33. Si Lelet

816 137 24
                                    

Iya, dia cemburu. 

Sana akui dia cemburu apabila Wonwoo benar-benar mempersilahkan Joy masuk kedalam apartemennya dan mereka hanya berduaan disana. Padahal kalau dipikir-pikir, sebenarnya Wonwoo juga tidak pernah berkata bahwa hanya Sana yang pernah ia ajak ke apartemen pria tersebut. Tapi kenapa? Kenapa Sana merasa kecewa, iri, sakit hati, pokoknya ia benar-benar kesal kalau ternyata semua kekhawatirannya ini benar?

Gadis itu menekan tombol pintu apartemen Wonwoo, dan ia memejamkan matanya untuk meredakan perasaanya yang sedang tidak baik-baik saja sekarang. 

Rasanya lebih baik apabila pintu ini masih terus tertutup dan tak meresponnya sama sekali seperti tadi, setidaknya bayangan Wonwoo yang sedang berduaan dengan Joy didalam sana tidak benar-benar terjadi. Sekali lagi Sana mencoba menekan tombol tersebut, dan apabila dalam hitungan kelima tidak ada respon, maka ia akan berbalik badan lalu benar-benar pulang kali ini. 

1

2

3

4

Ceklek!

Pintu terbuka.

Sana terbelak sempurna, matanya membulat seolah kedua bola matanya hendak melompat keluar. Nafasnya tertahan sejenak sebelum akhirnya perlahan-lahan ia hembuskan ketika melihat wajah Wonwoo dengan kemeja putih menyapanya dibalik pintu. Sama halnya dengan Sana, Wonwoo juga terkejut, hanya saja pria itu berusaha terlihat santai dan langsung tersenyum menyapa gadis dihadapannya ini. 

Gadis yang sudah lama tak ia lihat wajahnya, dan juga pastinya sangat ia rindukan keberadaanya. 

"Hai, ada Joy didalem, masuk yuk?" ajak Wonwoo langsung. 

Pria itu tak tahu apa yang ada dipikiran dan hati Sana saat ini. Bahkan ia tak mau berharap kalau Sana cemburu atau tak suka dengan keberadaan Joy. Tapi sejauh ini, Sana tak pernah ada masalah dengan teman wanitanya itu bukan? Lain halnya dengan Joy kepada Sana. Jadi, Wonwoo rasa tak masalah kalau Sana bertemu dengan Joy, sebab Wonwoo bisa melindungi gadis itu dari teman perempuannya. 

Hanya saja, kenyataanya Wonwoo tidak tahu apa yang sedang Sana rasakan sekarang. Ia tak tahu bahwa perkataannya yang terkesan santai barusan justru membuat Sana semakin ingin pulang rasanya. 

"Gua cuman mau kasih ini buat lo, dari tante." Sana menunduk dan memberikan apa yang ditangannya kepada Wonwoo. Pria itu melihat sebuah paper bag dihadapannya sekarang, dan langsung saja Wonwoo meraih benda tersebut dan buru-buru meraih pergelangan tangan Sana sebab gadis itu dengan cepat melepaskan paper bag tersebut untuk pergi meninggalkan Wonwoo disini. 

"Sana? Lo lagi ada masalah?" tanya Wonwoo langsung. 

Pria itu bahkan memutar posisi berdirinya sehingga kini Sana berdiri membelakangi dinding apartemen sementara Wonwoo berdiri dihadapan gadis itu sembari menunggu Sana mendongkakan wajahnya untuk menatap balik matanya saat ini yang tengah mengarah kepada Sana. 

"San, lo kenapa? Lagi banyak masalah?" Tanya Wonwoo sekali lagi dengan suara beratnya yang mengalun lembut dirongga telinga Sana. 

"I-iya" jawab gadis itu seadanya. 

"Cerita sama gua"

"Enggak, bukan masalah apa-apa"

Wonwoo tersenyum miring lalu menggeleng pelan, "Gak bisa San, lo sudah tertangkap basah dengan gua, lo harus cerita. Gua gak mau lo datang nemuin gua dengan raut wajah begini, terus lo pulang dengan raut wajah begini lagi lagi San"

"Gua cuman mau ngasih roti dari tante buat lo, udah!" 

Sana mendongkakan wajahnya secara refleks seiring emosinya sedikit meninggi karena Wonwoo yang terus mengorek lukanya semakin dalam dan dalam lagi, membuat dirinya mau tak mau menunjukan raut wajahnya yang memerah sekarang ini. Entahlah semerah apa, ia tengah menyimpan tangis dan emosi secara bersamaan sekarang. 

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang