25|

17.3K 306 34
                                    

***

Acara pemakaman telah selesai berlangsung, kini hanya tinggal segelintir orang saja yang masih tinggal di area pemakaman.

"hiks... bunda. Aleta datang bunda. " Aleta masih setia memeluk batu nisan sang bunda. "Aleta udah ngelakuin kesalahan bunda. " lirihnya.

sebagian orang yang masih tinggal ikut memandang iba pada Aleta. bersyukur masih ada sisa keluarga yang akan merawat dan menjaga Aleta sehingga mereka tak perlu khawatir untuk hal itu. begitu pemikiran mereka saat ini.

"sudah ayo pulang.! " ucap Vero setengah berbisik.

Aleta hanya menurut. separuh jiwanya masih tertinggal di pemakaman sang bunda. dirinya ingin tinggal lebih lama. namun, tak dapat membantah. ia takut semakin membuat Vero marah. masalahnya masih belum selesai. bahkan saat acara pemakaman ia merasa hanya dirinya saja yang menangis. sungguh tragis.

Gema dan Aleta kembali memasuki mobil, duduk berdampingan namun tak bicara sedikitpun. tak ada pelukan hangat seperti kemarin. kacamata hitam masih setia bertengger dihidung mancungnya. jika para pelayat tadi melihat secara intens maka mereka akan melihat beberapa lebam biru diwajah tampan nya.

Bahkan diacara berkabung seperti ini pun Aleta merasa Gema masih ingin terlihat keren. berbeda dengan dirinya yang sudah berantakan.

"kamu gak bakal tinggal serumah lagi sama kita. " ucap Vero.

"maksud papa?. " tanya Aleta ragu-ragu.

Vero menggeram "saya bukan papa kamu!. "

Gema dan Fika hanya diam seolah-olah tak mendengar apapun. hanya diam dan fokus pada jalanan didepannya. disaat-saat seperti ini Aleta lebih terlihat seperti pelaku kejahatan yang harus dihakimi.

mobil berhenti disebuah apartement. "turun!. " titah Gema.

Aleta terkejut, dirinya bingung. "turun!. " kini giliran Vero menginstruksi.

"nikmati waktu mu diapartement ini! dua minggu lagi hari kelulusan sekolahmu, bersyukur kami masih mau mengurus hingga sekolahmu selesai. saat semua sudah kami bereskan, kamu tak berhak untuk ketemu ataupun berhubungan dengan kami. pergilah menjauh dan mulai hidup mu sendiri!." jelas Vero yang langsung membuat mulut Aleta kelu.

"Ma—.. " panggilnya pada Fika yang hanya acuh memandang kearah jendela mobil.

"apartement ini untuk mu. turun!. " sekali lagi Vero berucap.

Gema membukakan pintu mobil dan memberikan kunci apartement tersebut. "anggap apartement ini bayaran gue waktu nikmati tubuh lo!. " sarkasnya lalu masuk dan mobil pun melaju menjauhin apartement tersebut.

Tes...

air mata terjatuh. hancur dan tak berguna. dirinya diam tak tau harus berbuat apa. 201 nomor apartement yang akan ditempati dirinya. mungkin untuk beberapa bulan atau tahun kedepan. bagaikan sampah yang tak pantas dipungut karna sangat bau dan menjijikkan.

langkah kakinya gontai memasuki gedung tersebut. "permisi!. bisa tolong antarkan saya kekamar 202?." ucap Aleta pada gadis yang kebetulan memasuki apartement tersebut.

alisnya sedikit menaik. "202.? " ulangnya memastikan.

"oh, maksud saya 201. maaf. " ucap Aleta seraya tersenyum canggung.

"haha... santai. gue hampir panik. btw 202 kamar gue. " jelasnya yang semakin membuat Aleta tertunduk malu.

"Pinkan!. " ucap gadis tersebut seraya mengulurkan tangannya.

"Aleta!. "

"yauda ayo, kita barengan. " ucap Pinkan berjalan melewati Aleta.

"siapanya Gema?. " tanya Pinkan.

Aleta yang ditanya secara mendadak tentu saja hanya terdiam. "k..kamu kenal? " tanyanya.

Pinkan kembali mengerutkan keningnya. "201 kamar Gema kan? lo ada hubungan apa sama tu anak? pacar barunya?"

Alet hanya menggeleng. "tolong anterin Aleta aja!" ujarnya pelan.

"oh oke!" balas Pinkan cuek.

saat keduanya telah sampai "sebentar! " ucap Pinkan.

"Lau!. " teriaknya sembari menggedor pintu kamar 202 yang dimaksudnya.

LAURA?

"KAMU?. " ucap Laura pada Aleta yang terbengong.

***

"siapa yang ngehamilin lo? " tanya Brian pada Kania.

"elo!. " jawabnya acuh dan lanjut memakan kacang.

"anjing!. " umpat Brian

"awsssshh..." ringis Brian saat Kania melemparnya remote TV. "sakit Kan!. "

"lo ngomongin anak lo sendiri anjing? gawat lo!. "

"gimana bisa? " tanya Brian masih sedikit tak percaya.

"Brian, lo yang lebih sering. lagipula dipesta terakhir, kita ngelakuin sampe ga kenal waktu. dan sekarang waktunya lo tanggung jawab! " jelas Kania.

"yauda yauda ntar nikah. " putus Brian seraya mengecupi leher Kania mesra.

"gimana ntar prom night perut gue uda melendung? " rengek Kania.

"alay banget lo! kan ada bapaknya. kalo ditanya orang lo tinggal tunjuk gue aja. "

"hm.. " gumam Kania. "bisa-bisanya jodoh gue elo!. "

"lo lagi hamil gini enaknya diajak main Kan! gue pengen, hehe. "

"ayo! gue juga pengen. anak lo dari tadi rewel banget pengen ketemu sama papanya. " ucap Kania yang membuat pipi Brian memerah. Papa. "sangat tidak disangka-sangka." gumam Brian.

"bokong lo padat banget Kan! " ucap Brian seraya menurunkan CD Kania.

"anjing lo! aaahhhhh... Enak. " desah Kania saat merasakan sesuatu yang penuh dibawah sana.

***
BERSAMBUNG

GEMA (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang