Author Pov.
Riel pernah mendengar hal ini dari Daddy cengengnya, jika Daddynya pernah memimpikan hal yang menyeramkan dan kemungkinan jadi nyata.
Awalnya Riel berfikir itu hanya oceha bodoh milik Daddynya, tapi dia tak tau jika kemampuan itu menurun padanya. Jika dia mau dia tak akan sudi menerima kelebihan itu.
Saat ini Riel sudah pulang ke rumahnya karena dia tak jadi kencan di rumah Alshee.
Alasannya keluarga Alshee ada urusan penting ke rumah Nenek Alshee. Tak tau urusan apa.
Jadi Riel memilih untuk pulang dengan hati yang kecewa, padahal dia mau manja-manjaan. "Mana rumah sepi banget" Gumamnya lesu sambil berjalan menuju tangga.
Dan menaikinya, setapak demi setapak dia naiki. Sampai di depan kamarnya, namun saat dia hendak membuka pintu, tatapannga tertuju pada sebuah kamar di ujung lorong.
Seringai kecil langsung terbentuk, dia berlari pelan menuju kamar tersebut. Mau nambahin koleksi hariannya terlebih dahulu.
"Berapa hari ini Alshee pergi mulu, aku gak sempet motoin dia" Gerutu Riel sebal.
Sesibuk apasih urusan keluarga Alshee, sampai tiap malam keluar mulu tuh satu keluarga. Riel membuka kunci pintu kamar lalu masuk dan menguncinya.
Cahaya kemerahan yang temaram langsung menusuk mata, dia berjalan perlahan ke samping dan menghidupkan saklar.
Klik.
Begitu hidup, kumpulan foto dengan ukuran beragam langsung terlihat jelas. Foto disaat Alshee tertidur, foto disaat Alshee nonton film di laptop, foto saat Alshee tidur sambil memeluk Alzi.
Dan ada 7 foto Alshee yang setengah telanjang dan full telanjang. Riel memandang foto itu dengan penuh binar bahagia, dia lantas menyentuh hasil perburuannya.
"Cantik banget kamu memang, dan kamu serta tubuh kamu, hanya milik aku" Bisik Riel senang.
Dia mencium bagian perut di foto itu sampai matanya terpejam, betapa dia sangat menyukai Alshee.
Dalam mimpinya dia menyukai Mommynya, padahal itu sudah lama terjadi, sudah 4 tahun yang lalu.
Tapi sejak Alshee menembaknya dan mereka menjalin kasih. Perasaanya pada mommynya langsung sirna.
Dia kembali jatuh hati pada Alshee karena sudah sedari kecil dia menyukai Alshee. Cuma dia belum yakin.
"Hey, ingin rasanya aku memasukimu sayang" Bisik Riel lagi dengan suara serak beratnya. Membayangkan Alshee akan ada di bawahnya saja sudah membuat Riel tegang.
"Sial" Gumamnya kesal.
Apa tak bisa sedikit nunutnya tenang saat membayangkan hal erotis bersama Alshee.
Riel terlalu bersantai, dia tak ingat jika di dalam mimpinya yang lain akan ada kematian dan kejadian buruk yang terjadi.
.
.
.
Alshee duduk dengan malas di ruang tamu rumah neneknya, dia selalu malas kesini karena neneknya akan selalu memintanya untuk balas dendam mulu.Bosen Alshee dengernya "Jadi Bunda, ada apa?" Tanya Zinnia dengan lembut.
Frisya berdehem sejenak, ini sudah dia rencakan dari jauh-jauh hari. Cuma hari ini kesampaian untuk mengatakan pada anak dan menantunya "Kalian harus pindah ke Belanda-"
Brak!
"An-!!"
"Ilza!"
Alzi yang sudah bertukar dengan Ilza menggebrak meja kaca di depannya dengan tatapan dinginnya.
"Aku gamau pindah, aku gamau pisah dari Reika!" Ucapnya kasar kemudian berlalu pergi.
Mereka membiarkan hal itu, "Ilza susah dibujuk" Gumam Zinnia.
"Ma, aku juga gamau pindah. Riel bisa gila kalau aku pergi" Ucap Alshee, sebenarnya dia gatau bakal nusuk pantat siapa kalau dia pindah. Kan gamungkin pantat Alzi.
"Kalian gabisa nolak"
"Tapi Nek, sekolah Alshee gimana?"
"Bisa pindah, uang Papa kamu gamungkin habis"
"Ck, Alshee gamau pindah! Titik!!"
Dan Alshee mengikuti langkah Ilza menuju ke kamar mereka selama di rumah Frisya.
"Kamu lihat Va, mereka benar-benar keras kepala. Mirip seperti Alby" Ujar Frisya geli.
"Namanya mereka anaknya Alby Bun"
Tbc...