43. Lapar keadilan

8.1K 1.1K 201
                                    

Gaada adegan geludnya, author bingung peragainnya hehe soalnya harus gelud beneran baru bisa ditulis, tapi cuma di pt ini kok😈

Happy reading💕

Angin bertiup kencang menaburkan hawa dingin menggigilkan tulang. Suasana malam ini begitu mencekam. Apalagi saat ini hujan jatuhnya rintik-rintik menyirami seluruh permukaan Kekaisaran Zhen.

Hanya bisa menghela napas dan berdoa. Terlihat seorang gadis berambut gradasi merah dan biru tengah duduk di hadapan bangku para Jaksa dan Hakim yang menatapnya tajam seolah ingin menerkam.

'Sial sekali nasibku!' batin gadis itu menyesal. Salah seorang jaksa menepuk menghampiri dan menepuk bahunya pelan.

"Nona Hong Xiao Li, bagaimana kau bisa melakukan kekacauan sebesar ini?" tanya jaksa itu menyelidiki.

Yang ditanya menoleh sesaat. "Mana kutau," jawab Niura singkat.

Jaksa itu mengepalkan tangannya kesal, namun sesaat kemudian ia menghela napasnya pasrah. Mengetahui bahwa tersangka di hadapannya ini sangat berbahaya membuatnya harus sedikit mengalah.

"Berapa tingkat elemenmu?" Seorang jaksa lain menimpali membuat kedua orang itu mengalihkan pandangannya.

Niura mendengkus. "Empat ratus." Ia menjawab seraya mengetuk-ngetuk kuku dengan kuku yang lain.

"Bohong!" Jaksa itu mendekat. "Tidak mungkin tingkat empat ratus bisa sampai mengeluarkan elemen lain yang setara dengan tingkat dewa!" lanjutnya dengan napas yang terengah-engah.

Hakim yang masih senantiasa duduk pun ikut menghampiri. Ia menunjuk Niura tepat di hadapan wajahnya. Niura hanya menunduk kaku.

'Dewa ... siapapun tolong aku' batin Niura ketakutan.

BRAKK!

"Astaga!"

Semua orang menoleh ke arah pintu pusat pengadilan yang dibuka secara paksa oleh seseorang hingga membuat mereka semua terkejut.

"Dewa Roiden!"

Dan mereka semua langsung bersujud tepat di hadapan pria itu kecuali Niura yang terikat di bangkunya.

Semua orang bergetar hebat. Memangnya siapa yang merasa biasa saja ketika tempat mereka tiba-tiba didatangi oleh seorang Dewa? Yah, mungkin mereka akan bersukur karena keberkahan. Tetapi ini? Dewa kematian! Bukan berkah, tetapi pasrah.

Niura mengerutkan keningnya, 'Roiden? Mau apa dia kesini?'batinnya kebingungan.

Roiden menatapnya datar, tidak seperti biasanya. Tak lama pria itu menoleh ke arah lain, menatap tajam para jaksa dan hakim yang terlihat sangat ketakutan.

Salah satu jaksa menghampitinya dengan perasaan kelut. "A–ampun Dewa ... siapa yang ingin kau cabut nyawanya? Jika itu aku, maka aku akan merpamitan dahulu dengan ayamku," lirih jaksa itu.

Niura memutar matanya jengah. 'Dasar jones!'

Roiden mengerutkan alisnya. "Ada apa dengan kalian? Memangnya apa yang kulakukan?" tanyanya kebingungan.

Mengapa semua orang takut kepada pria setampan dia? Sehingga istrinya pun tak mengakuinya. Roiden frustasi, hidup dalam sepi. Tidak ada yang menemani.

Hakim itu menoleh terkejut. "Bu–bukankah kau akan membunuh kami? Atau ... salah satu dari kami?"

Roiden menggelengkan kepalanya membuat semua jaksa dan hakim itu menghela dan menyunggingkan senyum.

"Huft, terimakasih Dewa Alam," gumam hakim itu mengadahkan kepalanya ke atas.

Princess of Rainbow Element [Repost]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang