Arvel berjalan di lorong rumah sakit dengan sedikit tergesa. Karena jadwalnya akan segera di mulai dan tadi ia datang sedikit terlambat.
Saat hampir mencapai ruangannya, langkahnya terhenti karena panggilan dari seseorang "Dok!" Dan reflek Arvel menoleh
"Ini Dok, tadi pagi saya masak dan kebetulan ada lebihan jadi saya bagi aja sama dokter buat sarapan" katanya smabil membawa kotak makan
"Gak usah dok, terima kasih. Tadi pagi saya sudah sarapan" kata Arvel menolak halus
"Ya udah dok buat makan siang aja" dengan sangat terpaksa dan waktu yang tak mencukupi akhirnya Arvel menerimanya
"Iya dok terima kasih. Kalau gitu saya masuk dulu"
"Iya sama-sama dok. Semangat kerjanya" kata Sintya dengan nada ganjennya. Dan di balas Arvel dengan senyuman tipisnya. Setelah itu ia masuk keruangannya dan bekerja lagi.
___
Jam makan siang telah tiba. Arvel bangkit dari kursinya lalu melangkahkan kaki untuk menuju ke kantin. Sesampainya di kantin ia memesan makanan dan minumannya lalu di bawa ke meja yang kosong. Saat sedang ke asikan makan ada manusia yang menghampirinya dan Arvel sudah tak terkejut jika manusia itu menampakkan dirinya sewaktu-waktu
"Vel gue cari di ruangan lo eh tau nya ada di sini. Tau gitu dari awalkan gak usah ngabisin tenaga jauh-jauh ke ruangan lo"
"Yang nyuruh lo ke ruangan gue juga sapa" dan Morga pun mendengus
"Vel, tadi pas gue cari lo di ruangan itu gue liat ada kotak makan warna hitam. Punya lo?"
"Ya kali gue bawa kotak makan"
"Bener juga. Lo kan gak tau mau bawa begituan, terus punya siapa?"
"Tadi pagi gue di kasih sama Sintya. Ya udah deh gue terima. Gua bingung mau di kasih ke siapa"
"Kenapa kok gak lo makan aja?"
"Masalahnya isinya itu nasi goreng sea food. Dan gue alergi udang" mendengar jawaban dari sahabatnya itu membuat Morga bahagia
"Ya udah kalau gitu buat gue aja" katanya dengan cepat
"Ya ambilah kalau mau"
"Oke ntar gue ambil" katanya riang
"Vel"
"Hm?"
"Lo gak ada niatan buat nikah gitu? Secara kan umur lo dah matang buat nikah ataupun punya anak"
"Lah gue kan udah punya anak"
"Ck bukan gitu maksudnya tong. Maksud gue tuh lo kan dari segi umur udah cocok buat nikah, segi finansial juga terjamin, segi wajah juga gak burik-burik amat. Kenapa kok gak coba cari aja"
"Sekarang itu gue punya Rafa. Bonyok juga udah maksa nikah apalagi nyokap gue. Tapi di satu sisi gue kan gak bisa mentingin diri sendiri. Rafa juga harus dipikirkan. Jadi gue gak bisa sembarangan cari istri. Gue harus bisa cari istri yang tulus sayang sama bisa nerima Rafa dan bisa nerima keadaan gue gimanapun itu. Sekarang jarang Ga cewek yang mau nerima kondisi gue kek gini"
"Ya tapi kan lo masih pe-"
"Hallo dok, saya boleh gabung gak?" Keduanya mengalihkan atensinya ke arah suara dan seketika Morga langsung memutarkan kedua matanya
"Sorry-sorry nih ya, gue sama Arvel dah mau balik ke ruangan" kata Morga menjawab "ayok Vel balik. Jam istirahatnya udah mau habis" kata Morga sambil berdiri dan Arvel tak menjawab apa pun ia tersenyum singkat kepada Sintya lalu pergi mengikuti langkah Morga
"Ck penggangu" gumam Sintya. Lalu perempuan itu pergi dengan mengentakan kakinya dan wajah yang tertekuk.
___
"Gila ya?! Nenek lampir itu gak berhenti buat teror lo" kata Morga dengan menggebu-gebu
"Sans aja kali Ga. perasaan gue yang di ikutin terus kok lo yang kesel?" Tanya Arvel dengan kekehannya
"Ya gimana ya?! Gue itu cuma liat lo di ikutin terus sama dia aja udah risih. Apa lagi kalau gue jadi lo?!"
"Woles bro.. hahaha" tawa Arvel
"Huh huh sabar Morga, kalau sabar pasti tambah ganteng" gumam Morga
"Dah ah gue mau pulang dulu bisa ketularan keselnya kalau sama lo terus" kata Arvel sambil merapikan mejanya
"Dih! Gini-gini juga sahabat lo Vel" kata Morga sambil memalingkan wajahnya
"Hahha iya dah sahabat gue. Dah bye, jangan lupa kotak makannya di ambil"
"Yoi heart-heart in the street ya hahahaha" Morga tertawa terbahak-bahak sampai menyeka air yang ada di ujung matanya
"Sedeng lu" kata Arvel sambil melangkahkan kakinya keluar dri ruangannya tanpa menghiraukan Morga yang masih saja terbahak
Arvel mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Sekarang cuaca sedang tidak bagus, rintik-rintik hujan mulai turun. Padahal tadi pagi cerah
Saat di lampu merah, Arvel melihat penjual bakso di pinggir jalan. Karena sejalan dengan arah rumahnya, ia memutuskan untuk singgah sebentar di penjual bakso itu
"Mas, baksonya 5, bungkus ya"
"Sip"
Arvel duduk di kursi yangs udah di siapkan. Ia membuka Hpnya yang dari tadi belum sempat ia buka. Ia menselancari dunia mayanya.
"Mas, ini baksonya" kata mas bakso sambil memberikan kresek itu
"Berapa mas?"
"Ini 5 sesuai tadi yang di pesan" kata mas bakso sambil melihat kresek itu
"Maksud saya, berapa uangnya?" Katanya dengan kekehannya
"Oh hehe maaf, 50 ribu aja" Arvel mengeluarkan dompetnya lalu mengeluarkan uang itu
"Ini mas, terima kasih" kata Arvel lalu di balas anggukan oleh orang itu.
Ini nih dokter Arvel sama dokter Morga ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Neighbor [END]
Chick-LitBook 1 Genre : chicklit "Itu anaknya mas Arvel apa gimana sih? Kalo emang iya memang di mana istrinya? kok cuma ada anaknya tapi gak ada istrinya" ~Acel "Dia mau nggak ya jadi istri gue? Dia mau nggak nerima anak gue?" ~Arvel [Cerita lengkap] Hanya...