Chapter 8

9.9K 693 52
                                    

Matahari sudah naik, tapi kini Alshee masih terjebak di kamar Riel dengan bayi besar yang masih tertidur dengan nyenyaknya.

Bibirnya sampai terbuka saking nyenyaknya dia tidur. "Sayang, bangun." bisik Alsher sembari menggigit pelan daun telinga Riel.

Membuat siempunya melenguh pelan. "Eungh, sana ih." ucapnya serak dan sedikit merengek.

Alshee terkekeh gemas, dia mengecup dahi Riel lembut, memainkan alisnya, merapikan rambut hitam lebatnya, menarik lembut pipi gembulnya.

"Lo, mirip bayi kalau lagi tidur." gumam Alshee.

Wajah Riel luar biasa tampan, sampai membuat seorang Alshee tak bisa berpaling lagi. "Gue beruntung bisa buat lo jadi pacar gue." bisiknya lagi.

Alshee mengecup dahi Riel sekali lagi, lalu memeluknya erat. "Gue cuma gamau nyakitin lo lagi. Gue takut hal itu kejadian sama adek gue." gumamnya.

Alshee tidak tau, tapi ini bermula saat dia melihat Alzi berjalan sedikit pincang kemarin.

"Alzi, lo kenapa?" Tanya Alshee begitu melihat Alzi berjalan keluar dari dapur. Alzi menoleh, tatapannya datar dan dingin "Oh, Ilza. Tumben lo keluar?"

Ilza mendengus "Alzi shock, karena pacarnya nyuruh dia pake bikini. Jadi gue keluar, dahtu pas gue gamau malah dipukul pake rotan" ucap Ilza datar.

Alshee melotot kesal "Putusin aja begok!" ujarnya. Ilza alter ego milik Alzi menggeleng.

"Lo mau adek lo nge drop karena putus dari ceweknya?"

"Ya, enggak sih."

"Nah yaudah.

"Ilza, gue mau tanya sesuatu sama lo"

Ilza menaikan sebelah alisnya "Tanya apa?"

"Sejak kapan Alzi di suruh begituan sama Reika?

Ilza diam, kemudian dia mengalihkan pandangannya "Sejak 1 bulan yang lalu." Bisik Ilza. Alshee kaget, sudah selama itu dan dia baru tau sekarang.

Alshee mendekat dan menepuk bahu Ilza "Bilang sama gue kalau lo capek, biar gue bilang sama Reika supaya berhenti lakuin itu" ucap Alshee lembut.

Ilza mengangguk, walaupun Alshee galak dan suka menjahili Alzi.

Tapi gadis itu sangat menyayangi adik cengengnya itu. Beruntung dia menjadi adik kembar Alshee.

"Nanti gue kasih tau Alzi, dan lagi dia sering melamun di sekolah. Pas gue tanya katanya gak papa, entar lo tanyain dia kenapa. Kalau dia sakit gue juga yang repot"

Setelahnya Ilza berjalan kembali menuju kamarnya, dan Alshee memandang punggung lebar adik kembarnya itu.

Dan dari sinilah Alshee bertekat untuk tidak menyakiti Riel lagi, agar adiknya tak terkena imbasnya.
.
.
.
Alshee berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai 2. Kamar yang berisi foto-foto Riel yang diambilnya secara terang-terangan maupun diam-diam.

Dia baru pulang setelah seharian di rumah Riel.

Yang paling dia suka adalah foto ketika Riel tersenyum, karena saat seperti itu matanya membentuk bulat sabit.

Indah sekali.

Alshee berjalan menuju balkon kamarnya dan membuka pintu kaca.

Menghirup udara segar yang ada di luar seraya menatap indahnya bintang di langit.

Kriet.

Alshee menoleh, ternyata Riel juga keluar dari kamarnya. Tapi dia masih tak menyadari kehadiran Alshee yang ada di sebrang kananya.

Riel sedang menelepon seseorang "Iya, uda gue bilang. Tenang aja lo, gue cuma main-main aja kok"

Alshee memicingkan mata dan mempertajam pendengarannya, cara berbicara Riel berbeda seperti biasanya. Siapa yang sedang bertelepon bersama Riel.

"Gue? Suka beneran sama Alshee?"

Oh, nama Alshee dibawa-bawa. Apa maksudnya.

"Haha, gila aja lo. Gue gapernah suka sama tuh cewek gila. Gue pacaran sama dia juga karena kalah taruhan, yang gila aja lo gue beneran mau sama dia."

"Hahaha, bukannya lo juga gitu ya sama Carina"

"Halah, bacot lo"

"Besok gue bakalan pura-pura lagi. Mayanlah dimanja, enak."

"Niduri Alshee? Enggak deh, dia bukan type gue. Gue suka cewek lembut yang penurut macam mommy gue, Alshee tuh mainan, gak lebih."

"Jadi gitu ya?"

Riel menegang, dia berbalik dengan gemetar dan menemukan Alshee tengah bersender di pagar besi balkon kamar dengan tangan yang sudah merekam percakapan tadi.

Tatapan matanya sangat datar. "A-alshee, gue-"

"Dahlah, bacot lo."

"Gue bisa jelasin"

"Hm"

Riel tak suka saat Alshee menjawab sesingkat itu "tadi telponan sama Haical." Ucap Riel.

Alshee menaikan sebelah alisnya "Gue cuma mau bilang" Riel melengkungkan bibirnya kebawah saat mendengar cara bicara Alshee yang berubah.

"Lo munafik banget, gak jauh beda dari fakboy diluar sana. Gue fikir lo masih Riel gue yang polos dan manja, taunya. Uda berubah"

Riel diam tak bisa menjawab "Oh iya gue lupa, lo kan sukanya sama mommy lo. Udalah Riel gue capek, foto sama video itu juga uda gue hapus. Jadinya lo bebas, dan lagi gue gak suka dipermainkan"

Dengan dinginnya Alshee berujar, dia tak suka jika selama ini Riel hanya mempermainkannya. Jika dibalik ini semua ada orang yang bersama Riel, maka Alshee tak terima hal itu.

"Eum..oke, tapi-"

"Gausah pake tapi, kita putus Riel. Semoga lo bahagia, baru juga tadi pagi kita baikan, tapi ternyata ada kedok dibalik itu semua" Ucap Alshee tak peduli dan berjalan memasuki kamarnya.

Riel tak bisa mengelak karena apa yang Alshee katakan benar. Kedua tangannya mengepal kuat, dia tak suka Alshee tapi..dia cinta. Hanya saja dia masih ragu.

"Lo gak bisa campain gue kayak gini Alshee. Lo cuma milik gue" Bisik Riel dingin disertai tatapan gelapnya.

Sisi gelap yang Damian turunkan padanya, lebih gelap dari yang Damian miliki. Ini lebih tepatnya, sisi gelap milik Ziyel. Kakeknya yang sudah membusuk di tanah.

Seringai terbentuk "Kamu gabakal bisa lari" Bisiknya tajam.

Dan Riel versi dark mode bakalan rilis sebentar lagi.


























Tbc..

Syalalaaa

My Pet Boyfriend [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang