39. Jeon Sana

1.3K 136 27
                                    

Hari ini kegiatan Sana sedikit berbeda dari hari-hari biasanya, sebab ia diminta menemani nyonya Jeon ke butik milik wanita itu yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.

Lokasinya terletak di jantung kota yang sangat ramai akan hirup-pikuk kegiatan manusia disana. Kedua wanita itu nampak turun dari mobil yang berhenti tepat didepan butik, lalu berjalan masuk kedalam sebuah bangunan berwarna putih yang memiliki dua lantai dengan dekorasi ruangan yang sangat ciamik.

"Yap, inilah tempat kerja mama..."

Sana sontak menoleh ke arah wanita paruh baya disebelahnya ini dan tersenyum simpul melihat ruangan megah disekitarnya saat ini. Semenjak Wonwoo melamarnya di atap sekolah beberapa minggu yang lalu, pria itu langsung mengumumkan rencana pernikahannya pada anggota keluarganya dan juga keluarga Sana.

Tentu niatan baik tersebut disambut manis oleh kedua anggota keluarga, bahkan orangtua Wonwoo meminta Sana untuk memanggil mereka bukan dengan sebutan 'om dan tante' lagi melainkan 'papa dan mama', sama seperti bagaimana Wonwoo memanggil kedua orangtuanya itu.

Memang sih awalnya canggung, tetapi tambah lama Sana mulai terbiasa sekarang. Apalagi ketika harus memanggil tuan Jeon dengan sebutan 'papa', rasanya bulu kuduk Sana merinding sebab ia sudah lama tidak memanggil sebutan itu kepada seseorang. Ralat, atau mungkin tidak pernah?

"Ini desain baju pengantin yang mama rancang pertama kali, mama sangat bangga akan hal ini, dan maka dari itu mama memajangnya di estalase depan toko..." nyonya Jeon menyentuh lembut gaun berwarna pink muda dan juga putih yang terpajang indah dibagian depan bangunan tokonya, dan Sana lagi-lagi hanya bisa tersenyum melihat itu.

"Yasudah, kita langsung masuk saja yuk? Biar langsung bahas baju pengantin yang cocok untuk kamu kayak gimana"

"Iya ma"

Nyonya Jeon memberikan lengannya untuk dirangkul oleh Sana, dan keduanya berjalan memasuki sebuah ruangan lain, yang mana biasanya calon pengantin akan mendiskusikan gaun pengantin mereka dengan desainer ternama disini. Dan terkhusus untuk Sana, secara langsung ia ditemani pemilik butik untuk mendiskusikan rancangan gaun pengantinnya.

Ya maklum, namanya juga calon menantu pemilik butik. Iya kan?

"Sana mau model yang seperti apa?" tanya nyonya Jeon ketika mereka berdua sudah duduk diatas sofa, dan dua orang pekerja nampak menyajikan teh diatas meja dihadapan mereka yang dibalas Sana dengan ucapan terimakasih yang menunjukan betapa ramahnya ia kepada semua orang.

"Aku? Hm... aku gak pernah kepikiran model tertentu sih ma, semuanya aku suka..." Sana menoleh ke kiri dan ke kanan berulang kali seperti tengah mencari salah satu model gaun yang menyita perhatiannya untuk dijadikan contoh gaun pernikahan idamannya saat ini.

"Atau mungkin Wonwoo pernah ngasih tahu kamu tentang gaun yang dia mau kamu pakai di pernikahan nanti? Soalnya dulu tuh papanya begitu, gak mau mama pake baju yang terbuka, keliatan belahan, harus sopan, harus ada lengan, dan blablabla" nyonya Jeon merotasi bola matanya malas jika mengingat masa-masa gentingnya kala itu, dan Sana hanya bisa tertawa kecil mendengarnya.

"Enggak kok ma, Wonwoo gak ada request apa-apa"

"Yasudah, kamu bisa cari-cari yang kamu mau dulu saja kalau begitu..."

"Hm, sebenarnya ada sih ma"

"Oh ya? Yang mana tuh?"

"Gaun yang didepan tadi, kayaknya bagus juga..." ucap Sana ragu.

Entah memang wanita paruh baya itu terlalu pandai mempamerkan hasil karyanya tadi kepada Sana, atau Sana yang mudah sekali terbuai akan satu barang yang dipamerkan kepadanya, entah mengapa pikiran Sana terus tertuju akan gaun utama yang dipajang pada jendela utama bangunan ini.

TRAUMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang