Niura berjalan ke luar hutan Gaxia. Cahaya mentari pagi terlihat tidak berhasil menerobos masuk melalui celah-celah akar pohon yang menggantung, membuat suasana hutan terlihat gelap di pagi hari. Meskipun begitu, Niura menyukai hutan ini.
Hembusan angin yang dingin, suara nyanyian burung di pepohonan dan aroma embun pagi. Sangat indah dan luar biasa dengan penyatuan elemen alam menjadi satu padu. Dan hal itu tentu saja membuat siapapun yang berjalan di bawah pepohonan rindang itu menjadi betah berlama-lama.
Niura memperlambat per jalannya untuk sekedar melihat sulur-sulur tanaman yang menggantung. Tadi malam Niura menginap di rumah pengobatan karena permintaan dari Tabib Lin dengan alasan penyakit Niura yang semakin parah.
Niura mengakui bahwa dirinya memang memelihara cacing parasit, dan itu membuat Tabib Lin terkejut. Tabib Lin mengatakan bahwa cacing parasit adalah makanan makanan Dewa kematian Roiden, namun, cacing itu sebenarnya milik Dewa phoenix, dan diturunkan kepada keturunannya.
Satu hal yang ada di pikiran Niura, Xiuhuan dan Xinxin!
Para keturunan Dewa phoenix seperti mereka menggunakan cacimg parasit sebagai alat untuk pemindahan elemen. Itulah mengapa semakin lama elemen Niura semakin berkurang. Tidak ada cara untuk mengeluarkan cacing parasit yang semakin berkembang biak, sudah Niura pastikan bahwa Xiuhuan dan Xinxin sekarang memiliki banyak tenaga darinya.
Telah tiba di penghujung hutan, alih-alih keluar Niura malah tidak sengaja melihat dua orang pria dengan postur tegap tengah memainkan sihir. Dalam sekejap Niura mengetahui bahwa pria itu adalah Roiden karena tubuhnya berlumuran kabut hitam, namun, pria satunya tidak ia ketahui. Pria di samping Roiden itu memegang sebuah kertas berwarna kuning.
Niura berjalan menghampiri, sebenarnya Niura ingin pergi ke pasar untuk membeli tanaman obat dengan resep yang diberikan Tabib Lin, namun, tak disangka Dewa kematian itu pun berjalan ke arah yang sama.
"Hei!"
Niura menghentikan langkahnya. Ia terkejut saat Roiden malah mendahuluinya. Niura berpura-pura tidak melihat dan terus berjalan ke depan.
"Dewa, apakah dia istrimu?" tanya pria di samping Roiden penasaran.
"Hmm."
Roiden langsung menarik lengan pria itu dan menghampiri Niura.
Niura melirik dengan ekor matanya dan berjalan lebih cepat. Entah mengapa, rasanya ia malu dipergokki seperti tadi.
"Hei ... kau mau ke mana? Tidak baik mendiamkan suami seperti ini!" Roiden memprotes tak suka. Sementara pria di belakangnya memandangi mereka berdua aneh.
"Dan kau bukan suamiku," jawab Niura tanpa melirik.
Roiden medesah pasrah, ia menghentikan langkahnya membiarkan Niura menjauh. "Tak lama lagi kita akan menjadi suami istri asli!"
Spontan saja langkah kaki Niura terhenti dengan sendirinya. Matanya membelak terkejut. Ia membalikkan badannya dan melihat dua pria yang juga memandanginya. Roiden dan pria di sampingnya itu berjalan menghampiri Niura. Setelah dilihat, ternyata Roiden menggunakan topeng, mungkin agar tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Entah mengapa Niura jadi teringat akan gurunya yang selalu mengenakan topen perak.
Tlak
Roiden menjentikkan jarinya di hadapan mata Niura yang mematung. Niura mengerjapkan matanya, memandang Roiden tak suka, lalu melirik pria di sampingnya bingung.
"Siapa dia?"
Roiden melirik ke kiri, memandang pria itu datar. "Yangyang, tangan kananku."
Niura membelak menatap lengan Roiden bingung, "Lengkap ...." gumamnya tak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of Rainbow Element [Repost]
RandomTAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan tersendiri yang mengharuskannya untuk menuntaskan misi-misi dan rintangan agar dapat masuk ke akademi impiannya dan menemukan belahan jiwanya...