"Hallo"
"Ya hallo Cel, lo berangkat sama siapa?" Tanya Vanya di sebrang sana
"Gue barangkat sama orang, lo duluan aja. Gue nyusul"
"Oke" lalu sambungan itu terputus
"Siapa yang nelpon?" tanya Arvel sambil melirik Acel yang ada di sebelahnya
"Itu Vanya" lalu Arvel menganggukan kepalanya
Sekarang mereka berdua sedang berada di mobil menuju ke kampus Acel terlebih dulu
"Mau sarapan dulu apa langsung ke kampus? Tadi kan gak sempat sarapan" tanya Arvel dengan pandangan fokus ke jalan
"Sarapan dulu aja kali ya?"
"Oke. Mau makan apa?"
"Aku pingin gado-gado mas"
"Di mana sini ada gado-gado?"
"Di depan sana pinggir jalan" kata Acel sambil menunjuk depan
"Oke" lalu Arvel menyetir mobilnya sesuai yang di tunjukan Acel tadi
___
"Mas, gado-gadonya dua makan sini, minumnya es teh aja dua" pesan Arvel lalu keduanya duduk di kursi yang sudah di siapkan
"Gak papa kan makan pinggir jalan gini?"
"Kenapa harus gak papa?"
"Ya.. soalnya kamu kan dokter pasti menjaga kebersihan apa lagi makanan"
"Gak semua makanan bersih itu enak, right? Kayak obat, bersih tapi pait. Kayak air, bersih tapi hambar, right?" Tanyanya sambil mengelus kepala Acel
"Aku juga sering kok jajan pinggir jalan gini" lanjutnya. Acel menganggukan kepalanya sambil menggulum bibirnya. Arvel yang melihat itu gemas dan ia mencubit pipi cubi Acel
"Ihh kok di cubit" protesnya dengan mengerucutkan bibirnya
"Ih kamu juga yang salah. Ngapain kok punya wajah imut banget" kata Arvel sambil tertawa. Acel mencibikkan bibirnya sekaligus membuang wajahnya. Pipinya terasa panas. Oke, hari ini Arvel membuatnya kesal sekaligus malu
"Cie.. salting cie" goda Arvel sambil menusuk-nusuk pipi Acel
"Apaan sih enggak ya" elaknya sambil mencubit pinggang Arvel
"Mas, mbak. Ini gado-gadonya" kata penjual gado-gado itu memberikan pesanan keduanya.
"Iya mas terima kasih" ucap Acel sambil mengambil nampan yang di berikan. Lalu memberikannya satu untuk Arvel dan satu lagi untuk dirinya.
Mereka makan dengan hening sampai Arvel membuka suaranya "Cel"
"Hmm?" Gumamnya sambil mengalihkan pandangannya dari piring ke Arvel, mulutnya terlalu penuh untuk menjawab
"Kamu tau gak?"
"Enggak mas" jawabnya setelah menelan makanannya
"Ck belum selsai"
"Hehe sok atuh lanjutkuen" cengirnya tanpa dosa
"Kamu itu ibarat sayur kol di gado-gado ini" katanya sambil menunjuk piringnya
"Ha?! kok aku di samain sama sayur kol sih?" Tanyanya dengan alis hampir menyatu
"Iya.. kol lah segalanya untuk ku"
"Dih, apaan sih?!" Kesalnya sambil mencubit pinggang Arvel dengan senyuman yang tertahan
"Udah deh.. itu make up di pipi kamu tuh merah banget" tunjuknya sambil tertawa
"Ih au ah kesel banget aku sama kamu" katanya sambil memalingkan wajahnya
"Cantik.. jangan marah donk.. iya deh gak gitu lagi" sesalnya sambil mengangkat jarinya dan berbentuk 'peace'
"Ck, hm" decaknya di mulut, namun di hati ia merasa bahagia. Ini kali pertamanya selama pacaran, ini kali pertamanya Arvel memanggilnya 'Cantik'
"'Hm' apa nih? Di maafin nggak?"
"Iya" jawab nya malas
"Ih gak ikhlas ngomong iya nya"
"Ck iya mas" ujarnya sambil tersenyum
"Nah gitu donk"
"Udah mas? Yuk jalan lagi, habis ini masuk kelas akunya"
"Iya udah kok, yuk" ajaknya sambil menggandeng tangan Acel. Setelah membayar, mereka berdua melanjutkan perjalanannya menuju kampus. Tak lama mereka sampai kampus. Arvel mengantarkan Acel sampai parkiran
"Sana gih masuk, nanti telat" suruhnya sambil mengelus puncak kepala Acel
"Iya, kamu semangat kerjanya. Jangan capek-capek. Jangan lupa makan siang"
"Iya cantik"
"Ish apaan sih"
"Dih, katanya sih 'ish apaan sih' tapi pipinya merah" katanya tertawa lagi sambil menirukan perkataan Acel
"Dah ah" katanya mau membuka pintu mobil. Saat akan membuka pintu, tangannya di tahan oleh Arvel lalu ia duduk lagi
"Nanti pulang jam berapa?"
"Nanti aku pulangnya siang"
"Aku jemput ya?"
"Gak usah mas, aku nanti siang mau jalan sama temen dulu, kemungkinan pulangnya sore atau malem"
"Ya udah kalau gitu. Belajar yang pinter, biar anak kita bangga punya mama yang pinter" ucapnya sambil menatap lekat mata Acel. Acel yang di tatap seperti itu merasa malu, ia mengalihkan pandangannya
"Udah lah mau masuk aja aku. Makasih ya mas. Hati-hati di jalan" peringatnya
"Iya kamu juga" lalu Acel turun dari mobil. Setelah itu ia berjalan menuju kelasnya. Sekiranya Acel sudah menghilang dari pandangannya, ia menyalakan mesin kobil dan melajukannya menuju rumah sakit
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Neighbor [END]
ChickLitBook 1 Genre : chicklit "Itu anaknya mas Arvel apa gimana sih? Kalo emang iya memang di mana istrinya? kok cuma ada anaknya tapi gak ada istrinya" ~Acel "Dia mau nggak ya jadi istri gue? Dia mau nggak nerima anak gue?" ~Arvel [Cerita lengkap] Hanya...