Perasaan akhir-akhir ini sering banget dah double up😌
Happy reading!
***
Di sebuah bangunan megah, nan gelap penuh misteri dan tak terlihat oleh sembarang orang. Terdapat banyak sekali manusia berdarah naga dan ballack berkumpulan dengan raja sekaligus Dewa Kematian mereka yang sedang sibuk menulis sebuah catatan di kertas berbahan kulit singa tersebut.
Para pekerja istana memandangi Rajanya dengan bingung sejak tadi pagi. Rajanya itu sibuk menulis tanpa henti, jika ada yang salah, maka ia akan menulisnya ulang hingga bertumpuk-tumpuk.
"Yang Mulia, apa yang sebenarnya kau lakukan?" tanya salah seorang pria keturunan ras naga kepada rajanya.
Rajanya yang tak lain adalah Roiden memandang pria itu dengan tatapan tajam. "Diam Yangyang! Setelah kubebaskan kau dari sanderaan ayahnya Xin Qian, harusnya kau lebih patuh kepadaku, atau selamanya aku tak akan pernah mempertemukanmu dengan kekasihmu itu!" tegasnya dengan tangan yang terkepal. Ia kembali mencelupkan ujung bulu merak ke dalam tinta untuk kembali menulis. Padahal 'kan juru tulisnya ada di sampinya.
Yangyang bergetar mendengar itu, "Ta–tapi Yang Mulia, aku hanya bertanya, mengapa kau sangat sibuk. Biasanya kau akan berburu gadis desa," lanjutnya takut-takut.
Pena yang terbuat dari bulu merak itu terpatahkan menjadi dua oleh kepalan tangan Roiden. Pria pengembala berdarah naga ini sangat ngeyel rupanya. "Aku hanya sedang menulis surat wasiat sebelum aku tiada," jawabnya dengan helaan napas pasrah.
Jawaban itu membuat yang lainnya bingung berjamaah.
"Bagaimana seorang Dewa Kematian bisa tiada?" bisik salah satu ras naga kepada ras ballack di sampingnya.
"Bukankah kau sudah tau kalau kematiannya di tangan seorang gadis yang ia anggap sebagai istrinya?" jawab ras ballack itu kepada ras naga dengan berbisik.
Ras ballack itu memandang Roiden dengan gugup, "Yang Mulia Raja Roiden, sang Dewa kematian yang agung, siapa lagi nyawa yang akan kau cabut hari ini?" tanyanya mengalihkan topik ke pekerjaan Roiden yang sebenarnya. Seorang Dewa kematian yang diberi tugas mencabut nyawa seseorang seenak jidatnya.
Roiden berpikir sejenak, "Dirimu," jawabnya membuat ras ballack itu tercegang.
Roiden melempar catatan yang susah payah ia buat, dan langsung bergegas pergi dari istana, namun hanya roh-nya saja.
"Kau akan kemana, Yang Mulia?" tanya ras naga kebingungan.
Roiden tak menanggapi, dan langsung pergi menuju tempat yang sepertinya harus ia kunjungi. Kekaisaran Zhen.
***
Di Aula pertempuran, dua gadis kuat sedang bertarung dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal. Dua gadis itu tak lain adalah Niura dan Xin Qian, pertarungan keduanya telah mulai belum lama ini.
"Apa kau sudah mencuci tanganmu sebekum bertarung denganku? Diriku terlalu suci jika berhadapan denganmu, perempuan sampah!" ejek Xin Qian sinis.
Wajah Niura memerah padam. Bukan rahasia lagi bagi dunia kalau antara dia dan Xin Qian, bahkan dengan Xinxin terdapat hubungan yang tidak bersahabat.
"Benarkah? Hanya menjadi putri seorang perdana mentri pun sudah sangat bangga!" jawab Niura geram.
Xin Qian tidak dapat lagi menguasai amarahnya yang memuncak sampai ke ubun-ubun. Dengan sigap dia melompat dan menerjang Niura.
Niura berkelit sedikit, bahkan melayangkan kakinya ke perut Xin Qian.
Xin Qian terkejut. "Sampah jelek!" rungutnya sambil melentingkan tubuhnya menghindari tendangan lanjutan dari Xin Qian. Amarah yang menggolak membuat Xin Qian menjadi lengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of Rainbow Element [Repost]
RandomTAMAT! Reinkarnasi yang membawanya berpetualang ke benua Servia. Benua dengan sejuta kejutan dan tantangan tersendiri yang mengharuskannya untuk menuntaskan misi-misi dan rintangan agar dapat masuk ke akademi impiannya dan menemukan belahan jiwanya...