14. Ragu

697 137 15
                                    

Menjelang sore, pasar kuliner menjadi destinasi yang sangat dinanti-nanti oleh para pengunjung maupun penduduk disekitar pantai. Kalian akan mendapatkan banyak jajanan tradisional maupun manca negara berjajar disisi kanan dan kiri jalan.

Seperti saat ini, Sana terlihat asik memesan dan menyicipi kue beras yang ada disalah satu sisi jalan. Ia nampak seorang diri disana, namun tak lama kemudian Wonwoo datang dengan jajanan lain yang ia pegang dengan kedua tangannya.

"Itu apa?" Tanya Sana ketika melihat mangkuk kecil yang terbuat dari kertas ditangan pria itu.

"Onion rings, mau?"

"Iya hehehe, coba dong..."

Sana hendak mengambil tusuk gigi yang ada disisi mangkuk, namun Wonwoo sudah mengambilnya duluan, dan menusukkan benda itu kepada onion ring miliknya, dan mengarahkan makanan ditangannya itu kearah mulut Sana.

"L-lo mau suapin gua?" Tanya Sana ragu.

"Ya menurut lo aja, gua udah begini masa ga nyuapin namanya?"

"Itu, kebesaran... mulut gua gak cukup"

"Gigit aja"

Meskipun awalnya ragu, akhirnya Sana membuka mulutnya untuk mengigit bagian onion ring yang Wonwoo berikan untuknya. Sisa gigitannya itupun langsung Wonwoo lahap, dan kini keduanya sama-sama tengah menikmati sensasi crunchy dari camilan tersebut.

"Enak?" Tanya Wonwoo saat melihat Sana tersenyum sembari mengunyah makanan pemberianya barusan, "Iya!" Jawab Sana riang. Tak lama setelah itu, Sana menerima kue berasnya, lalu keduanya kembali berjalan meneluuri tempat tersebut.

Rahang keduanya tak berhenti bergerak untuk mengunyah makanan mereka masing-masing. Tak hanya memanjakan lidah, aktivitas hari ini juga memanjakan mata mereka berdua. Pemandangan seperti keramaian pasar, namun tetap terlihat bersih dan tertata dengan baik. Mereka suka ini.

"Dari SMA, kita memang sering kayak gini setiap hari Jum'at. Iya kan Won?" Tanya Sana seraya menatap segerombolan anak-anak yang asik menikmati makanan mereka disalah satu stan disana. "Won?" Tanyanya lagi, sebab tak ada respon dari pria yang dipanggil.

Sana menoleh kesamping, dan ia melihat Wonwoo masih menatapnya, namun pria itu tak menjawab perkataanya, "Kok lo gak jawab pertanyaan gua?" Sana melayangkan protes kecil atas diamnya Wonwoo barusan.

"Gua gak mau ungkit-ungkit masa SMA, sesuai permintaan lo"

"Lo gak boleh ungkit-ungkit masa SMA kita, tapi kalau gua... boleh"

"Cih! Mana bisa begitu!?"

"Kenapa enggak?"

"He'em, iya iya... dulu kita sering begini" Tak mau ambil pusing, akhirnya Wonwoo mengalah dan memilih merespon perkataan Sana tadi kepadanya.

Melihat jawaban Wonwoo yang seadanya, Sanapun tersenyum. Tak lupa, ia sedikit berjalan menjauh untuk membuang tempat makanannya tadi yang sudah habis, lalu kembali menghampiri Wonwoo yang sejenak berdiri menunggunya ditengah jalan, dan keduanyapun kembali melanjutkan langkah kaki mereka.

"Kita gak beliin sesuatu buat Daehan?" Tanya Sana lagi.

"Kenapa harus beliin sesuatu?"

"Dia pasti senang kalau lo beliin sesuatu buat dia"

"Tapi dia udah punya semuannya, jadi gua harus beliin apa lagi?"

"Kanvas?"

Wonwoo yang tengah mengunyah makanannya menoleh kepada Sana dengan dahi mengkerut, "Kanvas?" Ulangnya, dan Sana mengangguk cepat. "Daehan suka menggambar, dan sepertinya dia suka melukis juga. Terus, dia gak punya kanvas kosong dirumah"

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang