24|

20.6K 323 15
                                    

Suasana mencekam, hening dengan isakan tangis seorang perempuan membuat Gema dan Aleta hanya dapat menunduk dalam.

Vero diam menatap kosong kedepan, "Apa-apan ini semua?. " tanyanya masih dengan tatapan kosong.

HENING

kini suara tangisan lirih Aleta mulai terdengar. entah apa yang ada dipikiran gadis muda tersebut. menyesal kah? atau hanya perasaan takut semata.

"Gema?!. " panggil Vero

sikap tenang yang Vero layangkan mampu membuat jiwa Gema remuk. "Pa...! " ucap Gema pelan dengan suara bergetar.

"APA-APAAN INI ANAK SIALAN!. " teriak Vero hingga urat di lehernya terlihat. "KAMU ANAK BAJINGAN!. "

BRUKKKK

Meja kaca yang menjadi penghalang diantar mereka kini sudah pecah akibat hantaman tubuh Gema. Vero kembali mendekati sang empu yang tergeletak di samping sang wanita.

"BODOH!. "
"KEPARAT!. "
"DASAR MANUSIA BODOH!. "

Umpatan-umpatan kemarahan tak bisa lagi ia tahan. ini sudah kelewatan batas. "BANGKIT KAMU BAJINGAN!. " teriaknya tak kalah kencang. wajah yang sudah memerah menandakan kemarahan sudah benar benar ingin ia luapkan.

Fika hanya menangis. tak memperdulikan keadaan sang putra yang kini sudah babak belur dihajar oleh papa nya sendiri. ia bahkan sudah pingsan deluan saat mendengar suara desahan Aleta didalam kamar tadi.

"PAPA.... HIKS!. " jerit Aleta seraya bangkit ingin memisahkan keduanya. "JANGAN... STOP!. " masih dengan air mata yang semakin banyak, Aleta menarik Gema sedikit jauh dari sang papa.

Vero melihat keduanya, semakin bergetar tubuh dan tangan. rasanya ini seperti mimpi! memukul putra sendiri hingga babak belur. tapi tak bisa dipercaya bahwa kelakuan keduanya sungguh membuat Vero jijik.

***

Dilain tempat...

"Brian gue butuh lo!. " ujar seorang wanita diujung telpon.

"ada apa kania?. " bisik Brian dalam hati, lalu mulai melaju ke tempat dimana Kania berada.

"Kania, lo kenapa?. " tanya Brian saat melihat kondisi berantakan sang sahabat.

"GUE HAMIL!. "

***

"Kalian berdua harus dipisahkan!. " ucap Fika.

Aleta terkejut dengan perkataan mamanya. Sedangkan Gema masih dengan kepala menunduk tak berani menatap sang mama.

"Jangan panggil saya mama kamu lagi!. " tekan Fika pada Aleta. "Saya bukan mama kamu!. " jelasnya yang membuat Aleta seketika tertegun.

"Al—Aleta... minta maaf!. " Aleta bersujud diantar kaki Fika dan Vero. dirinya seketika hancur. "Pa—" ucapnya seraya memohon ampun pada keduanya.

Vero hanya membuang muka dan berdiri meninggalkan semuanya. "SAYA BUKAN PAPA KAMU!. " teriaknya diujung anak tangga. "SILAHKAN PERGI DARI RUMAH SAYA!. "

Aleta hanya terdiam dan berusaha mencerna semua kalimat yang kedua orang tuanya ucapkan. matanya tertutup serta bibir yang digigit rapat agar isakan tangis tak terdengar.

"SILAHKAN PERGI DARI TEMPAT INI!. " jelas Fika lalu menyusul sang suami.

tok tok tok...

suara ketukan menghentikan semuanya. pria berumur sekitar tiga puluhan tampak berdiri dengan wajah murung. "permisi." ucapnya.

vero yang masih dalam keadaan kacau berusah tenang menanyakan siapa gerangan dan ada keperluan apa. "ada yang bisa saya bantu?." ucap vero sesekali melihat gerbang depan yang sudah terbuka menandakan bahwa pria tersebut menerobos masuk kedalam halaman rumahnya.

"apa benar pemilik rumah ini atas nama bapak Vero? . " tanyanya sungkan.

"iya!. " jawab Vero dengan menaikan alisnya.

"saya ketua RT tempat ibu Resa tinggal." ucap pria tersebut. "mohon maaf sebelumnya saya menerobos masuk kerumah bapak. nama saya Ridho dan saya ingin menyampaikan berita duka. "

Deg...

"ibu Resa meninggal dunia. " ucapnya dengan kepala tertunduk.

"AAAAAAAAA..."

***

BERSAMBUNG

GEMA (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang