41 - Someone Who Can Move Her Heart

8 1 0
                                    

Selvia Matthews's Pov

Masa lalu yang terus menghantuiku hingga saat ini, aku akhirnya perlahan mengatasinya.

Selama ini aku sudah berusaha untuk berubah agar masa lalu itu bisa kuatasi, tapi begitu bertemu dengannya.

Aku kembali menjadi seperti dulu.

Saat dia membawaku dan kembali ingin menyentuhku, aku awalnya melawan tapi hanya dengan satu tamparan dan bentak darinya, aku hancur.

Hatiku yang awalnya kupikir sudah cukup kuat, dihancurkan kembali olehnya dengan mudah.

Aku benar-benar putus asa dan akhirnya hanya menerima nasibku, sama dengan yang kulakukan pada masa lalu.

Tapi kemudian gadis yang bersamaku itu melawannya.

Tidak peduli berapa kali dia di hajar, bahkan hingga hidung yang mengalirkan darah, dia sama sekali tidak hancur.

Sebelumnya aku tahu kalau gadis ini memang kuat, bukan hanya dari fisik tapi juga mentalnya.

Itu karena aku pernah melawannya.

Tapi aku tidak menyangka kalau dia sekuat ini, mau seperti apapun dia tetap yakin dan tidak pernah menyerah.

Hati dan tekadnya benar-benar kuat, sangat berbeda denganku. Yang bahkan tidak bisa berhenti gemetaran.

Dia bahkan mengatakan kalau orang ini, Liam Earnest adalah orang yang lemah. Bahkan dia mengatakan kalau aku ini lebih kuat karena tidak lemah dan juga tidak kuat.

Liam Earnest tidak menghajarnya karena itu, dia justru penasaran apa yang membuatnya berkata seperti itu.

Lalu setelah dia menjelaskannya, aku benar-benar kagum dan takjub kepadanya.

Dia berhasil membuka masa lalu Liam dan membuatnya tidak bisa berkata-kata.

Itu memberiku sebuah motivasi.

Kalau aku ini kuat. Bahkan lebih kuat daripada Liam Earnest itu.

Bahkan setelah ditampar pun, aku sama sekali tidak gentar dan terus percaya aku tidak akan hancur lagi.

Itu membuat Liam akhirnya kesal karena tidak berhasil menghancurkan kami berdua.

Tapi sepertinya gadis itu, gadis yang bernama Ellen itu akhirnya perlahan hancur karena Liam.

Setelah Liam pergi, dia menunjukkan ekspresi yang sangat cemas dan khawatir.

Dia pasti tidak ingin terjadi apa-apa pada laki-laki yang bersamanya itu.

Aku harus melakukan sesuatu. Karena dia telah membantuku, aku juga harus membantunya.

"Hei.."

Panggilan dariku membuatnya berbalik kepadaku.

"Hm?"

"Sebelumnya, aku ingin mengucapkan terima kasih."

"Terima kasih untuk apa?"

Dia menatapku dengan tatapan heran.

"Karena kau yang mengatakan sesuatu seperti itu kepada Liam, aku akhirnya sadar dan bisa mengatasi masalahku selama ini."

"Ah, tidak perlu berterima kasih. Lagipula aku tidak melakukan sesuatu yang spesial, kau sendiri yang berhasil mengatasinya."

"Tapi meski begitu, kau lah yang mendorongku."

"Mm, yah.. Bukannya aku melakukan itu untukmu, aku hanya ingin melawannya saja."

"Tidak masalah itu kau lakukan untukku atau pun tidak, faktanya kau tetap mendorongku untuk mengatasinya. Aku ingin berterima kasih untuk itu."

Last! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang