Sore ini suami istri itu sedang dalam perjalanan menjemput anaknya itu, bisa-bisa sampai di rumah Agnes hampir malam, karena jalanan cukup padat. Jam pulang kerja, harus sabar juga menghadapi kemacetan kota
"Mas, nanti mampir di toko kue dulu ya, masa ke rumah mama gak bawa apa-qpa"
"Oke" tak lama mereka sampai di toko kue yang di maksud Acel
"Aku di sini aja ya? Kamu yang masuk, ini dompet aku" lalu Acel turun dari mobil, cukup lama ia memilih kue untuk ibu mertuanya itu, ia membeli Cheesecake. Avel pernah bilang jika ibunya menyukai kue yang lembut itu. Selesai membeli satu kotak kue dan membayar, Acel segera kembali ke mobilnya
"Udah?"
"Iya, yuk jalan lagi" lalu Arvel mulai melanjutkan perjalannnya itu
"Kamu nggak laper yang?"
"Em, enggak mas" lalu Arvel mengganguk, ia takut istrinya itu lapar, dari tadi siang mereka belum makan siang. Tak lama mereka sampai di sana. Acel turun duluan dan masuk terlebih dahulu kedalam rumah, dan Arvel ia memarkirkan mobilnya terlebih dahulu
"Mama" panggil Acel memasuki ruang keluarga. Agnes yang sedang duduk di sofa sambil menonton TV itu langsung menoleh saat mendengar panggilan
"Lho kamu kesini Cel, sama siapa? Suami kamu mana?" Agnes bertanya sambil memeluk dan mencium pipi menantunya itu
"Itu masih markir mobil ma. Ini ada kue buat mama sama papa"
"Aduh, makasih lho Cel Kok repot-repot, Ayo sini duduk, bentar mama buatin minum dulu"
"Eh, gak usah ma, nanti kalau Acel mau biar ambil sendiri aja" Agnes tersenyum lalu menyusul duduk di sebelah Acel
"Rafa mana ma?"
"Rafa lagi main di kamarnya sama papa" Acel mengangguk saja tak lama Arvel datang dan memeluk mamanya lalu duduk di samping istrinya itu
"Lho papa mana ma?"
"Di kamar, main sama anak kamu"
"Ya udah, Arvel ke mereka dulu" lalu ia menyusul anak dan ayahnya yang ada di kamar
"Kamu nginep di sini aja, udah malem lho. Kasihan Rafa kalau bolak balik"
"Iya ma, nanti Acel tanya sama Mas Arvelnya dulu"
Acel mengamati sekitar, ia baru menyadari kalau di atas TV terdapat foto keluarga yang di pajang, dengan ukuran yang cukup besar. Foto itu saat Arvel masih kecil. Tapi di foto itu bukan ber tiga, melainkan ber empat. Ia mengernyitkan dahi, siapa laki-laki itu? Jika di lihat dari wajahnya sepertinya lebih tua laki-laki itu ketimbang suaminya
"Kenapa Cel?"
"Em, itu cowok yang sebelah Mas Arvel siapa ma?" Tanyanya sambil emjunjuk ke arah foto itu
"Lho Arvel belum menjelaskan?" Acel hanya menggeleng, memang kenyataanya seperti itu
Agnes menghela napas panjang, ia tak habis pikir dengan anaknya satu itu. Agnes takut jika tak di jelaskan maka akan menjadi salah paham, tapi ia tak ingin menjelaskan, karena ia ingin penjelasan keluar dari mulut anaknya itu. Karena ini ada sangkut pautnya dengan anaknya
"Itu abangnya Arvel namanya Vano" Acel terkejut, ia baru mengetahui jika suaminya itu mempunyai kakak. Istri macam apa ia ini kok bisa tidak tau jika memiliki kakak? Sebenarnya masih maklum karena Arvel dan Acel belum terlalu dalam untuk mengenal satu sama lain. Tetapi ia hanya bingung saja, kenapa suaminya itu tak bercerita kepadanya
"Terus bang Vano sekarang tinggal di mana ma?"
