Riel berdiri di hadapan Damian, ini sudah jam 3 pagi dan Damian memergoki Riel berjalan menuju pintu belakang dengan hodie hitam miliknya.
Damian punya firasat buruk saat melihat tatapan gelap milik Riel, itu seperti tatapannya dulu saat hendak membunuh orang, bagaimana Damian tak tau jika dulu saja dia begitu.
"Daddy tau apa yang mau kamu lakuin Riel, jangan lakuin itu. Nanti kamu bakalan nyesel, percaya sama Daddy" ucap Damian lembut, disaat seperti ini dia tak bisa bekeras.
Riel harus di perlakukan lembut jika dalam mode gelapnya, lihat saja dia baru mendengus remeh dengan tatapan rendahannya "Sudahlah Dad, berhenti ngoceh" ucap Riel dingin.
Damian menghela napas pendek, dia harus menghentikan Riel sebelum Queenze yang turun tangan. Itu akan lebih berbahaya lagi "Alshee bakalan takut sama kamu" ucap Damian.
Riel diam, Alshee takut padanya? Senyum miring terulas apik di wajah tampan pucat Riel.
"Dia tak akan takut, jika dia tak tau siapa pelaku yang ngebunuh perempuan itu" bisiknya kemudian berbalik.
Dia berjalan kembali menuju kamarnya, dia akan menjalankan rencananya sebentar lagi. Saat ini dia harus membuat senyum Alshee terbentuk lagi.
.
.
.
Pagi hari menyapa, Riel berjalan turun dengan suasana hati yang bagus. Setelah sampai di ruang makan Riel langsung duduk di sebelah Edgar."Pagi bang" sapa Edgar dengan muka yang masih setengah mengantuk, dia menguap sambil menggaruk kepalanya yang berkutu.
Riel memberikan senyum lugu andalannya "Pagi Edgar" sapa Riel, kemudian tatapannya tertuju pada Damian yang duduk di depannya.
"Pagi Daddy" sapanya tenang dengan intonasi yang sedikit berbeda, Damian hanya mengangguk saja dan meneruskan bacaan di tabletnya.
Tak lama sarapan tersaji di meja makan, dan mereka memulai sarapan mereka bersama.
Tok tok tok.
Seluruhnya menoleh, ternyata Alshee dan Alzi datang dengan sepiring nasi goreng di tangan mereka "Maaf semua, kami numpang makan disini. Soalnya Mama sama Papa lagi tengkar" ucap Alshee segan.
"Gapapa Alshee, sini gabung" Queenze meminta Alshee untuk masuk dan duduk. Dia dan adiknya langsung mencari tempat duduk disana.
Alshee duduk di sebelah Riel, Alzi duduk di sebelah Edgar "Bang Alzi, disitu tadi ada kecoanya" celetuk Edgar.
Alzi yang baru saja mendaratkan pantatnya di kursi membeku, dia menoleh secara terpatah pada Alshee "Kakak..." cicitnya takut.
"Ck, jangan gangguin dia Ed!" sentak Riel kesal. Edgar tertawa pelan, senang sekali mengganggu bang Alzi yang cengeng itu.
Riel langsung mendempetkan kursinya pada kursi Alshee "Alshee, suapin" pintanya manja sambil menggeser piringnya.
"Riel, makan sendiri!" ketus Damian dan Riel tak peduli.
"Gak papa kok Om" akhirnya Alshee menyuapi Riel kemudian dirinya sendiri.
Setelah sarapan yang hening dan damai itu, mereka berangkat bersama menggunakan mobil milik Riel, dia harus mengantar Edgar dulu baru mereka berangkat.
Tak ada percakapan yang terjadi "Alshee, ayo jalan-jalan ke suatu tempat nanti siang" ajak Riel lembut seraya menggenggam tangan Alshee yang ada di sebelahnya.
Alshee diam melamun "Alshee?"
"Hm? Apa kenapa?"
Riel menghela napas lesu, nampak sekali jika Alshee sedang sedih "Sayang, untuk sekarang jangan dipikirin. Kamu tenang aja, kalian gabakal pindah"
Riel mengatakan itu tepat di ditelinga Alshee, sensasi merinding dan geli langsung terasa "Iya Riel, aku berusaha untuk gak mikirin" gumam Alshee dan mencium punggung tangan Riel.
Iya benar, jangan di pikirin untuk sekarang.
Tbc..
Syalala.