Chapter 13

7.1K 544 44
                                    

Mobil Mercedec Benz hitam melaju dengan tenang di jalanan yang tak terlalu padat. Pasalnya jam sudah menunjukan pukul 12 malam lewat 34 menit.

Walau begitu masih ada kendaraan lain yang berlalu-lalang. Alby melirik dari arah kaca spion, kedua anaknya nampak lebih pendiam dari biasanya.

"Va, bunda tadi bilang apa?" tanya Alby lembut dengan tangan kirinya yang menggapai tangan kanan Zinnia. Cincin pernikahan mereka terlihat manis di jari manis mereka.

Zinnia yang tadinya memandangi jendela kini menoleh.

"Kamu tanya aja sama anak kamu By" jawab Zinnia seraya mengusapkan telapak tangan Alby di pipinya. Alby faham maksud dari perkataan Zinnia.

Dengan perlahan dia menarik kepala Zinnia dan mencium mesra pucuk kepalanya.

"Papa, bawa mobilnya dengan benar" celetukan dari Putra manisnya membuat Alby tertawa pelan lalu melepas sentuhannya.

"Hahaha, iya Alzi. Maaf ya" ucapnya lembut. Alzi mengangguk sekali, dia bingung kenapa semuanya nampak lebih diam. Terlebih lagi kakaknya itu.

Alzi menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Alshee "Kakak" panggilnya bernada sambil menarik ujung kemeja Alshee.

Gadis itu menoleh perlahan, "Hm?"

Alzi mengerutkan dahinya, kakaknya pasti lagi sedih. Alzi bisa merasakan kesedihan di hatinya, perlahan Alzi memeluk Alshee dengan erat.

"Kakak jangan sedih, Alzi ikut sedih" Bisiknya parau.

Kedua orang tua di depan saling pandang, tak lama senyum bangga terbentuk. Alzi memang adik yang pengertian walau terkadang cengeng.

Alshee termangu, sedetik kemudian matanya berkedut dan dia membalas pelukan adik kembarnya itu.

"Kakak gamau pindah Zi..hiks..kakak gamau pergi.." Lirih Alshee.

Alzi juga tak mau, tapi dia bisa apa, dia masih 17 tahun yang ktp nya saja belum sempat dia ambil. Gimana dia mau berontak kalau gitu, akhirnya Alshee terus menangis di pelukan sang adik.
.
.
.
.
Riel duduk berdiri bersender di besi pembatas balkon, tatapannya tertuju pada pintu kamar balkon milik Alshsee, dia rindu banget sama gadisnya. Tapi dia tak kunjung pulang.

"Alshee lama banget pulangnya" Gerutunya sebal.

"RIEL! KAMU NGAPAI AJA SIH!?"

"AKU LAGI NGITUNGI BINTANG DAD!!"

"KURANG KERJAAN!!"

"BODO!"

Percakapan yang aneh antara anak dan ayah. "Huhuuu kangen Alshee" rengeknya pelan, beruntung tak lama cahaya dari mobil yang amat Riel kenal terlihat.

Tin tin!

Greeeeek.

Senyum lebar langsung terbentuk di wajah Riel, dia senang. Dia menunggu dengan tak sabaran, lompatan-lompatan kecil terbentuk karena kegirangan.

Senyumnya semakin lebar saat pintu mobil terbuka, Alshee berjalan perlahan kelusr dari mobil. Wajahnya sembab dan terlihat lesu "ALHSEE~"

Alshee mendongak mendengar suara yang sangat dia rindukan itu, ternyata Riel menyapanya dengan lambaian tangan yang manis. Alshee berusaha membentuk senyuman dan melambai.

"Riel, kamu kok belum tidur" tanya Alshee lembut seraya mendekat.

Riel semakin semangat "Aku nungguin kamu, hehe"

Alshee meggeleng pelan dengan senyum gelinya, ini yang dia rindukan nantinya jika dia pindah. Teriakan manis dari Riel dan banyak hal lainnya, tanpa sadar air matanya jatuh.

"Eh!? ALSHEE KOK NANGIIIIIIIIISSS!!!!" Teriaknya panik seraya melompati pembatas balkonnya "RIEL!!"

Terlambat, Riel sudah mendarat dengan sempurna di taman dan berlari kencang menuju rumah Alshee, dia tak bisa melihat air mata jatuh dari kedua mata Alshee.

"Alshee kok nangis!? Alshee jangan nangis!! Hiks..Alshee jangan nangis..Riel sedih...Alshee" Riel menyeka air mata Alshee yang jatuh dengan tangan yang bergetar.

Air matanya juga ikut jatuh, dia paling benci melihat air mata Alshee. Sedangkan Alshee sudah menangis lagi di pelukan Riel, dia meremat kuat piyama pikachu milik Riel.

"Aku gamau pergi...hiks..gamau...huaaaaaa aku gamau pindah Riel gamauuuuu!!...hiks..nenek maksa..hiks..aku gamau"

Riel diam, dia masih mengelus punggung Alshee. Tapi di otaknya sudah tersusun rapi rencana untuk memberikan pelajaran pada nenek tua itu.

























Tbc..

Syalalaa.

My Pet Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang