"Gua kayak gak asing sama suara lo"
Jelas Wonwoo tak merasa asing, karena sudah pasti gadis berjaket lilac dihadapannya saat ini adalah gadis yang benar-benar sudah ia kenal dan pahami luar dalamnya. Jadi, bagaimana Wonwoo tidak menyadari jika gadis dihadapannya ini adalah Minatozaki Sana?
"Oh ya? Suara gua cukup pasaran ternyata ya..."
Ia tertawa kecil diakhir kalimatnya, membuat Wonwoo mengangguk paham akan jawaban tersebut. Bisa jadi, sebab tak semua manusia di dunia ini memiliki suara unik sepertinya. Tapi, masa iya sih dia salah orang?
Toh, ia merasa mengenal betul gadis dihadapannya ini.
"Ya, bisa jadi" Wonwoo terus mengikuti pergerakan tangan lentik disebelahnya dalam melipat origami. Ia tak tahu wanita itu akan membuat apa, tapi tangannya seolah mempercayakan semua itu pada si pemilik tangan lentik tersebut.
Astaga, bagaimana caranya membuat bayang-bayang Sana terhapus dari gadis berbaju lilac ini? Bahkan kuku jemari tangan gadis itupun Wonwoo rasa sangat mirip dengan Sana. Ya, bukan tipikal kuku yang dirawat dengan warna pola tertentu, namun terlihat rutin dikikir sehingga sangat mengkilap.
"Lo kesini dalam rangka apa? Pulang kampung atau..."
"Berpetualang" jawab gadis itu yang sontak membuat Wonwoo menatapnya dengan rasa curiga.
"Tapi kan lagi banyak debu disana"
"Ya, karena itu gua datang kesana"
Gadis yang aneh. Wonwoo tak habis pikir dengan apa yang gadis itu katakan. Berpetualang katanya? Bahkan Wonwoo saja sangsi jika supermarket mau buka disituasi seperti ini.
Tapi pria itu tak mau ambil pusing dan memutuskan kembali fokus dengan aktivitas melipat origaminya yang semakin terlihat seperti bentuk burung. Pria itu tersenyum simpul melihat hasil karyanya yang memang tak seberapa jika dibanding dengan si wanita berbaju lilac.
Tapi setidaknya orang-orang bisa tahu bentuk apa itu lewat lipatannya, walaupun tidak sebagus yang ia kira.
Setelah itu, tidak ada yang kembali bersuara diatara mereka berdua. Wonwoo melihat bagaimana sosok disebelahnya ini mulai merapihkan barang bawaanya kedalam tas. Rupanya, melipat origami membutuhkan waktu setengah jam perjalanan menuju kota ini.
Wonwoo melirik arlojinya, lalu menganggukan kepala paham. Rupanya sudah waktunya untuk mendarat sebentar lagi.
"Ini gua simpan ya" pintanya
"Iya, anggap saja kenang-kenangan"
Wonwoo tertawa kecil, "pasti"
"Semoga lo gak kapok duduk sebelah-sebelahan sama seseorang yang sibuk melipat origami disepanjang perjalanan ya..."
"Gak ada alasan yang kuat untuk membuat gua kapok duduk bersebelahan dengan seorang pelipat origami"
Gadis itu tersenyum seraya memperhatikan bagaimana Wonwoo memainkan hasil karyanya dengan jemari tangannya. Namun tiba-tiba fokusnya tertuju pada gelang hitam bertuliskan nama dan logo sebuah yayasan yang melingkar pada pergelangan tangan pria tersebut. Sontak kedua mata gadis itu melebar, dan buru-buru ia memalingkan wajahnya kearah jendela.
Beberapa menit mereka saling terdiam, sampai akhirnya pesawatpun mendarat tanpa cacat di lapangan udara kota yang hendak mereka datangi. Semua orang langsung sibuk keluar dari kursi mereka untuk mengambil barang pada kabin.
Tentu Wonwoo termasuk diantaranya.
"Mau gua ambilin barang lo?" Tanya Wonwoo memberikan penawaran pada si baju lilac tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanfictionWonwoo adalah seorang dokter yang digandrungi oleh banyak wanita disekelilingnya, dan Sana adalah seorang guru TK yang mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak. Ada rasa bersalah yang Wonwoo emban seumur hidupnya terhadap luka yang berubah menjadi tr...