"Res, tahun depan Aleta aku bawa ya."
Resa, ibunda Aleta menatap bingung ucapan adik kandungnya.
"maksud kamu apa Fik?."
"aku lihat Aleta cerdas dan sayang kalau sekolahnya gak berlanjut ... Jadi aku pengin bawa dia untuk tinggal sama aku selagi aku nerusin sekolah dia."
Tampak Resa yang terkejut. Namun, tak ayal dirinya juga merasa senang karna akhirnya Aleta putri semata wayangnya akhirnya bisa melanjutkan Sekolah Menengah Atasnya.
"kamu jangan sedih gitu dong." Fika sebenarnya tak tega untuk memisahkan keduanya, tetapi melihat masa depan Aleta yang mungkin akan terancam membuat nya harus mengambil keputusan untuk kebaikan semuanya.
"cuma lima tahun Res, setelah itu Aleta akan balik lagi ke kamu dengan keadaan yang akan jauh lebih baik." bujuk Fika saat melihat Resa hanya diam menatap sendu.
"tapi lima tahun itu lama Fik."
Resa tak dapat menutupi ketidakrelaannya, air mata yang kini sudah terjun dengan bebas di pipi nya menunjukkan dengan jelas bahwa dirinya sangat sedih.
"maaf atas niat aku yang buat kamu jadi sedih, tapi apa kamu mau lihat Aleta tumbuh dalam keadaan kekurangan? Aleta perempuan, sudah seharusnya dia menempuh pendidikan nya hingga selesai. Dia harus menjadi Mama yang cerdas untuk anak anaknya kelak Res." terdengar helaan nafas sebelum akhirnya Fika memeluk erat tubuh Resa, kakak kandungnya.
Ucapan Fika jelas benar adanya, dirinya tak ingin Aleta hidup sengsara sepertinya. Tetapi mendengar dirinya akan dipisahkan selama lima tahun dengan putri kandungnya sendiri sungguh membuat kepala Resa menjadi pusing, dirinya tak akan sanggup menahan waktu selama itu.
Fika masih mengelus lembut punggung bergetar Resa, dirinya tau ini keputusan yang berat tapi pada keputusan ini juga yang akan menentukan nasib seorang gadis untuk kedepannya.
Lima menit berlalu dalam keheningan, Resa masih menangis sesenggukan. Memikirkan semuanya membuatnya lemas dan sakit kepala, dengan keadaan berpelukan akhirnya Fika merasakan anggukan pelan dibahunya.
"semoga ini yang terbaik, aku percayakan Aleta padamu." dengan lemah Resa melepas pelukan keduanya dan menghapus air mata yang sedari tadi tak kunjung berhenti.
Fika tersenyum tulus menanggapi ucapan kakak-nya, dirinya tau betul bagaimana dulu susahnya Resa pontang panting mencari pekerjaan hanya untuk meluluskan masa SMP putrinya.
Melihat itu semua membuat Fika sedih namun tak bisa berbuat apa-apa, dirinya ingin membantu tetapi selalu ditolak dengan halus oleh Resa. Entahlah, mungkin Resa terlalu sungkan hanya untuk menerima bantuan kecil dari adiknya sendiri.
Dan keterdiaman Fika berakhir saat dirinya mendengar fakta bahwa Aleta tak akan melanjutkan Sekolah Menengah Atasnya, dirinya sungguh tak setuju dengan keputusan itu. Sehingga, dengan keputusan bulat Fika dan suaminya keduanya berniat untuk membiayai seluruh pendidikan Aleta, keponakan satu-satunya yang mereka punya.
"aku sama mas Vero akan jaga Aleta dengan baik."
"Huaaaa- Bundaaa ..."
Teriakan nyaring seorang remaja membuat kedua kakak beradik itu memusatkan pandangan nya pada pintu masuk.
disana, tampak seorang gadis dengan muka hitam dan bau busuk yang menyengat hidung.
"Mm-Bundaaa hhh."
Aleta, gadis dengan kotoran comberan itu berjalan cepat kearah Resa dengan lirihan tangisnya. Rambut hitam legamnya semakin hitam dan menyatu lengket dengan bau busuk yang menyeruak.
Baik Fika maupun Resa sontak bangkit dan membawa Aleta dengan cepat menuju kamar mandi.
"Bun Al-."
"sst ... Jangan buka mulut kamu! Nanti aja ngomongnya ya sayang."
Aleta mengangguk dengan langkah sedikit terseok-seok akibat langkah buru-buru kedua wanita dewasa yang kini tengah menggenggam tangan kotornya.
"Fik kamu bisa menimba air kan?" Resa yang kini sudah membuka pakaian Aleta bertanya cemas saat melihat Fika yang kesusahan mengambil air didalam sumur nya.
