Chapter 19

3.6K 275 26
                                    

Riel duduk bertumpu pada pegangan tangan di kursinya, dia memandangi Gerald yang daritadi terus membolak balikan berkas di mejanya.

"Kamu masih suka mimpi buruk?" tanya Gerald tenang, pria berumur yang masih melajang itu malah terlihat semakin tampan di usianya yang ke 37 tahun.

Riel mendengus "Masih" jawabnya sekali seraya menaikan masker putihnya. Dia malas berlama-lama disini, dia masih ada kerjaan untuk ngelukis di galerinya.

"Obatnya kamu minum gak?" tanya Gerlad lagi.

"Enggak tuh, semua aku buang ke wc" celetuk Riel santai. Gerald menghela napas pendek, keponakannya ini begajulan sama seperti Damian.

"Yaudah, nampaknya kamu uda lebih baik. Btw mommy kamu dirumah gak?"

Riel melirik sedikit "Om mau ngapain?" tuding Riel, dia masih ingat dengan perkataan Daddynya yang bilang kalau Om Gerladnya ini suka sama Mommynya yang notabene adalah kakaknya.

Gerald tertawa pelan "Mau ketemu sama saudara om lah, emang kenapa?" tanya Gerald santai.

"Mommy gak ada, dia lagi arisan sama Tante Dira" jawab Riel seraya berdiri, dia merapikan sweater kecoklatannya yang melorot.

"Uda ya om, Riel pergi aja. Makasih hari ini om" setelahnya Riel berlalu menuju pintu keluar klinik. Gerald masih memandangi keponakannya bahkan ketika sudah menghilang dibalik pintu.

"Hadeh, kasihan. Padahal Alshee sering datang kemari buat konsultasi juga, tapi kalian gapernah ketemu ya" ucap Gerald prihatin.

Brak!

"LONTONG!!"

Gerald berteriak kaget karena pintu kliniknya baru saja dibanting dengan kuatnya. Disana ada Riel yang memandangnya tak percaya.

Disertai seringai kebahagiaan yang terbentuk lebar di wajahnya. "Katakan jika itu benar!?" Serunya bahagia tak terkendali.

Gerald menghela napas lesu dan mengusap wajahnya kasar, sial dia keceplosan. Dia bisa diamuk Queenze kalau tau Gerald keceplosan.

*****

Gadis yang dipanggil Rana oleh adiknya itu tengah memejamkan matanya, duduk di kursi taman di sore hari sepulang kerja memang lah epik.

Tapi lebih epik lagi karena harus menyaksikan banyak pasangan uwu di sekitarnya "Sial, kapan gitu gue jumpa cowok yang mau ditusuk pantatnya" gerutu Rana sebal.

Rana juga heran, semenjak terbangun dari yang katanya koma, dia tak ingat apapun. Dan ada beberapa orang yang mengaku sebagai adik dan orang tuanya.

Katanya dia selamag dari kecelakaan pesawat bersama keluarganya, itu karena mereka berhasil melompat dari pesawat sebelum benda itu meledak. Dan Rana harus amnesia karena ketiban reruntuhan pesawat.

"Tapi, apa ada cowok yang mau nerima cewek aneh kek gue?" gumam Rana lagi.

"Hahaha adalah pastinya, Nawi mau tuh sama gue. Padahal dia sering gue bully, gapapa deh, dia juga manis"

Rana dan Nawi adalah rekan 1 kantor, hanya saja Nawi suka padanya dan suka menganggunya. Tapi Nawi juga suka di suruh-suruh sama Rana, pemuda tampan itu tak masalah.

Rana mengambil ponselnya dan mengecek apakah ada pesan masuk.

Nawi gesrek📕.

Ranaaaaaaaaaaaaa.

Temenin aku ke gramedia:)

Aku mau beli komik.

Nanti aku traktir novel 5 deh, asal kamu mau nenenin aku.

EH!? MAKSUD AKU NENEMIN.

AH!! BUKAN!!

MAKSUD AKU NEMENIN!!!

Rana tertawa melihat typo yang Nawi buat, ada-ada saja memang "Nawi, lo manis banget sih" gumam Rana gemas.

"Permisi nona"

Rana segera mendongak begitu mendengar suara lelaki yang berat dan serak basah dari depannya, ternyata pemuda tampan ber masker putih.

"Ya Tuan?" tanya Rana ramah sembari menyimpan ponselnya kembali. Pemuda itu nampak tersenyum manis dan duduk di sebelah Rana.

"Nona sedang apa disini? Sendirian lagi" tanya nya basa-basi. Rana tertawa canggung seketika.

"Gak ada, cuma duduk-duduk aja"

"Oh, nama Nona siapa? Kalau boleh saya tau"

Rana bimbang, Rino sering mengatakan padanya untuk tidak mengatakan namanya pada orang asing yang tidak dia kenal. Tapi hati Rana merasa dia sudah kenal baik pemuda itu.

Pemuda tampan yang nampak pucat, lingkaran hitam dibawah matanya mengurangi kadar ketampanannya.

"Nama saya Derana Alshee Nevantara, kalau nama anda siapa?" akhirnya Rana mengatakan siapa namanya.

Pemuda itu tersenyum lembut, senyum yang entah kenapa membuat Rana tenang dan merasakan sebuah kerinduan yang besar di dadanya.

"Nama saya, Qariel Damienzee" ucapnya lembut, desiran angin menerpa rambut hitam kecoklatannya yang lebat.

Senyumnya nampak menyendu dan seperti senyum kesedihan, Rana tak tau, tapi dia merasa sesak melihat senyum itu "O-oh, salam kenal Riel. Aku boleh panggil begitu kan?" Rana takut pemuda itu tersinggung.

Riel tersenyum lebar sampai menunjukan gigi gingsulnya "Gak papa, aku panggil kamu Alshee gimana? Boleh kan" sebaliknya, Alshee kini ditanya.

Dia biasanya tak suka orang memanggilnya dengan nama Alshee, tapi tak masalah saat pemuda itu yang memanggilnya "Gak papa kok, panggil aja begitu" ucap Alshee santai.

Riel senang, dia menunduk guna menyembunyikan raut bahagianya yang terlalu ketara di wajahnya. Dia senang, walau Alshee tak mengingatnya, setidaknya dia bisa mendekati Alshee secara normal.

Dan kali ini, Riel tak akan membiarkan siapapun mengambil Alshee darinya. Bahkan pemuda bernama Nawi itu sekalipun.

















Tbc..

Syalala, ketemu juga mereka.

My Pet Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang