"Tidak lama lagi kalian akan menghadapi UAS, Ibu harap kalian akan bisa memperbaiki nilai kalian." Bu Ussi memberi keterangan, setelah selesai mendikte pelajaran Bahasa Indonesia.
Semua murid mendengarkan.
"Dan saya tidak mau nilai kalian bagus karena men con tek!" Diakhiri dengan suara tinggi.
"Dengar?!" Mata Bu Ussi menatap seram mereka.
"Iya, Bu." jawab seluruh murid murid.
Di bangku Amaiya, Amaiya tidak bisa berkonsentrasi sama sekali dengan apa yang diterangkan oleh Bu Ussi. Dia sibuk menenggelamkan wajahnya di meja sambil sesekali kakinya menghentak kecil seperti tidak sabaran.
Dia menahan kencing.
"Masih setengah jam lagi," Gumamnya melirik arloji.
"Kenapa?" Fazza melirik Amaiya yang sejak tadi bingung sendiri.
Sekilas Amaiya ingin menjawab pertanyaan Fazza. Tapi ya dia pasti malu, apalagi melihat wajah Fazza yang siap mendengarkan jawaban itu membuat Amaiya gugup.
"Tidak, tidak apa-apa." Amaiya tersenyum paksa, dia mengambil napas dalam.
Salah satu peraturan yang berlaku pada jam pelajaran guru killer ini adalah tidak boleh ada yang izin kekamar mandi. Kata Bu Ussi, 'ke kamar mandilah sebelum bell masuk berbunyi, tidak boleh ada yang izin saat pelajaran saya dimulai.'
Itu dikatakan beliau saat pertama kali Bu Ussi masuk ke kelas ini. Dan tidak ada satupun yang melanggar peraturan itu sampai saat ini.
Apalagi sekarang melihat kondisi, Bu Ussi menerangkan tentang pelajaran dengan suara tinggi yang menakutkan. Apa Amaiya berani?
"Kau berkeringat." Ujar Fazza lagi.
"Sudahlah jangan pedulikan aku, perhatikan depan!" Kesal Amaiya tak ingin diganggu.
Fazza hanya meliriknya sekilas, lalu tak memperhatikan Amaiya lagi.
Amaiya mengetuk-ngetuk kecil meja sambil tetap menahan mengatur napasnya.
"Sebentar lagi, sebentar lagi ... kau pasti tahan Amaiya." Dia komat kamit.
"Diam, itu mengangguku." Ucap Fazza sejenak diam dari aktivitasnya menulis pelajaran. Merasa risih dengan tingkah Amaiya.
"Kau sama sekali tak paham dengan apa yang kurasakan."
"Apa yang kau rasakan?"
"Sejak tadi aku-
Dia berhenti bicara, hampir saja. Batin Amaiya.
Fazza mengerutkan kening heran.
"Lupakan, maaf mengganggu. Lanjutkan menulismu." Cengir Amaiya.
"AMAIYA!"
Bukan hanya Amaiya.
Seluruh kelas terkejut dengan sentakan Bu Ussi.
Rasanya sekarang Amaiya mau mati. Dia sudah menahan kencing, sekarang Bu Ussi berjalan mendekati bangkunya.
"Di mana catatan kamu?!"
Amaiya menyerahkan buku tulisnya.
"Apa ini? Dimana tulisan kamu hari ini? Apa yang ibu dekte tadi tidak kamu tulis?" Seru Bu Ussi."M-maaf, Bu,"
Seluruh kelas memperhatikan bangku Amaiya sekarang.
Aku hanya menahan kencing! Apa itu tidakan dosa?! Kesal Amaiya dalam hati melihat tatapan satu kelas yang terlihat memojokkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A (End)
Teen FictionHujan di luar semakin deras. Amaiya lihat tubuh Fazza bergetar, air matanya yang berusaha ia tahan sekarang menetes juga, lelaki itu nampak menarik napasnya dengan panjang. Terlihat ada sesuatu yang menahannya untuk berbicara. Namun tak lama setelah...