Menikah itu bukan hanya perihal merubah status tapi perihal melangitkan janji suci pada Allah.
-My Beloved Husband-
▪︎
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
▪︎
Wanita itu terbangun pada sepertiga malam terakhir. Netranya mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk melalui retina matanya. Dan dapat wanita itu rasakan hembusan napas yang menerpa ceruk lehernya serta sepasang lengan tengah mendekapnya erat.
Perlahan sudut bibir wanita itu terangkat membentuk senyuman manis. Alyssa menyentuh tangan suaminya lalu hendak melepaskan pelukan erat suaminya namun dekapannya semakin mengerat. "Kamu udah bangun?" Suara Riza menyapa indra pendengaran Alyssa dengan suara serak khas bangun tidur.
Bulu kuduk Alyssa meremang. Jaraknya sedekat itu dengan suaminya. Wanita itu mengubah posisinya menjadi menghadap suaminya. Senyuman suaminya yang manis menyapanya. Mata suaminya masih senantiasa memejam. "Iya. Kamu kenapa kebangun? Padahal aku cuma nyentuh tangan kamu lho."
Netra Riza terbuka. "Jam kebangun kamu sama kayak aku,"
"Kok bisa?" Kening Alyssa mengernyit.
"Mungkin emang dasarnya jodoh, Sayang." Celetuk Riza asal.
"Ish! Aku serius nanya itu."
"Iya-iya, nih aku jawab bener. Sekitar lima bulanan yang lalu aku rutin sholat malam, dan pasti tiap harinya selalu bangun jam segini."
"Kamu sholat malam juga, Mas selama ini?"
Riza mengangguk. "Makanya Allah kasih kamu buat aku. Allah bangunin kita di jam yang sama dan meminta hal yang sama. Allah emang garisin kita bersatu secara gak langsung, Sayang." Lelaki itu mengulurkan tangannya, mengusap pipi sang istri.
"Kamu hobinya gombal ya?"
"Sebenernya engga, Yang. Lagian itu bukan gombal lho, yang aku rasain emang muji kamu, atau bikin suatu ucapan yang bikin pipi kamu ini merah, Humaira. Seneng aja liatnya." Riza mengelus pipi itu lalu mengecupnya pelan. Sang empunya hanya bisa tersenyum dengan kelakuan suaminya.
"Mas, makasih udah milih aku sebagai istri kamu."
Riza mengangguk. "Sama-sama, Sayang. Makasih juga udah nerima aku sebagai imam kamu, aku tau aku bukan pria yang hebat dan sempurna, tapi aku akan selalu berusaha mencintai dan menyayangi kamu terus."
Cup
Kecupan dari Riza tepat pada pipinya, seketika semburat merah kembali terlihat. "Kamu cantik lho, Sayang. Apalagi pipi merah kamu, suka banget aku liatnya."
"Tuhkan gombal lagi, kamu jangan bikin pipi aku panas terus dong, Mas."
Lelaki itu tertawa pelan melihat istrinya yang tersipu malu itu. "Emang bisa aku bikin pipi kamu panas?"
"Ish! Makin ngelantur lho omongan kamu."
"Ngelanturnya juga sama istri sendiri kan,"
Alyssa menghela napas. Merubah posisinya menjadi duduk, "kita sholat yuk, udah hampir jam 3 tuh." Alyssa menunjuk pada jam yang tertempel di dinding kamar.
Riza mengangguk. "Ini dulu dong." Tangan Riza menunjuk pipinya.
"Ih apaan sih, Mas. Aku mau sholat." Alyssa buru-buru menuju kamar mandi, lalu menutupnya dengan cepat. Suara tawa Riza menggema diseluruh penjuru ruangan, bahkan Alyssa yang berada di kamar mandi pun mendengarnya dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Husband [On-Going]
Romance[Follow dulu sebelum baca] [Spiritual - Romance] - 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 𝐢𝐦𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐩𝐚𝐭 Arti pernikahan sejatinya memang sesuatu yang sakral. Mengarungi bahtera rumah tangga dengan pendamping ter...