"Mungkin jika sakit ini terlihat, kamu akan melihatnya hancur bak puing-puing kaca yang berserakan."
-Alyssa Nivanna Diamira-
▪︎
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
▪︎
Masih terpikir jelas diotak Alyssa tentang bagaimana suaminya memeluk wanita itu dengan rat, masih terasa sakit dadanya saat ini. Sesak sekali, sampai rasanya menangispun tak mampu menghilangkan rasa sesak itu.
Kebahagiaan yang tadi tercipta kenapa kini berganti kesedihan seperti ini? Kenapa dua kejadian terjadi bersamaan pada hari ulang tahunnya? Apa Allah tengah memberinya ujian? Kenapa sesakit ini yaAllah? Bagaimana bisa merasakan semua ini bersamaan?
Alyssa kembali memasuki taksi yang ia tumpangi tadi dan meminta sopir untuk kembali pada tempat semula tadi. Sesak itu semakin menjadi dan semakin menyakiti hatinya, sungguh tak dapat ia bendung apalagi bulir air mata yang sedari tadi membasahi pipinya.
Berulang kali bibirnya mengucap istighfar agar lebih tenang namun sesak masih terasa amat sangat menyiksa. Bagaimana ia menghadapi keluarganya sebentar lagi dengan tampang seperti ini? Namun kemana lagi ia harus pergi? Jika ia pergi kerumah sahabatnya saat ini, langkahnya dosa karena belum izin pada sang suami. Mau tidak mau ia harus kembali kerumah yang baru saja dihadiahi Riza untuknya. Beberapa jam yang lalu kebahagiaan memang menyelimuti Alyssa namun kenapa sekarang berganti dengan kesedihan dan kesakitan yang amat sangat ini?
"Dari mana aja kamu, Al? Suami kamu mana?" Tanya Hanum. Sepertinya keluarga Riza sudah pulang terlebih dulu. Bahkan sepertinya sekarang hanya tersisa Yusuf dan Hanum saja.
"Maaf Ummi - Abah Alyssa pusing jadi harus keatas."
"Alyssa kenapa, Mi?" Tanya Yusuf ketika melihat kondisi anak yang berbeda.
"Ummi juga gatau, Bah. Ummi cek aja ya keatas?" Baru saja Hanum hendak menyusul sang anak yang sudah ke lantai atas namun dicekal oleh Yusuf. "Mending kita kasih waktu buat Alyssa, jangan langsung didatengin. Dia butuh waktu, sepertinya dia lagi ada masalah."
Ucapan Yusuf ada benarnya juga. Maka dari itu Hanum urung menyusul langkah sang anak dan memilih membereskan semuanya lalu berpamitan pada sang anak dilantai atas. "Ummi sama Abah pulang ya, Nak."
Tak ada jawaban, Alyssa memilih diam daripada kedua orangtuanya mendengar suara paraunya yang terlalu kentara jika dipakai berbicara. Ia hanya tidak ingin membebani pikiran kedua orangtuanya.
Alyssa merasakan tubuhnya semakin tidak enak, pusing ini juga terasa mengganggu. Terlalu banyak menangis membuat kepalanya terasa berdenyut. "Astaghfirullah yaAllah." Ucapnya lirih. Kemudian dia bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi membersihkan dirinya lalu kembali merebahkan dirinya di ranjang.
Kamar baru yang didesain Riza untuknya ini sungguh selera Alyssa namun kenapa rasanya tidak ada kebahagiaan dengan tempat baru ini? Hanya sesak yang memenuhi perasaan Alyssa.
Kumandang adzan isya' terdengar karena jarak masjid dengan rumah baru Alyssa ini dekat jadi terdengar sangat keras menyapa indra pendengaran Alyssa.
Walau pusing masih menderanya, ia tidak mungkin melewatkan kewajibannya begitu saja. Alysaa sedikit bingung mencari keberadaan mukenanya dan akhirnya menemukannya. Alyssapun mulai mengerjakan kewajibannya kepada sang maha pencipta berharap kesakitan yang kini menderanya mampu menguap dan menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Husband [On-Going]
Romance[Follow dulu sebelum baca] [Spiritual - Romance] - 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 𝐢𝐦𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐩𝐚𝐭 Arti pernikahan sejatinya memang sesuatu yang sakral. Mengarungi bahtera rumah tangga dengan pendamping ter...