30 - Penjelasan

837 53 3
                                    

Happy reading ❤

Jangan lupa dibaca sampe author note ya.

▪︎

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

▪︎

"Hei! Jangan ngelamun, gak baik." Alyssa langsung tersadar dari lamunannya. Kini mereka berdua sudah ada dirumah. Sepulang dari rumah sakit jiwa tadi, Alyssa banyak melamun.

"Ada yang ganggu pikiran kamu?"

"Banyak, Mas. Pertemuan tadi malah bikin aku makin banyak pertanyaan."

Riza tersenyum menatap sang istri. Ia mengusap rambut terurai Alyssa. "Alyssa, udah siap dengerin?"

"Hm?"

"Aku mau cerita." Alyssa mengangguk menanggapi ucapan Riza. "Rania Kanyalia Dewi, perempuan yang kamu liat tadi. Seperti yang kamu liat, kondisi dia gak baik-baik aja. Tiga tahun lalu, kondisinya memburuk setelah sebuah kejadian terjadi sama dia. Waktu itu aku ga paham kenapa Kanya bisa ngurung diri karena tiap kali aku, ayah dan ibu tanya dia selalu menutup diri." Riza menjeda ucapannya dan menghela napas.

"Hari keempat dia ngurung diri di kamar, aku makin khawatir sama dia. Aku coba lagi buat ketuk pintu kamar dia dan suruh dia keluar tapi tetep aja dia gamau buka. Aku saat itu terpikir buat dobrak pintu kamarnya karena ini udah terlalu lama. Waktu aku berhasil buka pintunya, aku kaget. Kanya udah gak sadar disana. Dan yang paling bikin aku kaget adalah banyak darah berceceran disana. Di sprei, di lantai bahkan di baju yang dikenakan Kanya waktu itu. Disana aku nemuin silet kecil yang aku duga sebagai alat untuk Kanya menyakiti dirinya sendiri." Riza kembali menghela napas berat berulang kali. Alyssa hanya mengusap jemari sang suami dengan lembut.

"Sampai pada akhirnya Kanya dinyatakan memiliki gangguan jiwa. Tapi kami tetep gak mau bawa Kanya ke rumah sakit jiwa saat itu. Kami tetep rawat Kanya dirumah selama dua minggu pasca kejadian dimana Kanya gak sadar diri saat itu. Tapi, di hari ke-lima belas kondisi Kanya makin buruk. Sejak saat itu kami memutuskan untuk bawa Kanya ke rumah sakit jiwa." Diujung kalimatnya Riza menyeka air matanya, mengingat kembali kejadian beberapa tahun lalu yang begitu menyakitkan bagi Riza.

"Ternyata itu semua terjadi karena Kanya sempat mengalami pelecehan dan pelakunya adalah Adnan, laki-laki yang Kanya sukai disekolahnya. Keadaan Kanya memburuk karena dia punya trauma berat atas kejadian itu. Aku makin merasa gagal jadi seorang kakak buat Kanya ketika aku liat dia begitu menderita di rumah sakit jiwa, Al."

"Kamu gak salah Mas, jangan salahin diri kamu sendiri kamu atas kejadian Kanya." Alyssa mencoba meyakinkan sang suami bahwa semua ini bukan kesalahannya.

Alyssa mengusap lengan Riza perlahan, mencoba menengkan suaminya. "Maaf ya Mas aku jadi ingetin kamu ke kejadian itu."

Riza menatap sang istri lekat. "Gapapa, harusnya aku yang minta maaf. Karena secara gak langsung hal ini udah ngusik pikiran kamu sampe akhirnya kamu keguguran." Air muka Riza berubah sendu.

Alyssa tersenyum hangat. "Bukan salah kamu, Mas. Itu semua terjadi karena udah takdir Allah. Jangan pernah ngerasa semua ini salah kamu ya Mas,"

Riza mengangguk seraya menyunggingkan senyuman. "Aku bersyukur punya kamu, Alyssa." Riza menarik Alyssa masuk kedalam dekapannya. "Terimakasih karena sudah memaafkan suamimu yang sering ngelakuin kesalahan ini ya, Al."

Alyssa mengangguk. "Tapi apa alasan kamu menyembunyikan Kanya dari aku, Mas? Gimanapun kondisi Kanya dia tetep adik kamu, Mas."

"Aku cuma takut kamu gak nerima adik aku, Al. Aku takut kamu milih ninggalin aku dan batal nikah sama aku kalo sampe tau kondisi Kanya."

My Beloved Husband [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang