghrib telah berkumandang dengan lantang.

Setelah sholat dia berdoa dengan sungguh-sungguh semoga segala yang dia lakukan akan dilancarkan oleh-Nya.

"Tulislah, Amaiya yang pintar! Tulis apapun!" Gerutunya sendiri sambil memegang pensil. Dia berpikir keras.

"Oh, astaga ada apa dengan ku sekarang?!"

Well, ini bukan soal Amaiya terus berpikir tentang puisi, melainkan Bhatara si keparat itu. Dia tidak bisa berhenti memikirkannya.

Ucapan Hulya tentang Fazza yang mengira bahwa dirinya adalah seseorang yang spesial dimata Fazza membuat perasaan tersendiri di hati Amaiya.

Tapi, Kelihatannya dampak Bhatara yang tiba-tiba mengumumkan bahwa dia berpacaran dengan Monica Charlotte si dewi sekolah lebih besar.

"Amaiya? Kamu menelepon kenapa?"

Suara Tita diseberang. Amaiya memutuskan ingin mengutarakan segala gundahnya ini dengan sahabatnya.

"Tita, sesuatu sangat menggangguku." Jawab Amaiya gelisah.

"Kamu kenapa? Bhatara lagi, ya? Aduh nggak waktunya ngomongin dugong itu! Besok kamu lomba fokus aja ke lombanya!" Tita terdengar berseru dari sana.

"Aku sudah berusaha!"

"Aku curiga dia memakai pelet kepada semua orang!"

"Jangan bicara sembarangan."

"Hey, apa perlu aku kesana biar lebih enak ngomongnya?"

"Tidak perlu, aku hanya ingin menumpahkan kegelisahanku. Maksudku, aku berusaha memikirkan inspirasi lain seperti Fazza atau selainnya, tapi tidak bisa."

"Ya gampang, cari aja inspirasi lain! Aku misalnya hihihi." Suara Tita terkikik.

"Butuh sebuah perasaan yang dalam untuk menulis puisi yang menakjubkan."

"Jadi kamu punya perasaan yang dalam sama Fazza?! Kamu gimana, sih? Yang benar mana?"

"Tidak! Aku hanya berniat membuat puisi yang terinspirasi dari Fazza tapi, bayangan Bhatara mengangguku."

"Alah! Dugong kayak gitu dipikirin, Ya, waktu kamu sedikit lagi dan ngga ada waktu mikirin dia, gausahlah cari inspirasi, puisimu yang dulu juga banyakkan? Itu aja kamu pake, bagus kok."

F A Z Z A (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang