36. Pameran

815 135 11
                                    

"Ini ide paling jenius yang pernah papa dengar darimu" 

Wonwoo tersenyum simpul dan mengangguk kecil ketika sang papa membaca laporan darinya. Saat ini keduanya tengah berada dihalaman belakang rumah, duduk diatas kursi gili sembari menikmati suasana malam hari yang terkesan tenang dan romantis disini. 

Tidak ada yang berani menganggu mereka, bahkan Daehan yang posesif pun diminta sang mama untuk bermain dikamar saja bersama Sana ketimbang menghampiri sang papa serta kakak laki-lakinya nan tengah bicara empat mata saat ini. Ya, ini adalah kali pertama Wonwoo bisa membuktikan kepada papanya bahwa ia mampu mengatasi tantangan yang ada, dan ia berhasil. 

"Tapi tim eksekutif memberikan waktu hanya dua bulan untuk pembuktian, jika peningkatannya tidak signifikan, maka semua kemasan yang sesuai dengan ide ku ini akan diberhentikan produksinya" ujar pria nan berusia diujung kepada dua tersebut. 

"Oke, kita lihat saja nanti" jawab tuan Jeon sembari mengesampingkan benda pipih nan lebar ditangannya itu dan kembali duduk menghadap ke arah depan lalu menoleh kepada Wonwoo yang sedang merapihkan sedikit pakaiannya. 

"Gimana?" tanya Tuan Jeon tiba-tiba. 

Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba dilayangkan pertanyaan dengan satu kata yang merupakan bagian dari 5W+1H tanpa embel-embel kalimat lain dibelakangnya, tentu membuat Wonwoo bingung. Papanya ini bertanya soal apa? Pekerjaan kah? Kesehatan kah? Atau jodoh?

"Gimana apanya pa?" tanya Wonwoo langsung.

"Gimana rasanya dunia bisnis?"

"Oh..." Wonwoo ber-oh cukup panjang dan tak langsung menjawab pertanyaan sang papa. Jujur ia tak akan menjawab bahwa semuanya menyenangkan atau sesuai dengan yang ia mau, jelas-jelas dari awal passion-nya adalah menjadi dokter. Mau sebesar apapun godaan di dunia bisnis, tetap saja hidupnya seolah ditakdirkan sebagai tenaga medis. 

Tapi bukan berarti Wonwoo sepenuhnya membenci pekerjaan papanya dan segala hal didalamnya. Tanpa kesempatan itu, Wonwoo tidak akan tahu mengenai kesulitan apa yang papanya alami selama ini, Wonwoo juga tidak akan mengenal Seungcheol, bawahan papanya yang sangat dapat diandalkan dalam segala situasi. 

Sungguh, pengalamannya ini adalah pengalaman yang cukup berharga juga kalau dipikir-pikir. 

"Kalau papa tanya aku senang atau enggak disana, aku senang kok pa. Tapi kalau papa tanya aku nyaman atau enggak, jawabanku masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Passion ku gak disini pa. Tapi meskipun begitu, ada banyak hal baru yang aku dapatkan disini, dan aku berterimakasih atas kesempatan yang papa percayakan sama aku. Kira-kira jawabanku begitu." 

Tuan Jeon tak langsung menjawab, tapi bukan berarti ia kecewa dengan jawaban putra sulungnya ini. Wonwoo benar, senang bukan berarti nyaman, dan dirinya tak bisa memaksakan kenyamanan putranya itu. 

"Terus, apa yang kamu dapatkan selama menjadi pengganti papa diperusahaan?" tanya tuan Jeon lagi. 

"Banyak, cukup banyak yang aku pelajari. Kayaknya aku gak usah jelasin detailnya, karena papa pasti sudah tahu apa-apa saja itu. Tapi intinya aku mau berterimakasih sama papa, karena papa sudah berjuang sejauh itu untuk keluarga kita. Saat semua orang bekerja hanya untuk dirinya dan keluarganya, papa harus berjuang dua kali lipat karena memikirkan diri papa, keluarga kita, perusahaan, bahkan semua orang yang menggantungkan hidupnya disana." Wonwoo menghela nafasnya dan kembali menoleh kepada sang papa tercinta, "Makasi ya pa, maaf kalau Wonwoo dulu banyak menuntut"

Kalimat panjang Wonwoo yang sudah lama tak didengarnya dengan mudah meleburkan perasaan pria paruh baya nan tengah terpaku akan kalimat putra pertamanya ini. Wonwoo putra kecilnya yang ia tahu adalah pribadi yang sangat pendiam dan sulit mengungkapkan perasaanya. Tapi sekarang apa yang terjadi barusan? 

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang