31. Teman

610 122 20
                                    

"Ya... gak gimana-gimana"

"San, please... jangan bercanda dong"

Gadis berambut panjang itu nampak meneguk minumannya dengan kedua tangannya yang memegang pinggiran kaleng minuman tersebut. Ia meneguk minuman itu dengan sedikit susah payah, sebab perutnya sudah cukup kembung untuk diisi lagi. Namanya juga demi pengalihan, ia menjadikan minumannya sebagai alibi agar bisa berfikir untuk menjawab pertanyaan Mina.

"Dia teman gua, dan sepertinya gua cukup nyaman sama dia..." Akhirnya itulah yang Sana jawab atas pertanyaan Mina barusan.

Tapi Mina tetaplah Mina, sahabat baiknya hampir satu dekade kebelakang. Mina tak bisa melihat kebohongan dalam sorot mata atau gerak-gerik tubuh Sana, tetapi hati kecilnya seolah berkata bahwa Sana tidak bicara dengan jujur. Mungkin Sana juga tidak berniat membohonginya, bisa jadi memang Sana tidak mengenal isi hatinya dengan baik saat ini?

"Gua kira, lo bakalan suka lagi sama dia" ujar Mina dengan tujuan memancing Sana.

Gadis cantik itupun tertawa kecil mendengarnya, "Suka? Astaga... yang benar aja Min!" elak Sana, bahkan ia sampai mengibaskan tangannya singkat, seperti sebuah kode supaya Mina harus membuang pemikiran-pemikirannya barusan.

"Lo tahu semua ceritanya Mina, lo tahu semua dari awal sampai akhir, bahkan sampi detik inipun lo tahu apa yang sedang terjadi. Terus, kenapa lo bisa mikir kesana?" Tanya Sana lagi.

"Karena gua tahu lo orang yang baik Sana. Sejujurnya lo juga gak membenci Wonwoo kan? Lo hanya benci dengan apa yang sudah dia perbuat sama lo. Terus, sekarang dia balik lagi dan membuktikan apa yang sebenarnya terjadi sama lo," Mina menjeda kalimatnya sejenak sebelum kembali bersuara, "...gimanapun juga, dia punya tempat dihati lo, gua tahu itu...."

"Ya... mungkin dulu memang ada--"

"Sekarang juga." potong Mina

"Enggak Min, gua lebih nyaman sebagai teman kayak gini sama dia"

Mina tersenyum kecut mendengarnya, lalu menghela nafas dan menyandarkan kembali punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki saat ini. Sepertinya Sana bukan hanya trauma untuk berdekatan dengan lawan jenis, tapi juga trauma untuk mengembangkan perasaanya sendiri. Atau itu semua karena pria yang dimaksud adalah Jeon Wonwoo?

"Btw, lo pernah dengar istilah tiga tahapan jatuh cinta gak?" tiba-tiba lagi Mina bertanya seperti itu.

"Tahapan jatuh cinta?" ulang Sana dan Mina mengangguk cepat sementara Sana justru menggeleng lambat, "Tahapan gimana tuh?" tanya Sana balik pada akhirnya.

"Katanya nih ya, orang-orang kalau jatuh cinta itu ada tiga tahap. Pertama itu tahap 'cinta pertama' yang mana isinya manis-manis doang, gemes-gemes doang. Terus ada tahap kedua yang isinya malah sebaliknya... nangis-nangis doang, yah kayak toxic gitu kali ya? Terus yang terakhir... tahap dimana lo jatuh cinta sama seseorang dengan cara lo sendiri, dengan menjadi diri lo sendiri, pokoknya kalian berdua tuh sudah senyaman itu..." Mina tersenyum diakhir kalimatnya, "...mungkin aja lo sama Wonwoo sudah memasuki tahap yang terakhir?"

"Aish, jangan gila!"

"Kan gua hanya mengutarakan pendapat?"

"Tapi lo jangan bikin gua mikir kemana-mana oke? Gua cuman mau disini, menjadi seorang guru, berteman dengan lo, dengan Wonwoo, Chungha... pokoknya disituasi senyaman ini."

"Ayolah San, apa gak sayang kalau kalian berdua sudah senyaman itu, tapi hanya saling mengulur-ngulur perasaan karena takut begini, takut begitu, apalagi kalau karena bayang-bayang masa lalu kalian itu... waduh, sayang banget deh" Mina menghela nafasnya panjang sembari memainkan kaleng minuman ditangannya saat ini, "Masalanya ya San, kemarin itu gua lihat Wonwoo lagi berduaan sama cewek"

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang