Chapter 15

3.6K 287 23
                                    

Mereka berdua memilih untuk bolos,
namun sebelumnya mereka mengantar Alzi terlebih dahulu ke sekolah, bocah itu gaboleh sampai bolos.

"Kita mau kemana?" tanya Alshee, pasalnya Riel tak mengatakan apapun sampai saat ini, dia hanya menggenggam tangan Alshee dan sesekali mengecupinya.

Senyum rahasia terbentuk di wajah Riel "Kamu bakalan tau nanti" ujar Riel lembut dan dalam. Alshee sampai merinding mendengar suara serak berat milik Riel.

Alshee senang, setidaknya sebelum dia pindah nanti, Riel memberikannya sesuatu yang bisa diingatnya terus "Qariel" panggil Alshee lagi.

Riel terpaku, ini kali kedua Alshee memanggilnya Qariel, ini menjadi tanda bahwa Alshee tengah serius padanya.

"Kenapa Alshee?"

Alshee memandang penuh cinta pada Riel, dia mendekat dan mencium pipi Riel lama, membuat remaja itu agak tidak fokus dalam menyetir.

"Aku mencintaimu" bisik Alshee lembut setelah selesai mencium pipi Riel.

Kedua pipi Riel merona, jantungnya berdegup kencang ditambah perut yang terasa menggelitik.

Kalimat sederhana yang dia tunggu selama ini "Aku juga mencintaimu, mungkin ini terlalu dini. Tapi begitulah adanya" ujar Riel lembut.

Disaat seperti ini Riel teringat pertemuan pertamanya dengan Alshee.

Flashback.

Riel masih 8 tahun saat ini, dia sedang bermain di taman samping rumahnya. Bermain dengan mainan masak-masakan menggunakan lilin dan tanah.

Dan juga kulit kerang "Kucing nanti makan ya, kalau kamu gamau nanti kamu aku belah perutnya" ucap Riel santai.

Kucing yang tak jauh dari sana memandang kosong Riel, lalu dia berlari menjauh. Takut.

Riel sebagai anak tunggal yang sebentar lagi memiliki adik, tengah belajar mandiri, biasanya dia bca.

Enggak, maksudnya biasanya dia selalu bermain dengan Queenze, tapi saat ini sang Mommy tengah di rumah sakit karena sedang melahirkan.

Tak sengaja telinganya mendengar suara mobil yang sedang parkir, segera dia berdiri dan mengintip dari balik tembok sedang pembatas.

"Wah, ada yang pindah. Akhirnya aku ada temen" gumamnya senang, Riel berlari mencari bangku kecil lalu membawanya ke dekat dinding.

Dia naik dan bisa melihat apa yang terjadi di sebelah dengan leluasa, banyak sekali barang-barang yang dimasukan.

Ada bingkai foto sepasang suami istri dengan kedua anaknya "ih, anak itu cantik" Riel sampai terkagum melihatnya.

"Thanks"

Riel tersentak, dia menoleh ke kanan begitu suara gadis kecil terdengar. Ternyata gadis yang di foto tadi tengah berdiri dan memandangnya.

Dia memakai hodie biru dan memasukan kedua tangannya ke dalam, di sebelahnya ada bocah laki-laki yang nampak mirip dengannya.

Bocah itu nampak bersidekap dada dan menatap tajam Riel "Hai kamu, aku Qariel Damienzee. Siapa nama kamu?" sapa Riel semangat.

Gadis tadi hendak menjawab, tapi terhalang si adik "Jangan dijawab kak, kata Mama kita harus hati-hati sama orang baru" ucapnya datar.

Gadis tadi tertawa pelan "Ilza, dia cuma nanyak nama dek. Hai kamu, nama aku Derana Alshee Nevantara dan dia adalah Derino Alzi Nevantara" ucapnya tenang dan santai. Tak lupa dengan senyum manisnya.

Riel terpaku dengan senyum itu, dia suka senyum itu dan senyum itu, serta pemiliknya adalah milik Riel "Mau jadi istri Riel gak?" tanya nya polos.

Alshee tergelak "Hahahaha, boleh. Kalau kamu mau jadi peliharaan aku" ucap Alshee yang maksudnya itu bercanda.

Tapi Riel menganggapnya serius "Aku bakalan jadi peliharaan kamu, aku bakalan ikuti kamu, aku bakalan sama kamu terus, aku bakal nurutin semua kemauan kamu. Kamu mau jadi Tuan aku?" Riel suka ini.

Ini pasti menyenangkan, kehidupan membosankannya akan segera berubah. Alshee terpaku, dia sampai kehilangan kata-kata "Eum, itu-"

"Alshee, Alzi masuk nak, bereskan barang-barang kalian di kamar" seorang wanita muda yang sangat cantik memanggil mereka.

"Iya Ma! Ayo kak!!" Ilza langsung menarik Alshee sebelum gadis itu menjawab.

"IYA AKU MAU QARIEL!" Teriak Alshee sebelum masuk ke dalam rumah, dia melambai begitu juga dengan yang Riel lakukan.

Senyum tak luntur dari wajahnya, hari-hari berlalu dengan begitu menyenangkan. Riel sesekali akan memotret wajah Alshee dan menyimpannya.

Ciuman pertama Alshee sudah Riel ambil, itu saat Riel pura-pura tenggelam dan Alshee memberikan napas buatan. Masih kecil saja dia sudah licik.

Flashback end.

Keduanya duduk di kap mobil, ternyata Riel membawanya ke bukit yang indah. Pemandangan perkotaan langsung terlihat dari puncaknya.

"Aku bakalan kangen sama kamu" bisik Alshee seraya menyender di bahu Riel. Riel mengecupi pucuk kepala kekasihnya itu.

"Aku juga bakalan kangen sama kamu" balas Riel lembut.

Riel tersenyum dalam, Alshee tak akan pergi darinya. Jika pun dia pergi, Riel akan menariknya kembali dan mengurungnya untuk dirinya sendiri.

"Aku bakalan berangkat besok, kamu anterin ya?"

"Iya sayangku"

Alshee tersenyum lebar, dia memeluk erat tubuh Riel dan mendusel di lehernya "Jangan nakal" ucap Riel saat merasakan kecupan-kecupan di lehernya.

Alshee tak perduli, dia mencium, menghisap dan sedikit menggigit leher Riel "Eunghh.." Riel sampai sedikit mendesah mendengarnya.

Hasil yang diciptakannya adalah tanda ungu kemerahan di leher Riel "Itu tanda, bahwa kamu adalah milik aku" bisik Alshee sensual.

Riel memegang lehernya, wajahnya memerah gugup tapi tak lama tawa bahagia terdengar "Iya Nona, aku adalah milikmu" ucapnya lalu memeluk Alshee erat.

Benar, Alshee adalah miliknya dan dirinya adalah milik Alshee.





















Tbc..

Syalalala, konflict datang. Jangan lupa voment:').

My Pet Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang