4. Change

231 96 34
                                    

Eris masih terbelalak akibat hal yang baru saja dilihatnya. Namun, mendengar perkataan gadis tersebut, dengan sigap tangannya menopang tubuh sang gadis agar tidak ambruk ke tanah.

Perlahan, ia melepaskan taringnya yang tertancap di leher Irene. Sedikit demi sedikit, wujudnya kembali seperti semua. Seorang pria berambut pirang yang rupawan.

Eris menghela nafas panjang. Ia merebahkan tubuh Irene yang seketika tak sadarkan diri di samping batang pohon kering. Pendar matanya menyorot tajam, menatap dalam-dalam lekuk paras mungil gadis tersebut.

Dia terlihat polos tanpa dosa. Kira-kira berapa usianya?

Kegelapan kian mencekam. Beberapa makhluk aneh mulai bermunculan dari dalam tanah. Memiliki tubuh seperti rayap, dengan kepala naga. Merayap di antara celah tanah dan akar-akar besar yang kering. Suara erangan yang sedikit mengerikan, terdengar nyaring dari balik kegelapan.

Tidak ... bukan itu. Tapi, bagaimana bisa, dia memiliki mata, yang sungguh mengagumkan. Seharusnya, dia tidak usah aku kembalikan ke kastil tersebut.

Eris memandang gadis yang masih mendengkur pelan di bawah batang pohon. Kulit putihnya tampak sedikit kusam karena terlalu lama berpetualang di dalam rimba. Namun, tetap saja, wajahnya terlihat cantik alami.

Eris menggerakkan tangannya. Hendak menyentuh tubuh Irene. Namun, tiba-tiba ia merasakan sakit yang luar biasa. Bagaikan leher yang digorok secara kasar dengan benda tumpul. Pandangannya yang sejak tadi menatap ke arah gadis tersebut, seketika pudar digantikan dengan kegelapan pekat. Tak lama, ia tak dapat merasakan apapun. Tubuhnya seketika mati rasa.

"Jangan dekati dia!" Sebuah suara dapat ditangkap indera pendengarnya. Perlahan, cahaya samar mulai masuk, membuatnya dapat kembali melihat keadaan sekitar.

Seseorang, dengan jubah hitam panjang yang menutupi seluruh tubuh dan kepalanya. Darah segar melumuri jubahnya tersebut. Disampingnya, terdapat Irene yang sedang tertidur pulas, dan juga sebuah tubuh tak berkepala yang terkulai menyedihkan.

Seketika, Eris tersadar, kepalanya telah berada jauh dari tubuhnya sendiri. Netranya sedikit tertutup oleh bercak darah yang muncrat ke segala arah. Tempat dimana kepalanya terjatuh, kini telah membentuk genangan merah.

"Iblis sialan!" pekiknya. Tubuh tanpa kepala yang tengah terbaring di tanah, seketika bangkit berdiri. Tubuh itu menggerakkan tangannya yang dibekali kuku panjang nan tajam, menyerang sosok berjubah hitam yang tadi memenggal kepalanya.

"Pergilah, jika kamu ingin tetap hidup. Saat ini, dirimu sedang berada di kawasan kami. Aku bisa dengan mudah membunuhmu," ucap sosok tersebut sambil sedikit bergerak menghindari serangan tiba-tiba dari sebuah tubuh tanpa kepala.

"Cih," desis kepala yang tergeletak cukup jauh. Tubuh tanpa kepala tersebut menghentikan penyerangannya, kemudian berjalan menjauh. Lalu memungut kepala yang telah berlumuran darah., menghentikan pendarahan, kemudian memasang kepala tersebut pada tubuhnya kembali.

"Syukurlah kamu tidak keras kepala. Biarkan gadis ini berada disini. Ia adalah tanggung jawab para iblis." Kata-kata yang dikeluarkan oleh sosok berjubah hitam, kini terdengar sedikit ramah.

Eris yang telah kembali ke wujud manusia normal, menatap sosok tersebut dengan tajam. "Untuk apa kalian membawanya? Kalian sendiri sudah lebih kuat dari siapapun. Apakah masih kurang puas?"

Terdengar kekehan pelan dari sosok yang diajaknya bicara. Makhluk yang berada di dalam jubah, tak kunjung menampakkan wujud aslinya.

"Kamu adalah pewaris darah murni. Dari garis keturunanmu saja, kamu sudah lebih kuat daripada vampir lain yang bukan pewaris darah murni. Terlebih lagi, ras kalian termasuk menjadi salah satu ras terkuat di dunia ini. Cobalah pahami keadaan. Di tengah kekacauan dunia yang memuncak karena hilangnya sosok pemimpin, apakah pantas dirimu memperkeruh kekacauan tersebut?"

The Demonic Paradise ✔  [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang