part 47

939 51 0
                                    

Pagi ini Arvel terbangun dengan mata yang terlihat seperti mata panda. Kantung matanya menghitam.

Cowok itu baru bisa tertidur satu jam yang lalu, dan sekarang ia harus bersiap-siap untuk ke ruamah sakit

Arvel berjalan menuju kamar mandi dengan langkah malasnya. Rasanya jarak anatara kamar mandi dan kasur kali ini terasa sangat jauh, padahal sebenarnya hanya lima langkah. Tetapi berat bagi Arvel.

Tak lama ia keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya yang menandakan bahwa ia telah membersihkan dirinya dan aroma sabuh sangat melekat di tubuhnya hingga harumnya dalam memenuhi penjuru kamar.

Arvel memutuskan untuk meminjam kemeja dan celana bahan Morga karena ia tak memiliki pakaian sama sekali. Dan untuk Snelli nya, ia juga meminjam kepada Morga.

Ia keluar dari kamar dengan rapi dan Snelli yang ia sampirkan di tangannya. "Selamat pagi dokter" sapa Morga yang sedang duduk di sofa

"Sok sok an lo manggil gue dokter" katanya sambil terkekeh

"Lo mau berangkat sekarang Vel?"

"Kagak, taon depan!"

"Sak karep mu" Morga bangkit dari duduknya mengambil tasnya dan keluar dari apartemen nya. Tak lama pemuda itu masuk lagi menghampiri Arvel

"Kenapa?" Tanya Arvel

"Heheh berangakat bareng ya? Mobil gue masih di bengkel. Waktu lo cuti si Gino sakit, mangaknya gue bawa ke bengkel" katanya dengan cengiran jelek nya

"Tunggu gue kalau gitu" kata Arvel santai sambil menontom TV

"Berangkat kapan anjir?"

"Sekarang" lalu cowok itu mematikan TV nya dan mengambil tas kerja nya

"Edan. Emang ya , kalau orang punya masalah itu bawaannya aneh terus" gumamanya sambil geleng-geleng

"Lo mau berangkat apa di situ terus?" Lalu dengan cepat Morga mengambil tasnya dan menyusul Arvel.

___

Dari kemarin Acel tak dapat tidur dengan nyenyak. Hampir setiap jam ia bangun melihat pintu utama menunggu suaminya pulang. Namun tidak ada tanda-tanda jika Arvel pulang. Acel khawatir dengan suaminya. Selama itu pula ia selalu memikirkan di mana Arvel tidur, apakah tidurnya nyaman, apakah Arvel pagi ini sudah sarapan. Banyak sekali hal yang di khawatirkan Acel

Acel menghembuskan napasnya. Pagi menjelang siang ini setelah ia mengantarkan Rafa ke sekolah, Acel mulai membersihkan rumah. Karena Rafa juga masih TK jadi sekolahnya tak lama, hanya tiga jam.

Sekarang rumah tampak lebih bersih. Setelah memastikan bersih-bersih rumah selesai, Acel mengambil baju kotor yang ada di kamarnya dan kamar Rafa. Wanita itu membawa semua baju kotornya menuju mesin cuci.

Sambil menunggu cuciannya beres, Acel menuju taman belakang berniat untuk menyiram tanaman.

Tak lama HP berbunyi dengan keras. Acel mematikan keran, ia berjalan menuju HPnya yang berada di meja ruang keluarga. Acel segera menghampiri HPnya ia berharap bahwa sang penelpon adalah Arvel

Acel menghembuskan napas panjang setelah melihat nama sang penelpon

"Halo Van?"

"Haloo. Cel, udah lama nih kita gak ketemu. Ketemuan yuk?"

"Kapan?"

"Nanti siang mau?"

"Iya deh, tapi gue ajak Rafa ya? Rafa pulangnya siang ini"

"Oke lah, di tempat biasa ya?"

"Oke" lalu telpon itu terputus. Perempuan itu duduk di sofa. Ia menyandarkan tubuhnya yang lumayan lelah. Tak lama bunyi lumayan keras datang dari belakang rumah. Acel menegakkan tubuhnya.

The Perfect Neighbor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang