'Ketulusan mungkin rendah hati, tapi dia tidak bisa merendahkan diri.'
-Lord Byron
Suara hujan yang turun sejak shubuh tadi terdengar awet sampai sekarang.
Hari ini cahaya matahari bersembunyi dibalik mendung, warna hijau daun terlihat sangat cantik dan segar dengan guyuran air hujan. Suaranya gemerisik seperti irama.
Amaiya tersenyum kecil. Dia sangat suka hujan di pagi hari, ketenangan yang dibawakan hujan akan lebih berlipat ganda datangnya.
Nenek memanggil dan menyuruhnya agar segera turun untuk sarapan pagi.
Kenapa hari ini Amaiya merasa lelah? Entahlah. Dia tidak semangat melakukan aktivitas apapun sekarang, atau nanti.
Mungkin dia akan seharian di kamar dan memikirkan cara agar Fazza mau menyetujui permintaannya, mengingat lomba tersebut berlangsung seminggu lagi. Dan Amaiya gunakan seminggu ini untuk membujuk Fazza, bukannya berpikir bagaimana puisi nya nanti.
Amaiya berharap ini tidak akan sia-sia.
"Amaiya?"
"Hm?"
"Lara to Nduk?" Tanya Kakek.
"Tidak, Kek. Aku baik-baik saja." jawabnya, kemudian nenek memeriksa suhu badan Amaiya dengan tangannya yang ditempelkan di dahi.
"Panas," ujar nenek. Ekspresinya khawatir. "Ini pasti karena kamu kemaren ora cepet mulih abis dari kota."
Memang setelah ke galeri seni kemarin saat di kota, Amaiya memutuskan untuk kembali ke desa dan pergi ke kebun kakek dan pergi ke rumah Tita hingga malam.
"Kembali ke kamar, istirahatlah, Nenek buatkan secang, yo..."
•~•~•
Di kamar Amaiya hanya memikirkan bagaimana caranya agar Fazza setuju dengan permintaannya.
Ini semua sebenarnya salah Amaiya, andai saja dia tidak menghilangkan buku hariannya pasti tidak akan serumit ini. Tetapi hilang beberapa hari yang lalu. Setelah kejadian dia menolong lelaki saat hujan pada pulang sekolah.
Amaiya mengeratkan selimut sambil meminum secang. Dia duduk di samping jendela yang menyuguhkan pohon-pohon pinus yang tinggi.
Dia demam, mungkin melihat keindahan ini perasaan nya akan membaik.
Secang adalah sejenis wedhang, tetapi karena secang memiliki penampilan seperti teh maka orang orang menyebutnya teh secang. Warnanya merah dengan campuran kayu secang dan berbagai tumbuhan yang bisa menghangatkan tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A (End)
Ficțiune adolescențiHujan di luar semakin deras. Amaiya lihat tubuh Fazza bergetar, air matanya yang berusaha ia tahan sekarang menetes juga, lelaki itu nampak menarik napasnya dengan panjang. Terlihat ada sesuatu yang menahannya untuk berbicara. Namun tak lama setelah...