بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
▪︎
Menjelang ashar Alyssa pulang dengan tubuh yang sangat lelah. Entah kenapa rasanya ia cepat sekali merasa lelah. Mungkin ini gara-gara baru saja sembuh dari sakit pikir Alyssa. Daripada memikirkan yang macam-macam akhirnya Alyssa memilih untuk segera menunaikan ibadah sholat Ashar.
Selang beberapa menit kemudian, Alyssa memilih berkutat dengan alat dapur untuk memasak, sebentar lagi suaminya datang.
"Assalamu'alaikum..." suara itu yang tengah di tunggu, untung saja masakannya sudah selesai tersaji di atas meja makan.
Buru-buru Alyssa membuka pintu dan mendapati sang suami tersenyum kearahnya. Ia menjawab salam suaminya dan ia raih tangan suaminya untuk menunjukkan baktinya sebagai istri.
"Mas mau mandi atau makan dulu?"
"Mau duduk dulu, ngabisin waktu sama istri," ujarnya santai dan malah membuat pipi Alyssa memerah.
Bukannya diam, Riza malah mengecup pipi istrinya cukup lama. "Biar merahnya gak ilang," ujarnya enteng.
Alyssa menutup wajahnya. "Jangan ditutup," pinta Riza.
Alyssa enggan membuka jemari yang menutup wajahnya. "Mau liat pipi merahnya, Yang.." pinta Riza lagi dengan suara yang menurut Alyssa sangat menggemaskan. Bisa-bisanya nada bicara Riza begitu, rasanya membuat Alyssa ingin teriak disana.
"Engga mau,"
"Sayang," panggil Riza kembali, ia semakin gencar menggoda istrinya.
"Hm,"
"Buka dulu,"
"Gamau." Kepala Alyssa menggeleng.
Riza terkekeh. "Sebentar aja, sini buka dulu terus liat aku."
"Janji gak ngeselin lagi?"
Tawa Riza semakin lama semakin terdengar. "Ih, kok malah ketawa. Yaudah gamau buka."
"Iya-iya sayang, janji." Riza akhirnya mengalah daripada istrinya menutup wajahnya terus dan enggan menatapnya sama saja dia tidak bisa menghabiskan waktu bersama wanitanya itu.
"Semingguan kedepan kamu ada kerjaan, Yang?"
"Ada Mas, kenapa?"
"Yah, gabisa ikut dong kamu,"
"Ikut kemana, Mas? Kamu mau pergi?"
Riza mengangguk. "Ada kerjaan di Bandung selama delapan hari. Maunya ajak kamu biar gak kesepian disana,"
Alyssa tersenyum hangat sembari menggenggam jemari suaminya. "Takut kesiksa rindu ya, Mas?"
Nah, istrinya malah menggoda dia. "Iya sayang, ikut aja yuk?"
"Gabisa,"
"Kenapa gabisa? Kamu tega biarin aku pergi sendirian?" Keluh Riza dengan nada yang manja pada istrinya.
Alyssa terkekeh, bisa-bisanya pria berusia dua puluh tiga tahun bertingkah seperti ini. "Ih manjanya keluar," ujarnya seraya mengusap pipi Riza dengan lembut.
"Salah siapa diajak gamau ikut," nah coba bayangkan pria yang sudah dewasa bisa bertingkah manja seperti ini di hadapan istrinya, seakan-akan ia tengah meminta sesuatu pada ibunya.
"Gak mempan loh Mas pake jurus kayak gini," tawa Alyssa semakin lama semakin jadi.
Tawanya berusaha Alyssa hentikan takut melukai hati suaminya yang sedang serius-seriusnya malah ia tertawa berlebihan. Ia tatap wajah suaminya dengan lekat. "Mas, aku bukannya gamau ikut tapi aku lagi sibuk sama cafe, mana bisa aku tinggal gitu aja padahal udah di rencanain jauh-jauh hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Husband [On-Going]
Romance[Follow dulu sebelum baca] [Spiritual - Romance] - 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐞𝐩𝐚𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐞𝐧𝐲𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚 𝐢𝐦𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐩𝐚𝐭 Arti pernikahan sejatinya memang sesuatu yang sakral. Mengarungi bahtera rumah tangga dengan pendamping ter...