2|

115K 2.7K 99
                                    

"KAK GEMAAA ..."

Huhh!

Lagi-lagi Gema meninggal kan nya di halte Bus ini. Apa sih motif lelaki itu? Kalau memang gak mau nebengin Aleta ya biarin Aleta berangkat pagi kesekolah nya! Bukannya jam setengah delapan gini.

Rasa-rasanya Aleta ingin menangis histeris seperti biasanya dia mengadu pada Mama 'nya.

"Awas aja ya kak Gema! Aku bakal aduin." tegas Aleta sembari berjalan mencari ojek.

Berbeda dengan Aleta, kini Gema sedang melajukan motor sport nya dengan santai sembari bersiul.

Ciri-ciri anak berandalan!

Baju yang tak dikancing melihatkan kaos hitam polosnya dan rambut acak-acakan yang justru menambah kesan bad boy yang tampan.

SMA Bangsa Raya, hanya berjarak beberapa meter lagi. Namun, bukannya memasuki sekolah tersebut, Gema malah memutar haluan nya ke warung depan sekolah.

Dengan santai nya Gema menstandarkan sepeda motor nya dan duduk santai sembari menatap satpam sekolah yang sedari tadi menatap malas kelakuan murid satu ini.

Hanya terpisah jalan aspal setapak, kedua lelaki beda umur itu saling menatap. Gema menyeruput kopi yang baru saja dipesannya tanpa mengalihkan tatapan tengilnya untuk satpam yang juga tak ingin memutus kontak matanya.

"ngopi dulu bro." teriak Gema sembari mengangkat gelas kopi nya.

Pak Dadang, satpam tersebut langsung mengeluarkan handphone jadulnya dan seperti sedang menghubungi seseorang.

Gema hanya terkikik geli melihatnya.

Hanya selang beberapa menit kini tatapan jahil Gema beralih pada perempuan yang baru saja turun dari ojek.

Terlihat wajah panik yang menghiasi nya dan tangan yang bergetar saat sedang memberikan uang pada tukang ojek tersebut.

Aleta, gadis itu hanya mondar mandir didepan gerbang tanpa berani memanggil satpam untuk membukakan gerbang nya.

Gema hanya menikmati pergerakan Aleta tanpa berniat menolong atau bahkan memanggilnya

Hingga pada saat Aleta menatap warung yang sedang diduduki Gema, pundak Aleta langsung merosot lemas. Seketika matanya berkaca-kaca ingin menumpahkan air yang setiap hari nya selalu ia keluarkan.

Terbiasa diganggu oleh Gema tak membuat Aleta menjadi kebal, dirinya justru menjadi lebih cengeng dua kali lipat dari sebelumnya. Kejahilan Gema sungguh diluar dugaan, Aleta pernah menganggap bahwa Gema memang tak pernah menyukai kehadirannya sehingga membuat dirinya merasa tertekan dan kesal. Namun, nyata nya seperti sekarang ini. Gema datang menghampiri dirinya yang sedang menangis tergugu dan langsung memeluknya erat sembari mencium pucuk kepalanya.

Aneh!

Seharusnya jika Gema memang tak menyukai Aleta biarkan saja gadis itu meraung raung sendiri, bukan nya malah menenangkannya.

"udah ah Al, cengeng banget sih." Gema masih asik menciumi kepala Aleta, menghirup aroma strawberry yang menguar dari rambut-rambut halusnya.

"aku aduin Mama." ucap Aleta sembari menghapus air matanya menggunakan kemeja sekolah Gema.

Gema yang mendengar nya hanya menganggukkan kepala. "iya aduin, sama Papa juga jangan lupa." peringat nya sembari membawa Aleta masuk kedalam sekolah mereka.

Saat keduanya sedang berjalan santai menuju kelas nya masing-masing, keduanya dikagetkan dengan teriakan nyaring yang berasal dari wanita tua dengan kacamata hitam tebalnya.

GEMA (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang