Srakk!
Sana membuka lemari pakaiannya dan menyibak beberapa setel pakaian yang tergantung rapih dihadapannya saat ini. Sejujurnya ia termasuk golongan manusia yang cukup monoton dalam memilih pakaian. Sehingga ada banyak pakaiannya lain yang belum terpakai di dalam lemari.
Sana memejamkan mata seraya menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kembali. Ia harus tenang, pokoknya ia harus tenang saat ini.
"Oke Sana, ini hanya jalan-jalan biasa, bukan kencan. Paham? Oke, paham!" Sana menjentikan jarinya dan kembali sibuk memilih pakaian.
"Pft!"
Suara seseorang nan tengah menahan tawa itu sontak membuat Sana menoleh kebelakang, menatap tempat tidurnya yang tengah dihinggapi seorang wanita dewasa nan cantik. Ya, siapa lagi kalau bukan sahabat SMA-nya? Alias, Mina.
"Ngomong-ngomong, untuk yang kali ini, dia berpesan sesuatu gak? Misalnya jangan lupa pakai jaket, atau harus pake celana jeans?" Tanya Mina, "Biasanya kan dia selalu begitu?"
"Enggak, dia gak ada bilang apa-apa. Jadi, gua malah bingung harus gimana"
"Kalau begitu, pakai yang santai aja. Kemeja sama celana jeans, atau kaos sama celana jeans. Lagi pula, kalau lo pake baju yang terlalu bagus, bisa-bisa dia mikirnya lo itu masih punya harapan dan berusaha menarik perhatian dia lagi San!"
"Oh ya?" Bisa-bisanya Sana termakan ucapan Mina.
"He'em. Jadi, mendingan lo pake baju yang biasa-biasa aja... biar dia sadar kalau lo itu gak ngebet-ngebet banget jalan sama dia. Paham?"
"Paham-paham!"
***
Mobil hitam nan mengkilat itu berhenti tepat didepan sebuah supermarket. Senyuman dari pria dengan kaos berwarna putih itu seketika merekah begitu melihat seorang wanita dengan sweater putih kebesaran berdiri disisi jalan depan supermarket tersebut. Sesuai harapan, Sana selalu tepat waktu.
"Jam 8 tepat!" Kata Wonwoo seraya membuka jendela mobilnya, membuat Sana yang berdiri diluar mobil membungkuk kecil kearahnya dan dijawab Wonwoo dengan anggukan kepala pelan, "Baju kita sama-sama putih, padahal gak janjian" ujar pria itu lagi, namun Sana hanya membalasnya dengan senyuman kikuk.
Wuah, suatu kebetulan sekali, pikirnya.
Wonwoo hendak membuka pintu mobilnya untuk turun membukakan pintu bagi Sana. Tapi buru-buru tangan Sana menahan pintu mobil tersebut sebelum Wonwoo benar-benar keluar dari mobilnya. "Gua bisa buka sendiri kok" katanya seraya berjalan melintasi bagian depan mobil, lalu membuka pintu disamping Wonwoo, dan menutupnya lagi. Jadi sekarang, Sana sudah berada disamping Wonwoo.
"Kita kemana hari ini?" Tanya Sana kepada Wonwoo.
"Hari ini yang tentuin lo atau gua?"
Refleks gadis itu mengambil lirik kepada pria berkacamata disampingnya ini. Pertanyaan Wonwoo benar-benar persis seperti apa yang mereka lakukan dimasa lalu. Ya, selalu seperti itu. Jika Sana yang mengajak kencan, maka Sana yang menentukan lokasi yang akan mereka singgahi. Begitupun sebaliknya.
"Oke, karena gua yang--"
"Ini bukan kencan" potong Sana
"Iya, gua tahu. Tapi kita gak mungkin terus-terusan di mobil kan? Makanya gua nanya kayak tadi." Wonwoo menoleh kepada Sana setelah berbicara seperti tadi, dan raut wajah gadis itu benar-benar tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Apa, Sana tak suka dengan perkataanya?
"Gua mau ke pantai" kata Wonwoo, dan Sana hanya mengangguk tanpa mengiyakan. Melihat respon seperti itu, satu hal yang hanya bisa Wonwoo lakukan, yaitu menghela nafas penuh kesabaran, dan memulai laju kendaraanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
Fiksi PenggemarWonwoo adalah seorang dokter yang digandrungi oleh banyak wanita disekelilingnya, dan Sana adalah seorang guru TK yang mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak. Ada rasa bersalah yang Wonwoo emban seumur hidupnya terhadap luka yang berubah menjadi tr...