'Inner peace will calm any storm'
K.tolnoe
•~•~•
"Setidaknya jangan acuhkan aku jika kau tidak marah." Amaiya terus mengusik di perpustakaan.
Fazza mengedarkan pandangan.
Bagus, sekarang gadis-gadis itu mulai meramaikan perpustakaan dan ketenangannya terganggu. Perpustakaan sekarang bukan tempat aman lagi baginya.Mungkin gadis-gadis itu sudah mengetahui bahwa dirinya lebih sering mendekam di perpustakaan yang sepi seperti kuburan ini dari pada yang lain.
Kecurigaan mereka bertambah saat Amaiya membawa biskuit untuk Fazza -padahal kebiasaan amaiya memang seperti itu saat memohon pada Fazza, membawa makanan dan berusaha dengan cara Amaiya sendiri.-
"Iya, aku memaafkanmu." Jawab Fazza, omong-omong ini adalah kali kesepuluh Fazza mengatakannya.
Sejak tadi pagi Amaiya dengan mata yang berkaca kaca meminta maaf berulang pada Fazza, memastikan bahwa dia tidak marah padanya.
"Benar?"
"Iya."
"Lihatlah, kau dan aku hanya tentang menyesal dan permintaan maaf, tidak ada yang lain?"
Amaiya duduk dihadapan Fazza sekarang. Dan tanpa merasa malu sedikitpun biskuit yang awalnya berniat diberikan pada Fazza dimakannya. "Kenapa tidak disini saja belajarnya."
Amaiya memperhatikan Fazza yang berusaha fokus membaca."Tidak ada tempat tenang di sini."
"Apa hidupmu hanya penuh dengan membaca dan membaca? Apa tidak ada kegiatan lain? Setidaknya pergilah ke kantin." Seru Amaiya sedangkan mulutnya penuh dengan biskuit.
"Di sana ramai." Singkat Fazza.
"Kalau begitu bawalah bekal, makan di kelas. Saat istirahat hampir dari semua siswa keluar dari kelasnya, kan?" Amaiya menaik turunkan alisnya.
"Diamlah, mereka berbisik tentang mu." Fazza berucap tanpa menoleh.
Amaiya melirik gadis-gadis seangkatan ataupun adik kelas yang duduk tak jauh dari mereka. Mereka berbisik ditutupi oleh buku yang mereka bawa.
Lirikan itu seakan menjadi alarm bagi Amaiya, bahwa sebentar lagi pasti gosip tersebar.
"Bukannya dia kemaren sama Bhatara? Sekarang sama Abang Fazza, pake susuk kali dia."
"Bawel banget sih, deket Fazza."
"Sok kenal."
"Pasti Fazza jijik sama dia."
Amaiya berdecih, "sejak kapan kau peduli omongan orang?" Semburnya. Lalu memasukkan sisa biskuit di sakunya dengan tidak ikhlas, toh dia juga tidak sudi dianggap salah satu siswi yang gila gilaan mengejar Fazza.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A (End)
Teen FictionHujan di luar semakin deras. Amaiya lihat tubuh Fazza bergetar, air matanya yang berusaha ia tahan sekarang menetes juga, lelaki itu nampak menarik napasnya dengan panjang. Terlihat ada sesuatu yang menahannya untuk berbicara. Namun tak lama setelah...