Chapter 10

8.7K 620 43
                                    

Alshee selesai mengganti celana Riel dan menggendongnya kembali ke tempat tidur. Untungnya sprei sudah diganti dan bekas muntahan tadi sudah tak ada lagi.

"Istirahat ya" Ucap Alshee lembut lalu menidurkan Riel ke kasur. Riel mengangguk patuh lalu memejamkan matanya. Dia harus istirahar agar cepat sembuh.

Alshee masih duduk di sebelah Riel sambil mengelus kepalanya, Alshee tau, Riel tak bercanda. Ucapannya semalam itu serius, Alshee tak mudah dibodoh-bodohi.

Entah apa maksud dari ucapannya bersama Haical semalam. Alshee harus bertanya pada Carina, ini tak bisa dimaafkan begitu saja dan lagi Alshee lupa tujuan utamanya.

Setelah Riel tertidur dengan nyenyaknya, Alshee diam sejenak memandangi wajah Riel yang polos seperti bayi.

Walau kenyataannya Riel hanyalah remaja bermuka dua yang tak terlalu bisa ber akting.

"Hem, Riel..Riel..kamu mau main kotor sama aku ya, kamu gatau apa yang bisa aku lakuin ke kamu. Aku bisa ngancurin hidup kamu dalam 1 langkah" Bisik Alshee dingin.

Dia berdiri dan langsung berjalan keluar kamar, sudah cukup bermain-mainnya. Dia harus fokus pada tujuan utamanya saat ini.

Tujuan utamanya adalah membalas dendam pada keluarga Riel, karena kepala rumah tangga mereka adalah pelaku pembunuhan pada Saleh Ardito.

Kakek Alshee yang tewas di bunuh Damian

"Kasian, ini salah Daddy lo tapi lo harus kena imbasnya."

Alshee tak perduli, balas dendam haruslah tetap terlaksana. Sebab neneknya, Frisya. Sudah meminta padanya sejak dia kecil untuk membalaskan dendam atas kematian Suaminya.
.
.
.
.
Riel membuka matanya dan yang terlihat adalah langit-langit kamarnya. Kepalanya sudah tak terlalu pusing karena obat yang Alshee berikan saat di kamar mandi tadi.

"Aduh, Alshee kemana sih" Gumam Riel seraya mengambil ponselnya yang ada di nakas. Tak ada pesan masuk dari Alshee dan itu sedikit mengecewakan Riel.

cklek.

Riel menoleh dan melihat sang adik tengah mengintip dari balik pintu, sedikit menyeramkan "Kenapa Ed?" Tanya Riel datar.

Edgar melangkah masuk secara perlahan dan mendekati kasur yang Riel tempati. "Bang" Panggil Edgar tenang seraya duduk di pinggir kasur.

"Hm?"

"Kak Alshee pergi-"

"Apa maksudmu?"

Edgar terdiam, tatapan dingin dan tajam yang Riel berikan sedikit membuat Edgar takut. Ini dark mode yang abagnya miliki, terkadang suka tak terkendali.

"Kak Alshee pulang, bukan koid. Cuma pulang doang"

"Oh, kirain." Riel merubah raut wajahnya menjadi santai lagi.

Dia kembali tidur dan tak mau memikirkan hal buruk, besok akan menjadi hari yang baik. Riel yakin hari-harinya tak akan buruk mulai dari sekarang.

"Semoga mimpiin Alshee." gumamnya sebelum akhirnya tertidur kembali.






















Tbc.

My Pet Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang