"Ini dimana?"
"Apartemen gua"
Sana memutar tubuhnya 360 derajat untuk melihat betapa indahnya apartemen milik Jeon Wonwoo ini. Tidak ada banyak barang disini, menandakan bahwa Wonwoo memang jarang menghabiskan waktunya dibangunan ini.
Dua sisi ruangan dilapisi tembok, dan sisanya dilapisi tirai panjang yang membatasi pandangan mereka terhadap pemandangan diluar sana. Nuansa ruangan ini adalah warna krem bercampur ornamen biru tua, terutama pada beberapa interiornya. Seperti sofa, meja disudut ruangan, hiasan dinding, dan lain-lain.
"Seharusnya gua gak heran kalau lo punya apartemen pribadi. Tapi jujur, gua kaget sekarang... gua gak nyangka kalau lo punya apartemen" ujar Sana seraya mendudukan tubuhhya diatas sofa biru tua beludru milik Wonwoo yang terasa hangat dan nyaman. Tentu setelah dipersilahkan oleh sang pemiliknya.
"Ya begitulah" jawab Wonwoo sembari berjalan menuju dapur dan membuka kulkas, "Gua bikinin teh hangat ya? Soalnya gua gak punya apa-apa selain itu" kata Wonwoo tang dijawab dengan anggukan kepala Sana. Dan tak lama kemudian, dua gelas teh hangat diatas nampan berwarna biru tua sudah tersaji diatas meja ruang tamu.
"Mau ganti pakaian?" Tanya Wonwoo kepada Sana.
"Gak usah, begini aja" jawab Sana sembari merapatkan ujung jas milik Wonwoo yang sekarang sudah ia kenakan sepenuhnya. "Kenapa lo masih tinggal dirumah kalau kenyataanya lo punya apartemen dan tempat menginap dirumah sakit?" Tanya Sana lagi.
"Karena terkadang, gua gak menemukan tempat yang bisa gua anggap seperti rumah"
"Maksudnya?"
"Ya, rumah. Lo paham maksud gua kan? Sebuah tempat yang membuat gua merasa nyaman."
"Lo gak nyaman dirumah lo?"
"Kadang-kadang, iya"
"Hm, iya juga sih. Rumah lo itu lebih tepat disebut istana daripada rumah. Gua aja pernah nyasar, untung ketemu sama bibi Hwang, dan dikasih tahu jalan keluarnya"
Wonwoo tersenyum sampai menampakan deretan gigi putihnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa, lalu kembali menoleh kepada gadis nan tengah duduk di serong kanan depannya. Mereka duduk di sofa yang terpisah, namun tetap merasa nyaman satu sama lain.
"Sana" panggil Wonwoo
"Iya?"
"Lo masih keberatan untuk cerita tentang alasan dibalik pekerjaan lo ini?"
Sana yang tengah menyeruput minumannya itupun langsung meletakkan kembali gelasnya diatas meja, dan merapihkan posisi duduknya menghadap kearah Wonwoo. Ia menatap mata pria itu dalam, dan ia bisa merasakan aura percaya diri disana.
Berbeda dengan yang tadi, sekarang ia merasa lebih lega untuk bercerita kepada Wonwoo.
"Nyokap gua punya hutang Won, dan gua baru tahu soal itu sekarang-sekarang ini. Waktu malam dimana lo bertanya soal gaji yang gua harapkan dari lo, gua jawab dengan sangat jujur kok Won... gua gak berekspetasi tinggi akan upah yang gua dapat saat menjaga Daehan"
Sana memainkan ujung kuku jarinya dan menoleh kepada Wonwoo yang masih setia mendengar kelanjutan kalimatnya, "Gua tahu uang berapapun gak masalah buat lo. Tapi menurut gua, proses itu penting. Gua mau ngerasain yang namanya berjuang Won. Tapi disaat gua ngerasa kalau gua sudah berada dititik yang aman, ternyata ada cobaan lain yang datang menghampiri keluarga gua"
"Jadi, lo putuskan untuk kerja seperti itu?" Tanya Wonwoo
"Iya, gua mencari pekerjaan yang bisa menutup hutang kedua orangtua gua secepatnya. Kalau hutang mereka sudah lunas, barulah gua kembali ke rutinitas awal gua seperti kemarin"
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA
FanfictionWonwoo adalah seorang dokter yang digandrungi oleh banyak wanita disekelilingnya, dan Sana adalah seorang guru TK yang mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak. Ada rasa bersalah yang Wonwoo emban seumur hidupnya terhadap luka yang berubah menjadi tr...