Tanpa memperdulikan tangan nya yang lecet akibat besi penyangga timba tersebut, Fika berusaha keras agar air masuk dengan penuh kedalam ember yang sedang di gerak-gerakan nya.
"Huekkk- huu Bun."
"sst ... sayang." peringat Resa dengan jari telunjuk dibibirnya.
Aleta bingung harus bagaimana, ingin bernapas tapi lumpur comberan ikut tersedak-sedak dihidungnya membuat Aleta ingin muntah. Dan saat ingin bernapas lewat mulut Resa langsung menyuruhnya menutup mulut rapat-rapat.
Jadi lewat mana lagi Aleta bernafas?
Resa yang tak sabar melihat air yang didapat Fika lantas mengambil alih timba tersebut. Dan saat Fika sudah memposisikan kepala Aleta aman menunduk Resa langsung saja mengguyur tubuh putri nya tersebut.
Aleta yang pengap-pengap langsung mengangkat kepalanya dan kembali ditundukkan oleh Fika.
Aleta sesak Tante!
Tiga guyuran dan kini Aleta terduduk lemas dilantai kamar mandinya. Resa masih terus menimba, sedangkan Fika sibuk menyabuni tubuh putih Aleta.
Empat bungkus shampo dan kini Aleta sudah aman dengan handuk kebesaran nya. Fika melilit rambut panjang Aleta yang basah lalu membawa sang empu kedalam kamar agar dipakaikan baju.
Saat semuanya sudah aman terkendali, Resa dan Fika menuntut jawaban atas apa kekacauan yang terjadi pada tubuh mungil Aleta tadi.
Aleta yang sedang memakan cookies nya langsung teringat akan kejadian mengerikan tadi.
"Mmm Bundaaa-."
"loh kok nangis sih sayang?." Resa dan Fika yang melihat Aleta menangis langsung bingung.
"K-kak Gema Bunn." adu Aleta yang masih setia menangis namun tetap memasukkan cookies nya sedikit-dikit kemulut.
"Gema?." beo Fika merasa aneh saat Aleta menyebutkan nama putra-nya.
Aleta mengangguk dan kembali memasukan cookies kemulutnya. Resa dan Fika yang tak sabar pun lantas merebut cookies tersebut dan menyuruh Aleta untuk menyelesaikan dulu ceritanya.
"K-kak Gema suruh Al manjat buat ambil jambu, kak G-gema bilang gak pernah makan jambu jadi Al ambil. T-tapi Huaa ... Pas Al udah diatas pohon kak Gema malah lempari Al pake jambu jambu kecil, terus kak Gema tarik kaki Al sampe Al jatuh ke comberan nek Siti. Al nangis sampe nek Siti dengar, Al takut Bunn, Al mau lari tapi gakbisa sendal Al nyangkut didalam comberan Al kesandung kedepan makanya muka Al itam semua Bunn, Huaaa ... Al takut, Al malu Bunn." Aleta terus meraung-raung menumpahkan kekesalan nya.
Fika yang mengetahui kejahilan Gema, putranya pun tak dapat tenang. Bagaimana ini, ia hendak membawa Aleta untuk tinggal dirumahnya. Namun, tingkah laku Gema membuat Aleta menjadi takut dan tak nyaman.
Akankah keduanya bisa akur saat tinggal serumah nanti?
"Al, nih sendal kamu."
Ini dia biang keladinya!
Dengan muka polosnya Gema mengangkat sendal yang sudah berlumur comberan dan melemparkannya asal kedepan pintu rumah Aleta. Rip! Sendal yang sebelumnya bermotif Micky mouse itu kini sudah seperti bakso yang dilumuri tepung! Tertutup rata.
"ITU DIA ORANGNYA!." teriak Aleta.
Aleta yang geram melihat muka tengil Gema langsung merampas kotak cookies yang berada di tangan Fika dan langsung melempar kan nya pada Gema.
"GEMAAA!." histeris Fika dan Resa berbarengan.
"Huaaa-aaa."
Gema yang mendengar jeritan serta tangisan melengking Aleta langsung lari kocar-kacir sembari menutup kedua telinganya.
Aleta bocah! Bisanya cuma ngadu.
•••
13Jan21
1059-kata.See you<3
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA (On GOING)
Подростковая литература21+ "K-kak mau ngapain?." Aleta terkejut saat Gema tiba-tiba memasuki kamarnya dengan kondisi tangan ingin melepas seluruh pakaiannya. "Mau gesek doang." DEG Aleta dengan wajah pias nya langsung bangkit berdiri dan lari sekencang-kencangnya keluar d...