23. Spesial

740 132 17
                                    

"Oke oke, ini salah gua... gua minta maaf"

"Ya emang salah lo, emang salah siapa lagi kalau bukan salah lo? Lo mau nyalahin gua?"

"Cih! Galak!"

"Memang."

Wonwoo tersenyum miring dan langsung menyandarkan pipinya pada punggung Sana yang memang membelakanginya saat ini. Entah bagaimana ceritanya, sekarang mereka sudah berada diruang membaca dan fokus pada buku bacaan mereka masing-masing.

Hm, tidak sepenuhnya membaca sih. Lebih seperti tengah beradu argumen sambil memegang buku.

Sana tidak bisa melanjutkan aktivitasnya di day care karena ia sudah terlambat, dan percuma saja jika ia datangpun, kebaikannya itu tidak akan mendapat upah apa-apa, sebab ia sudah telat. Belum lagi harus menerobos padatnya jalan raya dengan bus.

Minta dianterin Wonwoo? Pft! Jangan harap Sana mau meminta tolong pada pria menyebalkan itu, dan ia juga yakin jika Wonwoo akan melarangnya meninggalkan rumah ini. Sana tahu alasannya, dan ia tidak keberatan dengan itu.

Hanya saja, ia benci dgn keadaan yang tak sesuai dugaanya. Dari diperjalanan tadi, ia sudah membayangkan bagaima ia harus bermain bersama Daehan dirumah. Tapi lihat siapa yang tengah menyandar kepadanya sekarang? Ck! Malah Daehan versi besar.

"Won, angkat kepala lo sekarang juga... atau gua hentakkin kepala lo kebelakang pake punggung gua?" Ancam Sana, namun alih-alih takut akan ancaman gadis tersebut, Wonwoo semakin gemas mendengarnya.

"Berani lo dorong kepala gua pake punggung lo, siap-siap lo gua peluk habis itu"

"Nyebelin!"

"Memang."

Wonwoo menahan senyumnya ketika merasa berhasil membalas perkataan Sana dengan kata-katanya barusan. Setelah itu, Sana tidak berkata apa-apa lagi, ia mencoba fokus dengan buku bacaanya, sementara Wonwoopun begitu.

Tentu masih dengan posisi seperti tadi.

"Setengah jam lagi gua pulang ya" ujar Sana seraya satu tangannya terulur kebelakang, memberi kode kepada Wonwoo supaya pria itu mengangkat kepalanya, sebab punggung Sana sudah mulai pegal sekarang.

Pria itu menurut dan menegakkan kembali posisi duduknya dengan bersandar pada sofa, dan Sana juga seperti itu disampingnya. Wonwoo menoleh kepada gadis disampingnya itu dan menghela nafas singkat, "kenapa? Cepet banget?" Tanya Wonwoo.

"Kan gak ada Daehan disini" jawab Sana

"Tapi kan ada gua disini"

"What? Gua disini kan sebagai pengasuhnya Daehan, semua pelayan dirumah ini juga tahu kalau gua bekerja untuk itu. Terus kalau tiba-tiba gua ada dirumah tanpa Daehan, dan cuman baca buku seharian sama lo disini... mereka pasti mikir yang enggak-enggak!" Ujar Sana dengan segala opininya yang cukup masuk akal.

"Terus? Lo peduli sama opini mereka? Itu semua gak penting San"

"Bagi gua itu penting, karena gua selalu dibantu sama mereka selama bekerja disini. Gua mau melakukan semuanya dengan nyaman Won, jangan sampai mereka mikir yang enggak-enggak tentang gua"

"Tenang aja, gak bakal ada apa-apa" Wonwoo menyamankan posisi duduknya dan kembali lanjut membaca.

Respon santai Wonwoo saat ini malah berhasil membuat Sana menyipitkan matanya penuh kecurigaan, bahkan gadis itu menoleh kepada Wonwoo dan menghadapkan posisi tubuhnya kepada pria itu. Jelas pergerakan Sana membuat Wonwoo melirik sekilas padanya, ia menaikan sebelah alisnya seolah bertanya mengenai alasan mengapa Sana tiba-tiba menatapnya begitu.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang