🎶 Do you think I'm stupid?
Do you think I'm bat shit crazy, having you on my mind?
Do you think I'm helpless?
My algebra gon' equal you every time
Do you think I'm calling?
Do you think I'm calling out your name every night?🎶Suara ringtone terdengar dari kantong celana bahan yang di kenakannya. Ia berhenti sebentar di koridor rumah sakit untuk mengangkat telpon nya
"Ya ma? Ada apa?"
"Ish kamu ini! Dah gak inget punya mama iya?! Udah lupa punya orang tua?! Udah gak sayang lagi sama mama papa?! Ha?! Iya gitu?! Cucu mama gak di bawa ke sini, biar cucu mama lupa nenek nya gitu?!"
Terdengar helaan napas yang keluar dari mulur Arvel "bukan Arvel gak mau bawa Rafa ke mama, ma.. tapi Arvel bener-bener sibuk. Rafa selalu Arvel titipkan sama tetangga"
"Udah mama gak mau tau, habis gini kamu ke rumah mama! Mama kan juga kangen kamu Vel. Sekarang anak mama cuma kamu.. kamu gak mau ke mama?" Kata wanita paruh baya itu dengan nada sedih di akhir
"Iya ma, habis ini Arvel ke sana" setelah mengatakna itu Arvel mmenutup telponnya sepihak.
'Ooo bocah kurang ajar pancen e' batin wanita paruh baya itu
___
Dengan menempuh jalan yang lumayan padat dan lama akhirnya Arvel sampai di kediaman masa kecilnya dulu. Lumayan jauh jarak dari rumah sakit ke rumah orang tua Arvel. Sebenarnya Arvel juga sudah lelah, tetapi jika tidak mengikuti perkataan bunda ratu bisa mengakibatkan hal yang fatal.
Tok tok tok
Ceklek
Arvel membuka pintu dengan perlahan. Ia tak menemukan tanda-tanda kehidupan di rumah ini. Semua terasa sepi.
"Maa!" Panggil Arvel sambil agak teriak
"Ma, Arvel udah dateng malah mama yang gak ada, gimana sih?"
"Ck mama kemana lagi?" Monolognya
"Ma"
"Iya-iya Vel gak usah teriak-teriak. Mama masih bisa denger dengan sangat jelas" kata Agnes. Arvel hanya memutar bola matanya saja.
Arvel berjalan ke dapur untuk mengambil minum, ia terlalu haus. Niat pertama ingin langsung pulang dan akhirnya berada di rumah orang tuanya
"Gimana keadaan Rafa?"
"Rafa mulai pinter ma, banyak maunya sekarang. Aku juga sekarang sibuk sama rumah sakit jadi cuma punya sedikit waktu buat Rafa."
"Mangkanya kamu itu cari istri biar ada yang ngurus kamu sama anak kamu" salah satu alasan mengapa Arvel malas datang ke rumah orang tuanya
"Ma, jodoh itu udah di atur. Kalau emang aku sudah ada jodoh pasti lah bakal ketemu"
"Ya tapi kan kalau kamu gak cari gak mungkin nemu Vel. Papa kerja, kamu kerja, Rafa? Dia gak sama mama kan?"
"Iya, nanti kalau udah nemu secepatnya aku bawa ke mama" katanya final
"Mama tunggu"
"Papa mana ma?"
"Biasa papa kamu kerja kan. Mama di sini kesepian. Meskipun ada pembantu tapi kan gak bisa ngerti mama" Arvel tak menjawab ibunya, ia terlalu lelah untuk berdebat dengan ibunya itu. Arvel berjalan menaiki tangga dan melangkahkan kaki ke kamar masa kecilnya dulu. Tidak ada yang berubah. Tetap sama. Dan selalu bersih
"Huhh capek banget gue" kata Arvel sambil membanting tubuhnya di atas kasurnya tanpa mengganti baju. Arvel memejamkan matanya dan tak sadar ia tertarik ke dunia mimpi
___
Tok tok tok
"Vel, bangun Vel udah sore. Mandi terus turun makan malem ya?" Mendengar suara ibunya Arvel terbangun dari tidur singkatnya.
"Ya ma nanti Arvel turun" Arvel duduk terlebih dahulu untuk mengumpulkan nyawanya lalu setelah terkumpul ia berjalan ke kamar mandi.
Beberapa saat kemudian Arvel keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk dan bertelanjang dada dan berjalan ke arah lemarinya. Ia memilih pakaiannya dan segera turun untuk makan malam
"Malam ma, pa"
"Malam Vel" sapa keduanya
"Akhirnya anak papa inget sama rumah" kata Ferdi
"Masih inget pa, cuma Arvel sibuk aja" timpal Arvel dengan nada malasnya
"Udah udah. Kamu mau makan apa Vel?"
"Terserah ma" setelah mengambilkan makanan untuk anaknya dan suaminya, ia juga mengambilkan juga untuk dirinya sendiri.
Makan malam di mulai. Sangat tidak baik kalau sedang makan itu berbicara. Keluarga Arvel sudah membiasakan dari kecil untuk saat makan tidak berbicara.
Setelah makan malam Arvel pamit pulang karena Rafa pun ia tinggal " ya udah pa, ma Arvel balik dulu. Kasian Rafa, Arvel tinggal"
"Ya udah kamu hati-hati gak usah ngebut" peringat Ferdi
"Jangan lupa kalau udah nemu calonnya cepet-cepet di kenalin"
"Iya-iya ma. Ya udah kalau gitu" kata Arvel sebelum benar-benar pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Neighbor [END]
ChickLitBook 1 Genre : chicklit "Itu anaknya mas Arvel apa gimana sih? Kalo emang iya memang di mana istrinya? kok cuma ada anaknya tapi gak ada istrinya" ~Acel "Dia mau nggak ya jadi istri gue? Dia mau nggak nerima anak gue?" ~Arvel [Cerita lengkap] Hanya...