Wah gak nyangka banget aku bisa sampe part 30, padahal aku bikin ini itu cuma iseng, eh kok keterusan wkwkwk
Jangan lupa kalau ada typo kasih tau ya
Happy reading
'Jatuh belum tentu terluka,
Bertemu belum tentu jadian'___
Hari ini Arvel kembali bekerja dan Rafa ia titipkan lagi ke Acel. Niatnya sore ini se usai pulang kerja Arvel ingin membawa Acel dan anaknya jalan-jalan.
Tok tok tok
"Masuk"
"Permisi dok, ini data pasien hari ini"
"Ah, iya terima kasih sus"
"Ya udah kalau gitu saya pulang dulu dok"
"Iya sus silahkan" lalu perawat itu pergi dari ruangan Arvel. Ia membuka data yang di berikan kepadanya. Sore ini cuaca cerah. Ah rasanya Arvel ingin cepat pulang ke rumah.
Setelah itu ia membereskan segala berkas dan lainnya ke dalam tasnya lalu ia berdiri dari kursi kebesarannya lan menuju pintu untuk kembali ke rumahnya. Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang lumayan sepi karena sudah sore
Tak lama suara dering telpon terdengar, tanpa menunggu lama ia menekan tombol hijau sambil tetap berjalan ke parkiran "halo?"
"Lo di mana"
"Gue udah mau pulang, dari tadi kok gue gak liat lo? Di mana?"
"Cie kangen ya? Gue tau gue ngangenin" ucapnya PD
"Dih, serius, lo di mana?"
"Tadi pagi sakit perut, mungkin gara-gara kebanyakan makan bakso cabe tiga puluh" jawabnya sambil terkekeh
"Udah tau punya sakit maag itu ya makannya di jaga, bukan malah makan-makanan yang bisa nyakitin lo"
"Iye dah, lo kek mak-mak kalau udah gitu. Gue serasa anak yang ngebuat salah sama maknya"
"Sialan lo"
"Ya udah deh, gue cuma mau tau lo di mana, oke bye" lalu sambungan itu terputus sepihak oleh Morga
"Oo konco edan" gumamnya sambil melihat handphone nya. Lalu ia melanjutkan jalannya menuju parkiran
"Dokter Arvel" teriak perempuan dari kejauhkan. Arvel menengok kebelakang untuk melihat lalu ia menghentikan langkahnya. Perempuan itu berlari kecil ke arah Arvel "iya ada apa ya dok?"
"Em, saya boleh bareng dok? Mobil saya lagi di bengkel"
"Maaf, tapi saya ada keperluan mendadak"
"Begitu ya dok?"
"Iya, atau gini aja saya pesankan taxi online aja ya? Saya bayar kok"
"Nggak usah dok terima kasih" kata Sintya dengan senyum yang di paksakan. Lalu Arvel pamit, ia memasuki mobilnya dan meninggalakan Sintya yang masih berdiri. Lalu ia menjalankan mobilnya ke rumah.
Bukannya tak mau membantu sesama, tetapi Arvel sudah tau jika Sintya memiliki perasaan lebih dengan dirinya, jadi tak mau memberi harapan palsu. Karena sakit hanya bisa berharap tanpa bisa memiliki. Ia juga menjaga hati Acel
Sore ini jalanan cukup padat, waktu jam pulang kantor. Arvel mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sebenarnya ia ingin ngebut untuk cepat-cepat bertemu anak dan pujaan hatinya, tetapi ia masih sayang nyawanya
Tak lama ia sampai di rumah. Setelah memarkirkan mobilnya ia mandi dan bersiap diri. Dirasa sudah rapi, Arvel berjalan ke rumah sebelah untuk menjemput anak dan calon istrinya
Tok tok tok
"Sebentar" tak lama pintu terbuka menampilkan pujaan hatinya sambil menggendong anaknya
"Papa" teriak bocah itu semangat
"Ayo masuk dulu mas" lalu Arvel mengekori Acel sambil menggandeng tangan mungil anak itu. Lalu mereka duduk di ruang keluarga. "Tumben udah pulang mas?"
"Iya, memang mau ngajak kamu jalan sama Rafa juga"
"Wah bener? Ya udah aku siap-siap dulu"
"Iya aku tunggu" lalu Acel berdiri dari sofa dan hendak melangkah menuju kamarnya, tetapi tangganya keburu di tahan oleh Arvel "kenapa mas? Aku mau siap-siap ini, katanya gak boleh lama-lama"
"Jangan cantik-cantik" katanya setelah diam sebentar
"Lha ya gimana? Berarti make up ku gak berguna? Beli mahal-mahal, nabungnya susah lagi" Acel terlahir dari keluarga yang cukup terpandang, tapi dari dulu Fatur dan Feli selalu mengajarkan untuk menabung dan menghemat, jadi jika ingin membeli sesuatu maka harus menabung sampai ia mendapatkan barang apa yang di inginkan. Ada yang sama?
"Kamu tanpa make up aja udah cantik, apa lagi pake make up. Banyak laki-laki yang ngelirik kamu tau, aku gak suka. Kamu boleh cantik tapi kalau kita lagi berdua. Selebihnya gak boleh"
Blush
Pipi Acel sudah merona, ia tak dapat menutupinya lagi "udah ah, aku mau siap-siap dulu" setelah mengatakan itu ia berlalu ke kamarnya
Setelah menunggu sekitar lima belas menit, Acel turun dengan dress berwarna peach dan tas yang berwana senada, jangan lupakan sneakers putihnya.
"Yuk" ajaknya
"Papa sama mama kamu mana Cel?"
"Papa sama mama lagi di kamar, tadi aku udah pamit kok, boleh"
"Ya udah yuk" lalu mereka bertiga berjalan ke mobil Arvel. Malam ini akan menjadi malam yang indah bagi keluarga kecil itu. Ehm, calon keluarga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Neighbor [END]
ChickLitBook 1 Genre : chicklit "Itu anaknya mas Arvel apa gimana sih? Kalo emang iya memang di mana istrinya? kok cuma ada anaknya tapi gak ada istrinya" ~Acel "Dia mau nggak ya jadi istri gue? Dia mau nggak nerima anak gue?" ~Arvel [Cerita lengkap] Hanya...