"Vano sudah meninggal, nanti lebih jelasnya tanya sama Arvel ya nak"
"Iya ma" Acel tetap tersenyum tapi di dalam hatinya sudah bertanya-tanya bagaimana kakak dari suaminya itu bisa meninggal. Nanti akan ia tanyakan ke suaminya
Ferdi, Arvel serta Rafa yang ada di gendongan Arvel turun dari tangga. Saat melihat ibunya, anak itu langsung meminta turun dari gendongan ayanhnya.
"Mama" teriaknya sambil lari ke Acel
"Sayang" Rafa menubrukkan badannya ke Acel, ia langsung mengangkat Rafa dan mendudukannya ke pangkuannya
"I miss you mom"
"Too sayang" lalu Acel menciumi pipi gembul anak itu. Agnes dan Ferdi bahagia melihatnya, mereka senang, berarti tak salah pilih.
"Makan malam dulu yuk. Udah jam nya" ajak Agnes. Lalu mereka berjalan ke ruang makan kecuali Rafa yang berada di gendongan Acel
___
Malam ini sesuai permintaan Agnes, mereka akhirnya menginap di sini. Malam sudah mulai larut, semua penghuni rumah ini sudah tidur, kali ini Rafa tidur di kamarnya sendiri.
Acel terbangun, ia tak bisa tidur. Dari tadi perempuan itu terus saja memikirkan perkataan Agnes. Acel sudah mencoba untuk melupakan paling tidak sampai esok, tetapi tetap saja tak bisa.
Karena tak bisa tidur, Acel pelan-pelan bangkit dari kasur takut mengganggu tidur suaminya.
Ia turun ke bawah menuju dapur membuat coklat hangat, siapa tau itu dapat membantunya untuk pengantar tidur
Setelah coklat panas itu jadi, Acel kembali lagi menuju kamar suaminya, ia lalu membuka pintu balkon kamar dan berdiri bersandar di pagar balkon.
Acel meminum perlahan coklat hangatnya sambil menikmati keheningan malam. Bintang-bintang dan bulan bersinar semakin menerangi gelapnya malam.
Tak lama terdapat selimut yang di sampirkan ke pundaknya lalu orang itu memeluk tubuh kecil istrinya itu
"Kok belum tidur?"
"Hmm" Acel hanya bergumam
"Ada apa? Ada msalah?" Bisiknya, Acel tak menjawab ia tetap meminum sedikit demi sedikit coklat hangatnya
"Kalau ada masalah cerita, kalau ada yang mau di tanyakan, tanyakan aja" Arvel tau ada yang mengganjal di pikiran istrinya itu. Tadi saat makan malam, Acel lebih banyak diam dan rasanya makan tak selsai-selsai
"Mas?"
"Hm?" Arvel hanya bergumama ia masih memeluk Acel dari belakang, ia menenggelamkan kepalanya di cekukan leher istrinya itu, rasanya nyaman sekali. Membuat hati tenang dengan aroma strawberry
"Aku boleh tanya?"
"Hm, sure"
"Kamu punya abang?"
Arvel sedikit terkejut dengan pertanyaan istrinya, sedetik kemudian ia menormalkan bahasa tubuhnya
"Iya"
"Boleh ceritain tentang abang mu?"
Yaampun, makasih bangett yang udah Vote and comment. 😍
Aku bener-bener ga nyangka kalau ada yang suka sama ceritaku hahaha termasuk temen ku juga. Malu banget pas tau kalau temen ku juga baca 🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Neighbor [END]
ChickLitBook 1 Genre : chicklit "Itu anaknya mas Arvel apa gimana sih? Kalo emang iya memang di mana istrinya? kok cuma ada anaknya tapi gak ada istrinya" ~Acel "Dia mau nggak ya jadi istri gue? Dia mau nggak nerima anak gue?" ~Arvel [Cerita lengkap] Hanya...