58.

7.7K 673 61
                                    

MOHON KERJASAMANYA, UNTUK VOTE CERITA INI💅🏻⛓️

Happy reading

🍃🍃🍃

"Mau kemana Le?" tanya Vio saat melihat suaminya keluar dari kamar mengenakan baju putih dibalut jaket denim dan celana hitam.

"Mau keluar dulu." ucap Ale lalu menghampiri sang istri.

"Mau ikut, sekalian beli martabak manis." ucap Vio hendak berdiri tapi Ale langsung menghadangnya.

"Nggak, lo disini aja biar gue nanti bawa pulang." ucap Ale.

"Ngga mau, maunya ikut." ucap Vio dengan memasang wajah cemberutnya. Ale menghela nafasnya pelan.

"Dengerin gue, lo disini aja biar gue yang beli. Malem-malem gini gak baik kalo lo keluar, gue gak mau lo sama anak gue kenapa-napa. Okey?" ucap Ale lembut sedikit membujuk istrinya agar tidak ikut.

"Ishh yaudah, serah." Vio memalingkan wajahnya ke TV kembali. Ale mengulurkan tangannya. Vio pun mencium punggung tangan suaminya. Ale jongkok mengusap lembut perut istrinya yang sedikit menonjol karena usia kandungannya memasuki 1 bulan.

Selama 1 bulan itu Ale menjadi sangat overprotektif. Untuk berjalan saja, Vio kadang digendong. Vio saat itu hanya bisa pasrah.

"Hai anak Ayah, Ayah mau keluar dulu ya. Kamu jangan nakal, jangan buat Bunda bawel." ucap Ale lalu mengecup perut Vio. Vio menghangat mendapat perlakuan tersebut.

Jantungnya berdetak lebih cepat. Saat merasa benda kenyal itu menempel di bibirnya. Setelah beberapa menit kemudian Ale menjauhkan wajahnya. Mengacak pelan rambut istrinya.

"Jaga diri baik-baik ya." ucap Ale lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Baru lima langkah suara Vio membuatnya terhenti.

"Gak usah keluar ya? Gue takut lo kenapa-napa." ucap Vio pelan tapi terdengar oleh Ale.

Ale terdiam sejenak. Semoga saja hal itu tak terjadi, pikirnya.

"Ale." Panggil Vio membuat Ale tersadar.

"Maaf, gue keburu." Ale langsung berlari keluar rumah segera menancapkan gas motornya.

Vio menghembuskan nafasnya pelan, ada rasa tak rela Ale keluar dari rumah. Ada perasaan tak enak juga, tapi ia mencoba positif thinking.

"Semoga gak akan terjadi apa-apa." gumam Vio. Dan mulai melanjutkan menonton acara di TV.

Satu jam berlalu. Vio duduk bersandar pada punggung sofa. "Kok jadi pengen cium ketiaknya Ale ya?" ucapnya sambil mengusap perutnya.

"Ale belum pulang lagi, sumpah kangen cium ketiaknya. Padahal tadi udah, tapi kenapa pengen lagi sih." decak Vio.

Dua jam kemudian. Tapi Ale belum menampakan batang hidungnya. Vio menggigit jarinya sembari mondar-mandir. Ia sudah telfon berkali-kali namun sama sekali tidak dijawab.

Menelfon teman-teman Ale pun semua tidak ada yang tau keberadaan laki-laki itu.

Vio duduk kembali disofa sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dan mulai terisak.

"Ale lo dimana sih? Jangan bikin khawatir hiks.." gumamnya pelan.

"Gue takut lo kenapa-napa hiks.. mana ditelpon ngga diangkat." sambungnya.

"Assalamualaikum." Vio mengangkat wajahnya. Senyumnya luntur saat melihat ternyata bukan Ale. Tapi Rangga dan Sinta yang tampak panik.

"Ale hiks.. Ale kemana?" tanya Vio pada keduanya. Rangga dan Sinta saling lirik. Rangga tampak mengode Sinta pun akhirnya mengangguk pelan.

Playboy VS PlaygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang