35. Rencana

767 132 23
                                    

Pintu kamar terbuka, dan Wonwoo nampak bersandar pada pinggiran kusen pintu kamarnya sembari mengedarkan pandangan mata kesekeliling ruangan seperti tengah mencari seseorang. Padahal biasanya ia hanya sendirian disini, tapi kenapa kali ini dia optimis bahwa ada seseorang yang menemaninya?

Prannnggg!!!

Wonwoo tersenyum ketika tahu dugaanya tepat sasaran. Tak sia-sia ia mempercayai hati nuraninya untuk percaya jika Sana ada disini. Apalagi suara jatuh barang barusan, siapa lagi yang akan melakukan itu kalau bukan Sana?

"Good morning cantik..."

Pria itu tersenyum miring dan sedikit terkesan menggoda dengan wajah baru tidur serta suara paraunya itu ketika melihat Sana berjalan menuju ruang tengah melewati pintu kamar Wonwoo sembari meletakkan sesuatu diatas meja disana.

Sana yang sedang menata makanan diatas mejapun sontak melirik kepada Wonwoo dan memutar bola matanya malas, "Hm, pagi." Jawabnya singkat yang membuat Wonwoo malah semakin melebarkan senyumannya lagi karena respon gadis itu. Bahkan pria itu langsung mendudukkan tubuhnya diatas sofa sembari Sana berjalan kembali ke arah dapur untuk mengambil makanan yang tertinggal dan kembali meletakkan dua piring berisi roti bakar diatas meja ditengah mereka.

"Kamu tidur dimana semalam?" tanya Wonwoo yang sepertinya lebih lapar memandangi wajah gadis dihadapannya ini ketimbang memandangi hidangan dihadapannya.

"Sofa" jawab Sana singkat.

"Gak tidur di kasur?"

"Enggak"

"Kenapa?"

"Ada kamu."

"Memangnya kamu gak mau tidur sama aku?"

"Gak akan."

"Hm, iya sih... belum sah juga kan soalnya?"

Sana tak langsung menjawab, gadis itu seketika merasa nafasnya tertahan dan terus melanjutkan aktivitasnya menyiapkan sarapan untuk Wonwoo seraya mengangguk kaku karena sadar jika arah tatapan mata pria itu terus mengarah kepadanya.

"Sup pengar, jangan lupa dimakan..." Sana meletakkan sebuah mangkuk berisi sup yang wajib dikosumsi oleh orang-orang yang habis mabuk diatas meja didekat Wonwoo. Pria itu mengangguk menurut dan melakukan apa yang Sana perintahkan padanya.

Ia menikmati masakan buatan Sana yang ternyata memiliki citra rasa melebihi ekspetasinya. Ayolah, ia tak akan lupa bagaimana gadis itu merengek sedih karena gagal memasak resep makanan kesukaanya dirumah saat SMA dulu, tapi sekarang? Wonwoo bisa merasakan betapa tinggi keinginannya untuk terus merasakan tiap-tiap suapan dari semangkuk sup ditangannya ini.

Ternyata Sana sudah mengalami banyak perkembangan sekarang.

"Kenapa kamu senyam-senyum?" tanya Sana jutek, bahkan ia tengah mengolesi selembar roti ditangannya dengan selai kacang kesukaanya saat ini.

"Gak apa-apa, seneng aja..." jawab Wonwoo langsung, ia menggeleng pelan dan kembali fokus mengaduk sup ditangannya.

"Seneng kenapa?"

"Kamu manggil aku pakai 'aku-kamu' lagi, nyadar gak?"

Untuk kedua kalinya Sana terbelak akan perkataan Wonwoo, lagi-lagi gadis itu menunduk kaku dan mengigit pinggiran rotinya dengan gigitan kecil. Pria itu benar, ia tak menyadari perubahaan panggilan yang ia berikan pada pria dihadapannya ini.

"Kamu suka selai kacangnya ya?" tanya Wonwoo lagi demi memecah kecanggungan yang tiba-tiba tercipta diantara mereka.

"He'em, bahkan gua sampai beli yang kayak gini juga buat dirumah kemarin" jawab Sana degan penyebutan 'lo-gua' lagi yang membuat bahu Wonwoo melemas lagi karena hal itu. Syukurlah Sana sadar, dan buru-buru ia meralat kalimatnya sebelum yang tak diinginkan terjadi, "maksudnya... aku" ralatnya.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang