40. Epilog

2.2K 163 76
                                    

"Boleh tambah sedikit gel disini gak?"

Yang berbicara barusan itu adalah Daehan. Bocah laki-laki itu terlihat sangat mempedulikan penampilannya didepan cermin dengan setelan jas lengkap, sebab hari ini ia bertugas untuk mendampingi sang kakak di acara pernikahan kakaknya itu.

Awalnya itu semua adalah tugas Mingyu, tapi ternyata Mingyu tidak bisa datang di acara pemberkatan pernikahan Sana dan Wonwoo, maka dari itu Wonwoo meminta adik kecilnya itu yang menggantikan tugas sahabatnya itu.

"Eits, yang menikah itu kakak, jadi yang seharusnya ganteng itu kakak, bukan kamu!" Wonwoo mendorong tubuh Daehan kesamping, sehingga kini cermin tersebut menghadap kearahnya yang tak kalah tampan dengan setelah jas berwarna hitam serta rambut yang ditata kebelakang dengan rapih, serta kacamata yang ia lupakan khusus hari ini, sebab lensa matanya sudah dilapisi softlens.

"Daehan boleh minta pakai softlens juga gak?" tanya Daehan sembari memperbaiki letak kacamatanya, dan lagi-lagi semua orang diruangan itu menoleh kepada bocah laki-laki berusia enam tahun tersebut dengan tatapan memberi peringatan bahwa pemeran utama di hari ini bukanlah dirinya, jadi Daehan harus sedikit puasa bicara hari ini.

Khusus hari ini. Kalau besok ia mau menjadi bintang utama lagi dirumah, ya silahkan... toh mulai besok juga semua yang ada dirumah sudah menjadi miliknya, karena Wonwoo secara permanen sudah tinggal di apartemennya bersama Sana.

***

Acara pernikahan pun dimulai...

Wonwoo terlihat siap berdiri dibelakang pintu yang tertutup, dimana ia tahu didalam ruangan sana sudah banyak orang yang menanti kedatangannya dengan Sana. Pria itu nampak tersenyum simpul dan menunduk untuk menahan rasa geroginya, apalagi ini adalah kali pertamanya ia melihat Sana dengan balutan gaun yang katanya dirancang oleh mamanya sendiri.

Pintu ruangan pengantin wanita terbuka, dan pria itu sontak menoleh ke arah pintu tersebut. Bukan hanya Wonwoo, bahkan Daehan dan beberapa tim yang bertugas untuk mengawasi acara inipun ikut menoleh ke arah yang sama dan seketika terpukau akan kecantikan sang mempelai wanita yang terlihat seperti... bidadari mungkin?

Bahkan bagi Wonwoo, Sana lebih dari sekedar bidadari.

"Wuaahhh... kak Sana cantik banget!!!" puji Daehan yang lagi-lagi mengambil jatah Wonwoo yang seharusnya menjadi orang pertama yang memuji wanita itu.

"Daehan juga ganteng banget hari ini..." balas Sana sembari mengusap pipi gembul bocah laki-laki itu sebelum akhirnya ia berdiri disamping Wonwoo yang masih belum bisa memalingkan tatapannya sedikitpun dari Sana.

"Daehan doang yang di puji?" tanya Wonwoo spontan.

"Habisnya kamu gak muji aku!" Sana memeletkan lidahnya kepada Wonwoo, tapi pria itu hanya terkekeh dan menunduk lagi, sampai tanpa sengaja matanya bertemu dengan manik mata sang adik yang tengah menatapnya dengan tatapan polos, dan seketika membuat senyuman diwajah pria tampan itu sirna seketika.

Entahlah, wajah Daehan membuat mood-nya buruk hari ini.

Tak lama setelah itu, pintu lebar itupun terbuka dan semua orang didalam ruangan sana bisa melihat sepasang pengantin tengah berjalan menuju altar ditemani beberapa pengapit mereka. Jika Wonwoo memiliki Daehan yang berdiri dihadapannya sembari menebarkan bunga, maka Sana memiliki Mina yang siap sedia merapihkan gaunnya yang cukup panjang tersebut.

Semua mata tertuju kepada mereka, terpesona akan ketampanan dan kecantikan kedua mempelai yang tak pernah bosan dipandang. Wonwoo dan Sana benar-benar mendeskripsikan sebuah perpaduan sempurna antara pria dan wanita yang membuat semua orang terenyuh akan keberadaan keduanya. Apalagi bagi mereka yang mengetahui kisah percintaan kedua mempelai ini, maka semakin terenyuh lah mereka.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang