Langit semakin gelap berawan. Seperti hari sebelumnya, angin berhembus kencang. Menerbangkan partikel-partikel ringan yang berada di luar kastil.
Irene berdiri di depan jendela besar. Tatapannya jauh memandang keluar dari dinding padat yang membatasinya. Di sekelilingnya terdapat rak-rak yang dipenuhi buku-buku tebal. Perpustakaan itu memenuhi lantai empat dari keep kastil tersebut.
Kehancuran ... gelap ... abadi.
Irene membalikkan badan lalu berjalan menjauhi jendela. Ia bergerak menuju sebuah rak yang menempel dengan dinding batu. Tangannya menggapai sebuah buku.
"Ternyata kamu ada disini. Memangnya kamu bisa membaca tulisan dengan huruf seperti itu?" Suara Rhea menggema di perpustakaan tersebut.
"Memang ada yang aneh dengan tulisan-tulisan ini?" Irene balas bertanya.
"Eh, kamu beneran bisa membacanya? Buku yang kamu pegang itu ... aku pernah membukanya. Huruf-huruf yang ada di dalamnya, tidak ada yang kukenal." Tangan Rhea menunjuk ke buku bersampul hitam yang berada di telapak tangan Irene.
Irene menghela nafas. Ia membalikkan buku yang dipegangnya. Matanya membaca kalimat yang tercetak timbul di cover buku tersebut.
In The Dark.
"Aku bingung mereka mencetak semua buku ini menggunakan apa? Padahal jika aku lihat selama ini, semua yang ada disini seperti dunia pada abad awal. Sebelum ditemukannya mesin apapun," ujar Irene masih menatap buku hitam tersebut.
"Jangan bodoh lah. Aku yakin, mereka mempunyai perkumpulan sendiri di dunia kita." Rhea berjalan mendekati Irene yang masih berdiri di depan rak buku.
"Padahal peradaban sudah sangat maju. Aku tidak percaya bahwa kekuatan spirit seperti ini masih ada." Irene meletakkan buku tersebut kembali ke dalam rak.
"Mereka ada. Semua yang ada disini, itu nyata. Hanya saja, terkadang manusia tak mau mempercayai keberadaan mereka." Rhea menatap buku-buku yang tertata rapi di dalam rak.
"Ya terserah. Tapi, jujur saja, keadaan disini tidak terlalu buruk," ujar Irene.
"Setidaknya, aku bukan menjadi buronan disini." Rhea terkekeh, mengingat dirinya adalah seorang pembunuh yang selalu menjadi incaran para polisi dan detektif.
"Kamu benar juga. Baiklah, lakukan saja apa yang harus kamu lakukan di dunia ini." Senyum simpul mengembang, menghiasi wajah Irene yang terlihat sedikit pucat.
Rhea membalas senyumannya. "Ayo turun! Sebentar lagi, makan malam tiba."
"Baiklah."
**☆**
Malam gelap telah menyelimuti wilayah kastil. Badai tak lagi mengamuk seperti kemarin. Semua tampak tenang, sunyi senyap. Lorong-lorong kastil nampak gelap mencekam. Hanya sinar lentera yang terpasang di setiap samping pintu ruangan yang memberikan cahaya redup.
Anak tangga berderit, menopang tubuh seseorang yang berdiri di atasnya. Langkah sangat berhati-hati. Seakan memberi isyarat, bahwa jangan sampai seorang pun mengetahuinya.
"Charon ... "
Pria yang merasa terpanggil, menghentikan langkahnya di atas anak tangga. Suara yang asing masuk ke dalam indera pendengarannya.
"Bagaimana kamu bisa menyadari kehadiranku?" Charon memutar tubuhnya, menghadap ke arah suara yang memanggilnya dari belakang. Seorang wanita berambut putih, berdiri di lantai atas.
Iris biru mata Charon melebar. Ia membelalak menatap gadis yang sedang mengarahkan pandangan kepadanya dengan lembut, namun tajam mencekam.
Di-dia, pengguna mata magi spirit rupanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/252728497-288-k834134.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demonic Paradise ✔ [Complete]
RandomREPUBLISH (tapi belum direvisi hehe) Scolamaginer, merupakan akademi sihir yang mana para siswanya mendapatkan kesempatan langsung diajar oleh iblis tingkat atas. Tak seperti akademi sihir lainnya, Scolamaginer hanya akan menerima sepuluh murid di s...