29|

20.6K 337 56
                                    

"Aku melamun, memikirkan banyak hal. Antara Aku dan Kamu."

***

Aleta terbangun dalam kondisi berantakan. Dirinya mencoba bangkit untuk melihat sekeliling, dan ternyata Gema masih disampingnya. Terlelap dengan tenang, siapa yang dapat menyangka jika lelaki yang sedang disampingnya ini adalah jelmaan seorang iblis?

"Uhh-h." Aleta meringis membuat Gema terjaga dari tidurnya.

Ada sedikit guratan kecil didahinya yang menandakan bahwa ia sedikit terkejut. Dirinya menyibak selimut dengan kasar dan bangkit bergegas menggunakan pakaiannya. "Fuck!" Umpatnya.

Aleta menundukan kepalanya, takut jika membuat Gema marah kembali. Pipinya masih terasa panas akibat tamparan yang diberikan Gema tadi.

"Aleta!" Panggil Gema yang membuat sang empu mendangakan kepalanya.

Gema berjalan mendekat, "Mulai besok lo gak usah masuk sekolah lagi!" Jelas Gema yang membuat Aleta kaget setengah mati.

"Kenapa?" Lirihnya.

Gema tersenyum remeh. "Kerjaan lo sekarang cukup untuk nerima gue dan muasin nafsu gue."

Aleta menggeleng seraya bangkit. "Aleta gak mau!" Teriaknya didepan wajah Gema. Air mata sudah tak dapat ditahan. Kembali, Gema melukai dirinya.

"Haha.. Mikir! Emang bokap gue mau terus-terusan biayain kehidupan lo?" Jelas Gema yang membuat Aleta terdiam.

"Tolong, kak jangan cabut sekolah Aleta." Tangisnya memohon dibawah kaki Gema.

"Lo udah rusak Aleta! Lagi pula gak ada anak sekolah yang udah rusak kayak lo!" Tunjuk Gema meremehkan Aleta.

Aleta menangis dibawah kakinya. Memikirkan bagaimana lagi ia akan hidup kedepannya. Atau untuk apa lagi ia hidup?

Aleta bangkit dan langsung memecahkan kaca besar didalam kamar tersebut. Gema hanya memperhatikan bagaimana tangan halus tersebut mengeluarkan darah. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal.

Aleta bersiap menggoreskan pecahan cermin tersebut yang membuat Gema terdiam. "Shhh-hh." Ringis Aleta saat darah segar mulai jatuh menetes mengenai lantai.

Gema semakin kacau namun ia tak berbuat apa-apa. "Lo mau bunuh diri?"

Aleta tak menghiraukan pertanyaan bodoh Gema. "Arggh.." Jerit Aleta saat setengah pecahan kaca tersebut sudah menancap dipergelangan tangannya.

"LO ITU ANAK YATIM PIATU, MISKIN, MURAHAN!" Teriak Gema panik.

"PERCUMA LO MATI ANJING! GAK BAKAL ADA YANG PERDULI SAMA MAYAT LO SEKALIPUN!" Kembali Gema berteriak berharap Aleta melepaskan pecahan kaca tersebut.

Krassss

Dengan sekali sentakan tangan Aleta menarik kaca tersebut sehingga membuat darah bercucuran dengan deras. Aleta terjatuh lemas dengan tangis yang masih membasahi pipinya.

Gema berlari menangkap Aleta. Dirinya panik dan takut. "Sayang!" Panggilnya dengan mulut yang bergetar.

"Aleta sayang!" Lirih Gema.

Aleta hanya membuka matanya sesaat, setelahnya Aleta pingsan. Gema semakin panik dan bergegas mencari pertolongan.

"Sayang, kenapa harus gini?" Lirih Gema seraya mencium wajah Aleta.

***

"Ferry, lo harus tenang dulu!" Ucap Brian yang sedari tadi melihat Ferry uring-uringan.

GEMA (On GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang