Part 11

1.2K 82 0
                                    

"Duhh capek banget gue Vel" adu Morga kepada Arvel

"Gak cuma lo yang capek Ga, gue juga" kata Arvel sambil menyandarkan kepalanya di kursinya

Sintya langsung mengambil tempat di sofa single.

"Emm dok, nanti kita bisa makan siang bersama? Kebetulan tadi saya tidak sempat makan siang" ajak Sintya

"Lo nanya ke gue apa ke Arvel?" Tanya Morga

"Ya jelas tanya ke Arvel lah, ngapain gue nanya ke lo? Kek gak ada orang lain aja" baru saja Morga akan menjawab tetapi sudah terlebih dulu di potong oleh Arvel

"Maaf dok, saya tadi sudah makan siang sebelum ke sini"

"Bisa temani saya makan siang aja dok?" Tanya Sintya berharap

"Maaf, tapi saya ada kepentingan lain" tolak Arvel. Sudah lama ia selalu di recoki oleh Sintya. Ia tau Sintya suka dirinya. Tetapi entah kenapa ia tak mau menerima Sintya sebagai pendamping hidupnya.

Sintya dokter cantik, mulus, bening, body aduhai, idaman para pria. Tapi tak termasuk dengan Arvel.

"Udah deh. Lo itu udah di tolak sama Arvel. Gak usah maksa jadi orang" kata Morga yang lumayan sakit

Karena malu, Sintya memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu "ya udah dok, kalau begitu saya permisi dulu" pamit Sintya

"Iya dok silahkan" jawab Arvel

Setelah pintu tertutup baru Morga mengomel. Selalu seperti ini

"Lo  gak risih apa di deketin terus sama ntu orang?"

"Ya kalau lo tanya risih apa gak ya tentu jawabnnya risih, tapi mau gimana lagi, kan ya gue harus nge hargai dia sebagai dokter, keran kerja gue. Ya gue gak bisa se enaknya aja"

"Udah dari lama kan lo tolak dia. Berapa kali coba Sintya nembak lo? Tapi selalu lo tolak. Dia gak malu apa ya?"

"Ah udah lo jangan ngomongin orang. Nanti pasti dia capek sendiri dan akan berhenti" Morga hanya bergumam sebagai jawaban, ia terlalu menikmati tidurnya

"Ga"

"Hm?"

"Gue balik dulu ya? Anak gue ada di rumah soalnya"

"Iya balik aja, gua masih mau tidur di sini dulu"

"Oke bye" setelah mengatakan itu Arvel berjalan menuju parkiran dam melesat pulang ke rumah

___

"Sayang, kamu udah makan belum?" Tanya Acel sambil mengelus kepala Rafa

"Tadi udah ma, makan nasi goyeng buatan papa"

"Papa bisa masak?" Tanya Acel tak percaya, karena setahunya bahwa kebanyakan laki-laki tak bisa melakukan pekerjaan rumah. Mungkin hanya sedikit yang dapat melakukan pekerjaan rumah.

"Bica donk ma. Papa itu selalau macak buat Afa. Papa juga yang belcihin umah"

"Wah papa hebat ya, mama baru tau loh"

"Iya donk, papa Afa gitu loh" kata Rafa sambil tersenyum bangga

"Hahaha ya udah kalau udah makan, mau main apa kita hari ini?"

"Kita udah lama gak ain petak umpet ma, ayok kita ain itu aja!" Ajak Rafa dengan mata berbinar

"Ayok! Siapa dulu nih yang ngitung?"

"Emm mama aja"

"Oke mama hitung ya, satu.. dua.. tiga.."

Rafa mulai berpikir mencari tempat sembunyi 'aduhh Afa sembunyi di mana ya?'  Batin Rafa sambil naik menuju lantai atas

Ceklek

Suara pintu kamar terbuka terdengar Rafa "loh Rafa ngapain?" Tanya Feli

"Sutthh jan bantel-bantel oma. Ini Afa lagi ain petak umpet cama mama, tapi Afa bingung sembunyi di mana" kata Rafa sepelan mungkin

"Ohh, di sembunyi di kamar oma aja" ajak Feli

"Oke oma, cepet! Sebelum mama celecai ngitung!" Ujar Rafa panik

"Oke-oke, kamu sembunyi di balik kasur, mama pasti gak tau" kata Feli sambil sedikit mendorong tubuh Rafa

"Oke oma! Jan bilang mama oke?"

"Sip boy" setelah mengatakan itu Feli keluar dari kamarnya

"Sembilan.. Sepuluh.. Rafa mama udah selesai ngitung nih! Mama cari kamu! Rafaa! Dimana kamu?" Teriak Acel sambil mengelilingi rumah, dan membuka seluruh ruangan. Saat menaiki tangga, ia terkejut melihat ibunya ada

"Lhoh mama dari mana aja? Kok tadi Acel waktu makan siang mama gak ada? Papa juga kemana? Kok sama aja gak kelihatan?" Tanya Acel beruntun

"Kalau tanya tuh satu-satu, pelan-pelan Cel"

"Heheh iya ma"

"Mama dari yadi di kamar, mama udah makan siang duluan, kamu kan kalau makan suka telat jadi ya mama duluan. Papa pergi, ketemu teman"

"Oh pantes dari tadi aku kok gak kelihatan"

"Ini kamu mau ngapain?"

"Aku mau nyari Rafa ma. Main petak umpet"

"Rafa ada di kamar mama, kamu cari aja. Heheh jangan bilang Rafa ya kalau kamu mama kasih tau" kata Feli sambil nyengir

"Okee siap ma" katanya dengan semangat dan langsung menuju tempat tujuan

Ceklek

The Perfect Neighbor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang