12. Maze

115 40 6
                                    

Satu-persatu, cahaya dari api di dalam lentera yang terpaku di dinding mulai menyala secara misterius bersamaan dengan langkahnya. Kakinya terus membawa tubuhnya ke tempat yang tak dikenalnya. Lorong mulai bercabang, membuatnya harus mengambil salah satu jalan.

Irene telah kehilangan jejak Charon sepenuhnya. Ia tersesat. Lorong-lorong sempit dengan jalur yang panjang telah menjebaknya. Jalan yang kian bercabang, membuatnya merasa seakan hanya memutar-mutar di tempat yang sama.

Irene mulai berhenti menyusuri lorong. Ia kini berada di depan sebuah pintu kayu yang terpampang di salah satu sisi dinding batu padat tersebut. Irene kembali menenggak liurnya. Dia meyakinkan dirinya untuk masuk kedalam ruangan yang ada di balik pintu.

Irene mengulurkan tangannya menarik kenop pintu kayu tersebut. Suara berdecit terdengar dari engsel pintu yang terlihat sudah usang. Irene mengintip ke balik pintu. Seketika, matanya membelalak terkejut.

Dua buah kepala manusia menggantung di kedua pilar yang menopang ruangan tersebut. Nampak berputar sambil menjulurkan lidah, dan terlihat darah segar yang masih menetes dari potongan urat lehernya. Bagian matanya tertutup oleh tali yang melilitnya.

Di dekat dinding seberang ruangan, terlihat sebuah kursi yang diduduki oleh sosok berpakaian hitam panjang menutupi sekujur tubuh. Wajah yang mirip seperti makhluk undead tersebut menatap ke arah gadis yang baru saja membuka pintu ruangannya. Iris mata merahnya menyempit, dengan netra yang berwarna hitam. Sosok yang disebut sebagai ghoul tersebut memamerkan seringai yang mengerikan.

Aku salah ruangan. Ini sungguh mengerikan.

Pendar mata Irene tampak pasrah. Dengan berhati-hati, Irene kembali menutup pintu yang tadi ia buka sedikit. Kemudian, tak menunggu lama, ia segera berlari menjauh dari pintu tersebut.

Tolong ... siapapun, tolong aku! Namun, suara tak bisa keluar dari dalam mulutnya. Ia terlalu takut untuk berkata. Pacuan langkahnya, menimbulkan suara gema di sepanjang lorong.

Suara berdecit kembali terdengar dari arah belakangnya. Jantungnya berdegup cepat. Ia sedikit melirik kebelakang, dan melihat sosok ghoul tersebut keluar dari balik pintu, menampakkan seringainya.

Irene mempercepat larinya. Ghoul tersebut mulai mengejarnya. Suara erangan yang menakutkan mulai ditangkap oleh indera pendengarannya.

Bagaimana ini? Apa yang akan dia lakukan apabila menjumpai keadaan seperti ini?

Sebuah ingatan terbesit dalam pikirannya. Ia kembali mengingat kejadian tadi, saat nyonya Bianca memuji Charon tentang sihir yang mampu dikuasai pria tersebut. Menghilangkan hawa keberadaan, batinnya.

Tapi bagaimana cara melakukannya? Jarak antara dirinya dengan ghoul tersebut semakin menipis. Kemampuannya dalam berlari dibandingkan makhluk tersebut sangat jauh berbeda.

"Sihir tak begitu rumit untuk digunakan, asalkan kalian memiliki pemicunya." Suara nyonya Bianca terngiang dalam benaknya.

Ah, iya. Pemicunya. Aku hampir saja lupa. Ia mengutuk dirinya sendiri karena ketololannya. Kemudian, Irene memegang liontin kalung yang melingkar di lehernya dengan kuat.

Makhluk bertubuh seperti manusia. Namun, memiliki lengan dan kaki kurus yang panjang. Kuku-kukunya nampak runcing. Seluruh giginya tajam dan mencuat keluar dari dalam mulut. Cara berjalannya tidak seperti manusia, tetapi seperti hewan mamalia buas. Ghoul tersebut bagaikan singa betina ganas yang sedang mengejar buruannya.

Irene cepat-cepat memfokuskan pikirannya untuk bisa mengaktifkan sebuah sihir yang sama dengan yang digunakan oleh Charon. Tempat dimana energi magi tersimpan. Butuh sebuah wadah untuk menampungnya. Agar kekuatan tersebut dapat dikendalikan dengan baik dan tidak menimbul kerusakan.

The Demonic Paradise ✔  [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang