Chapter 18

3.3K 268 24
                                    

4 tahun kemudian.

Kejadian di dalam hidup seseorang dapat membuat dampak tersendiri bagi yang merasakannya.

Bisa dampak baik, atau juga dampak buruk. Contohnya seperti Qariel, sejak 4 tahun dari kecelakaan yang kekasihnya alami, Riel menutup diri.

Dia menjadi pribadi terturup, suram, dingin dan tak suka ber sosialisasi.

Saat ini dia sudah berusia 21 tahun dan tengah menjalani semester akhir di kampusnya, sebentar lagi dia wisuda dan bisa bekerja di Perusahaan milik Daddynya.

Riel dikenal sebagai pemuda penyendiri di kampus, tak punya teman. Tapi fans nya banyak, itu karena wajah tampannya.

Riel suka menyendiri di taman untuk melukis atau menggambar sketsa wajah milik Alshee, karena dia tak bisa lagi melihat wajah kekasihnya untuk di foto.

Maka dari itu dia melukisnya saja.

Dan juga, Riel ini sedikit gila, contohnya seperti saat ini. Ada seorang gadis cantik berdiri di depannya dengan sebuah coklat di tangan gadis itu.

"Riel, mau jadi pacar aku gak?" ucapnya langsung tanpa basa-basi, Riel mendongak dan mengalihkan tatapannya dari sketsa buatannya.

Dia menurunkan masker putihnya dan memandang datar gadis itu "Apa kau suka nusuk pantat orang lain? Jika tidak pergilah." ucap Riel datar lalu kembali melukis.

Gadis itu malu "Kau gila!" serunya sebal seraya melempar coklat tadi ke arah kanvas di depan Riel. Dan sedikit membuat coreta di lukisan indah itu.

Riel diam, wajah Alsheenya tercoret. Raut dingin langsung terbentuk di wajah Riel, dia berdiri, dengan cepat tangannya menjambak rambut gadis itu.

"Jangan main-main, kau mau kubunuh? Heum?" bisik Riel dingin disertai tatapan gelapnya. Gadis tadi gemetar, dia menggeleng kaku dengan mata yang berkaca-kaca.

Riel segera menghempaskan rambut si gadis, dan gadis itu langsung melarikan diri. Dia tak mau lagi berurusan dengan pemuda gila itu.

Perlahan Riel merapikan bekas coreta di lukisannya tadi "Alshee cantik, Nona-nya aku selalu cantik" bisik Riel bahagia.

Hanya saat melukis saja Riel bisa bahagia, melukis wajah Alsheenya yang selalu datang ke mimpinya. Kapan Alshee kembali, Riel sangat merindukannya.

"Alshee kapan pulang, Riel masih nunggu" sejak saat itu Riel tak berhenti berharap, dia berharap Alshee masih hidup dan kembali padanya.

Walau Riel ini mengancam orang sekalipun, dia tak akan di keluarkan karena pengaruh orang tuanya yang besar di kampus nya.

Dan hari ini Riel memiliki janji temu dengan Om Geraldnya, untuk konsultasi tentang kondisi psikisnya yang sedikit terganggu.

Riel merapikan peralatan melukis serta kain kanvasnya, menyimpannya dengan sebaik mungkin. Dan lukisannya akan dia pajang di galeri pribadi milik Riel sendiri.

"Aku merindukanmu Alshee, cepatlah kembali." bisik Riel seraya mendongak dan menatap birunya langit disiang hari ini.

****

Jalanan di Jakarta sangat padat disiang hari seperti ini, Riel bosan berada di dalam mobil selama setengah jam lebih. Untung waktu temu masih 4 jam lagi.

Tapikan Riel laper, mau mampir ke kafe milik Haical dulu sebelum konsultasi.

"Ck, ada apaan sih disana" gerutu Riel sebal, dia melepas seatbeltnya dan membuka kaca jendela mobil. Ada tukang koran yang lewat langsung Riel hentikan.

"Maaf mas, di depan sana ada apa ya?" tanya Riel.

Mas koran menoleh "Oh, ada seorang gadis lagi adu mulut sama bapak-bapak, gatau masalah apa" Riel diam, hanya masalah sepele tak berguna.

Dia kembali duduk dengan tenang dan melajukan mobilnya saat mobil mulai melaju kembali, untung saja arus kembali normal.

Mobil milik Riel melewati kerumunan orang tak berguna yang ada di pinggir jalan, tatapannya datar sekali "Dasar, buang-buang waktu saja" gumamnya datar.

Dan meneruskan laju mobilnya.

Sedangkan itu.

"Heh pak tua! Kau harus mengganti kerusakan mobilku!!!" seru seorang gadis berambut sebahu yang diikat tengah. Dia mengenakan kemeja dan blazer putih khas orang kantoran.

Pria tua gempal di depannya malah tertawa remeh "Sudahlah Nona, ini juga salahmu karena berhenti sembarangan" ketusnya.

Gadis tadi makin emosi, dia menaikan lengan jasnya dan hendak berkelahi, tapi sang adik langsung menghentikannya "Sudahlah kak, kita bisa terlambat ke kantor Papa." celetuk sang adik dari dalam mobil.

Gadis tadi menghela napas kasar "Gue tandai muka lo ya pak, awas lo" kemudian gadis tadi masuk kembali ke dalam mobil.

"Kakak ngapai sih ladeni tuh orang, mobil kita banyak jadi gausah ribut" ucap sang adik santai. Gadis tadi mendelik tak suka "Diam lo, gue tampol buta lo!" sinis si gadis.

"Kakak ini marah-marah mulu, nanti Bang Nawi gak suka sama kakak" celetuk adiknya lagi.

"Lo gila, gue gak suka sama Nawi!!"

"Tapi dia kan tu-"

"Bacot!"

Laki-laki tadi diam, kakaknya ini galak sekali. Lebih baik dia diam daripada kena bogem mentah dari kakaknya sendiri.

"Kak Rana"

"Apasih Rino!? Lo bacot banget dari tadi"

"Kenapa kakak galak?"

"DIAM ATO GUE LEMPAR LO DARI MOBIL!!?"

"Galaknye"

Memang ya, kakak beradik itu selalu berantem. Tapi kalau pisah malah kangen-kangenan.






















Tbc..

Kenalan sama Rana dan Rino yuk.

My Pet Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang