Arvel melanjutkan perjalanannya setelah membeli bakso tadi. Perjalanan yang cukup memakan waktu lama karna jalanan macet. Arvel baru sampai di rumahnya Sore menjelang malam. Setelah sampai di rumah Ia memarkirkan mobilnya terlehih dahulu lalu menuju rumah Acel terlebih dahulu untuk memberikan Bakso yang ia beli tadi
Tok tok tok
Tok tok tok
Pintu terbuka menampilkan pria paruh baya yang tak lain adalah Fatur
"Lho Vel udah pulang toh? Ayok masuk-masuk"
"Iya om" kata Arvel lalu mengekori langkah Fatur
"Duduk Vel" kata Fatur mempersilahkan Arvel untuk duduk di ruang keluarga. Arvel sudah di anggap anak sendiri oleh Fatur dan Feli. Mereka menganggap Arvel anak dan Rafa cucunya
"Iya om"
"Ma.. mama"
"Iya pa kenapa? Eh ada nak Arvel toh" Feli datang dari dapur dengan berjalan cepat dan duduk di sebelah Fatur
"Ini Arvelnya bikinkan minum"
"Eh, gak usah om. Ini saya ke sini cuma mau jemput Rafa sama mau ngasih bakso, tadi saya kebetulan lewat ada pedagang bakso kebetulan juga kan lagi hujan jadi saya beli aja sekalian" kata Arvel sambil memberikan
"Aduh kok repot-repot ini, makasih ya Vel" kata Feli sambil menerima kresek itu
"Enggak tan, sama-sama" kata Arvel dengan senyumannya"
"Kalau gitu kita makan sama-sama aja. Kebetulan emang mau makan. Bentar mama panggil Acel sama Rafa dulu" setelah mengatakan itu Feli menuju dapur untuk membuka bakso itu dan memanggil Acel dan Rafa
"Gimana Vel? Udah nemu yang cocok?" pertanyaan Fatur membuat Arvel tersenyum
"Mungkin sudah saatnya saya memikirkan itu om, saya lihat Rafa juga membutuhkan figur ibu"
"Memang kalau boleh tau di mana ibunya Rafa?"
"Ibunya Raf-"
"PAPA" teriak Rafa sambil turun dari tangga bersama Acel dan Feli. Rafa menghampiri Arvel dan memeluknya dan Arvelpun membalas
"Yuk Vel makan dulu" ajak Fatur sambil berdiri dan Arvel mengekorinya
Mereka makan dengan keadaan hening dan tak lama mereka menyelesaikan makannya itu. Arvel bangkit dari kursinya dan pamit pulang bersama Rafa
"Opa, oma Afa ulang dulu" pamitnya
"Iya, jangan kangen ya" kata Fatur sambil terkekeh dan Feli hanya tersenyum
"Ma, Afa ulang dulu" kata anak itu smabil memekuk Acel
"Iya kamu kalau mau main ke sini aja oke?"
"Oke ma"
" ya sudah kalau gitu saya pulang dulu om, tan, mbak terima kasih" pamit Arvel dengan tersenyum. setelah mendapat jawaban, Arvel meninggalkan pekarangan rumah Fatur dan menuju rumahnya
Ceklek
Pintu rumah Arvel terbuka, mereka masuk ke dalam "Rafa udah mandi belum?"
"Tadi udah pa"
"Oke, papa ke kamar dulu ya?"
"Yes Dad" lalu Arvel berjalan ke kamarnya.
Sampai di kamar, Arvel meletakkan tas kerjanya di meja kecil lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai mandi ia keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk lalu mengambil bajunya di lemari dan mengenakannya
Arvel membaringkan dirinya di kasur, ia lelah untuk hari ini, di satu sisi ia harus memikirkan keluarga dan masa depannya dan di sisi lain ia ragu untuk melangkah lebih tepatnya takut salah melangkah. Ia harus benar-benar memikirkan ini matang-matang. Ia tak bisa asal melangkah. Sekali asal melangkah, maka akan berdampak ke masa depan anaknya.
Apa yang di tanyakan Morga tadi juga sudah ia pikirkan, tapi bagaimana? Terkadang ada perempuan yang tak mau menerima laki-laki yang sudah memiliki anak. Masalahnya kali ini beda.
Arvel memejamkan matanya sambil memikirkan hal ini, ia butuh suasana tenang untuk itu.
"Mungkin ini pilihan yang tepat. Tak ada salahnya untuk mencoba melangkah" katanya setalah berpikir
Ceklek
Pintu kamarnya terbuka lebar menampilkan bocah kecil dengan baju tidurnya. Arvel yang mengetahui anaknya datang itu langsung duduk dari posisi tidurnya. Rafa berlari menaiki kasur Arvel dan langsung duduk di pangkuan ayahnya
"Pa, Afa pengen onton film"
"Rafa mau nonton apa?"
"Emm Afa mau liat tayo aja"
"Oke" Arvel mangambil MacBook nya yang ada di nakas. Lalu ia membuka YouTube dan memberikannya kepada Rafa yang masih di pangkuannya. Film berjalan, Rafa dengan fokusnya melihat film itu
"Fa, Rafa mau gak kalau punya mama?" tanya Arvel membuka pembicaraan
"MAU! Afa mau, mau anget" jawab Rafa dengan cepat. Arvel tak menanggapi ia hanya tersenyum. Arvel senang mendengar jawaban anaknya itu berarti pilihannya untuk mencari istri tak salah
Tak lama film itu selesai. Arvel mematikan MacBook nya itu karena ia melihat Rafa sudah tak minat untuk menonton dan Rafapun tak protes atas apa yang di lakukan oleh Arvel
"Pa, Afa boleh bobo sama papa?"
"Boleh donk" dan keduanya mengambil posisi berbaring
"Rafa mau sekolah nggak?" Saat mereka berbaring. Anak itu diam tak menjawab anak itu masih dengan posisi memeluk guling sambil berhadapan dengan Arvel
"Papa bukan maksa Rafa harus sekolah, cuma sekolah itu enak, Rafa bisa dapet banyak teman, Rafa bisa jadi pinter atau mungkin lebih pinter dari pada papa, Rafa juga bisa tau hal-hal yang belum Rafa tau" kata Arvel menjelaskan sambil menatap manik mata bocah itu
"Udah pikirkan besok, tidur ya" kata Arvel sambil menyalakan lampu tidur dan menarik selimutnya. Sedangkan Rafa masih tak berkutik, ia memeluk ayahnya dan menyembunyikan wajahnya di dada Arvel
Pamud lagi poto nih 😍🤳🏼
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Neighbor [END]
ChickLitBook 1 Genre : chicklit "Itu anaknya mas Arvel apa gimana sih? Kalo emang iya memang di mana istrinya? kok cuma ada anaknya tapi gak ada istrinya" ~Acel "Dia mau nggak ya jadi istri gue? Dia mau nggak nerima anak gue?" ~Arvel [Cerita lengkap] Hanya...