Musim dingin telah berganti menjadi musim semi, walau angin kencang masih berhembus membelai dahan-dahan pohon. Daun-daun yang menguning lalu berguguran sekarang kembali tumbuh dan menghiasi awal musim semi.
Masyarakat mulai sibuk kembali dengan pekerjaan mereka. Tak terkecuali dengan lelaki yang memiliki mata indah yang mengenakan Hanbok berwarna putih dan biru cerah mengikuti hari awal musim semi. Senyum nya tak lepas dari wajah nya membuat beberapa wanita yang lewat tak bisa mengalihkan perhatian nya kepada lelaki itu.
Dengan santai nya ia terus berjalan, menikmati hari yang sangat cerah. Tangan nya terlipat kebelakang membuat kesan yang menawan untuknya. Melewati rerumputan yang mulai tumbuh hijau.
Langkah lelaki itu terhenti saat mencapai puncak bukit, lalu ia duduk. Dilepaskan nya Gat nya menyiksakan Manggeon yang terikat dikepala nya lalu ia berbaring diatas rumput yang dinaungi oleh pohon yang cukup besar sambil menghela napas senang.
"Awal musim semi memang yang paling terbaik" ucap lelaki itu senang. Mata nya terpenjam menikmati hembusan angin yang menerpa wajah rupawan nya. Angin seakan menggoda membelai wajah lelaki itu, begitu menikmati angin yang menerpa wajah nya.
Mata lelaki itu terbuka saat merasakan seseorang menepuk pundak nya. Saat terbuka, mata nya langsung disuguhi oleh senyuman khas seseorang. Lelaki itu berdecak kesal acara nya 'mari-menikmati-hembusan-angin' diganggu oleh seseorang.
"Kau datang di waktu yang tidak tepat, Hyung" gerutu lelaki itu, sedangkah lelaki satunya hanya memberikan kekehan pelan membuatnya terlihat sangat tampan.
"Maafkan aku, Jeno" sesal lelaki itu, lalu ikut mengambil duduk disebelah Jeno yang masih berbaring diatas rumput.
"Ada apa hingga kau mencariku kemari, Hyung?" tanya Jeno yang kembali memejamkan mata nya. ia kembali menikmati angin yang berhembus yang sedikit bisa menghilangkan penat nya.
"Tanpa basa-basi, huh?" lelaki itu mendengus "Lusa nanti, kita diundang bermain sepak bola dengan Yang Mulia Putera Mahkota" ucap Minhyung langsung membuat Jeno terduduk, lalu berdecak kesal.
"Apa Putera Mahkota tidak mempunyai pekerjaan lain selain bermain sepak bola" gerutu Jeno.
Putera Mahkota Joseon ini sering mengajak Jeno sejak ia masih Sekolah di Sunkyungkwan hingga saat ini. Kubu Jeno selalu berhasil mengalahkan Kubu Putera Mahkota, itulah yang membuat Putera Mahkota selalu mengundang Jeno untuk bermain, hanya ingin menang dari Jeno.
Dimulai dari situlah Jeno dan Putera Mahkota menjadi teman, walau memang Putera Mahkota melihat ketidaknyamanan Jeno terhadap nya, dan ia tahu mengapa Jeno seperti itu. Dirinya cukup mengerti pribadi Jeno.
"Kau ini, jaga ucapan mu. Lagipula sudah lama kita tidak bermain sepak bola, kita terlalu sibuk di Biro" Mata Minhyung menerawang "Yang Mulia benar-benar menyukai mu bahkan ia tak segan-segan memuji mu didepan Yang Mulia Raja" jelas Minhyung yang fokus kedepan memperlihatkan aktivitas di Negeri Joseon.
Jeno terdiam "Aku hanya tak suka hal yang berbau Kerajaan" guman Jeno. Minhyung hanya terdiam mendengar ucapan Jeno.
"Aku sudah cukup sakit hati dengan kejadian saat itu yang akhirnya membuat ku harus bekerja di Biro Militer" lanjut Jeno.
Jeno dan Minhyung terdiam, mereka saling sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Masih sangat segar dalam ingatan Jeno saat ia baru saja menyelesaikan sekolah nya di Sungkyunkwan. Penderitaan bagi masyarakat, pemungutan pajak yang sangat tinggi begitu mencekik rakyat.
Semua itu dilakukan oleh para pejabat tinggi di Kerajaan. Jeno adalah anak yang aktif, ia senang berkeliling pasar ataupun daerah rumah nya bersama Minhyung yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Time | NOMIN [END]
FanfictionTakdir adalah sebuah misteri. Dia mempertemukan kita dengan caranya. Dan kuharap takdir juga memberikan perpisahan yang indah, Cendekiawan Na. Bertemu denganmu bukanlah sebuah penyesalan melainkan sebuah anugerah, perasaan ini sangatlah berharga. Ja...