38. Fact

67 18 0
                                    

Kilat putih kembali menembus awan kelabu. Membuat cahaya terang yang kemudian menghilang dalam sekejap. Pusaran air yang terbentuk di pusat danau kian melebar. Suara gemuruh terdengar saling bersahut-sahutan. Menambah kengerian yang dihadirkan oleh alam.

Dari bawah, terlihat sekelompok pasukan besar yang turun menembus awan. Prajurit serba hitam dengan dua tanduk yang melekat pada masing-masing armor di kepalanya, melayang sekitar beberapa meter di atas permukaan tanah. Menuju ke lembah yang kini dipenuhi makhluk-makhluk yang mengerikan.

Luiz menatap geram ke arah Lucifer yang sudah menghabisi orang-orang disekitarnya. Bahkan, Eris yang tadi berdiri di sebelah pria tersebut kini hanya terkulai lemah di tanah. Genangan darah sudah terbentuk di sekitar tubuhnya, begitu pula dengan cairan merah yang terus mengalir dari mayat murid-muridnya.

“Luiz, sepertinya perbuatanmu sudah begitu keterlaluan ya. Aku sebenarnya merasa kamu cukup berguna. Tapi, kalau sudah sampai begini, apa boleh buat?” Pria bersayap gagak tersebut memudarkan senyum kemenangannya. Tatapannya menyorot tajam ke arah Luiz yang berada di luar jangkauannya.

Ia semakin kesal akibat ucapan Lucifer barusan. Namun, ia hanya bergeming tanpa melakukan perlawanan sama sekali. Langkahnya mundur perlahan, semakin mendekati bibir danau yang beriak hebat. Sorot pandangannya tak lepas menatap Lucifer dengan waspada.

“Lakukan apa yang kamu ingin lakukan,” lirihnya pada pria berusaha memperpendek jarak dengan melangkah ke arahnya.

Tiba-tiba, langkah Lucifer terhenti ketika sebuah tangan yang berupa tulang belulang muncul dari tanah becek yang berada persis di depannya. Diikuti oleh keluarnya bagian kerangka lainnya. Makhluk undead yang seolah-olah kembali bangkit dari kematian. Diiringi oleh dentuman guntur yang menggelegar, serta kilatan cahaya yang menambah suasana mencekam tersebut.

Namun, ketika rangka tanpa kulit dan organ tersebut hendak menyentuh tubuh Lucifer, seketika bentuknya langsung hancur berkeping-keping. Tulang belulangnya berjatuhan di tanah tempat kemunculannya, bagaikan sehabis terkena sebuah ledakan. Tetapi, tepat setelah kerusakan yang diterimanya, banyak para makhluk undead yang sejenis dengannya sama-sama keluar dari dalam tanah. 

Makhluk-makhluk tersebut sama sekali tak menghiraukan kehadiran Luiz yang berada di tepi danau. Arah gerakan mereka hanya tertuju pada Lucifer yang mulai menampakkan senyum arogannya. “Jika kamu bisa melakukannya,” pungkas Luiz melanjutkan ungkapan yang dilontarkan sebelumnya.

Secara bersamaan, gerak para kerangka tersebut langsung menuju ke arah Lucifer yang masih berdiri tenang. Seakan kehadiran mereka sama sekali tak memberikan dampak apapun padanya. Pandangannya menatap remeh, jauh merendahkan lawannya yang bahkan jumlahnya lebih dari selusin.

“Kamu tampaknya terlalu meremehkanku, Luiz,” ujarnya, bersamaan dengan itu makhluk-makhluk undead berbentuk tengkorak kembali terpental dan berubah menjadi serpihan tulang yang berhamburan.

Luiz yang masih menjaga jarak, semakin mendekat ke arah cekungan air yang tengah berpusar. Kembang kilat terbentuk, masuk tepat di tengah pusaran. Cahaya terang yang mencorong seketika terbentuk, memperlihatkan sesuatu yang tak tak dapat ditangkap penglihatan sebelumnya, kemudian dengan terburu-buru kembali lenyap. Menyisakan gemuruh dari guntur yang menggelegar.

Kilat kembali menyambar, dan kini menampakkan siluet beberapa sosok makhluk yang tak nampak pada cahaya sebelumnya. Entah muncul dari mana, yang jelas rupa mereka begitu mengerikan. Langkah-langkahnya tertuju pada pria dengan dua cabang berbulu hitam yang tumbuh di kedua rusuknya.

The Demonic Paradise ✔  [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang